“Meskipun orang itu paham agama, tapi gak memungkinkan orang itu baik kan?”
~Sarhan Ardath Z~
Happy reading❤️
Hari-hari yang telah di lewati terasa begitu cepat, sudah 16 hari saja mereka berpuasa dan sebentar lagi hari raya idul fitri. Khalinza sedang memasak di dapur, untung saja dirinya bisa masak walaupun tidak terlalu jago, kalo tidak. Bisa habis dirinya di ceramahi oleh suami dan abangnya. Kedua lelaki itu pasti masih tidur, entah kenapa perempuan itu bangun sangat awal hari ini
Tengah asik memasak ayam kecap, tiba-tiba sebuah tangan kekar melingkar di perutnya yang membuat Khalinza tersentak kaget dan menoleh kepalanya untuk melihat yang pelaku. Ternya itu suaminya
"Awas ih. Jangan peluk-peluk gue, orang lagi masak juga" ucap Khalinza sembari melepaskan tangan Sarhan yang melingkar di perutnya, namun pemuda itu malah semakin mengeratkan nya.
"Gak papa, gak ada yang liat juga."
"Astagfirullah. Gue gak liat kok, beneran, gini nih derita orang kalo belum punya pasangan, baru bangun tidur aja udah langsung liat orang bucin mana peluk-pelukan gitu lagi." Gumam Kharenza yang berada di belakang mereka.
Memang dasarnya dunia serasa milik berdua, ada orang lain di belakangnya pun mereka sampai tidak sadar.
"Ekhem.. ternyata Gus pesantren yang dingin bisa bucin juga ya" goda cowok itu yang membuat Sarhan seketika melepaskan pelukannya dan memutar badannya ke belakang.
"E-eh Khar, kamu dari kapan ada di sini?" Tanya pemuda itu dengan wajah seperti baru saja tertangkap basah.
"Santai aja kali mukanya Sar, gue dari kemarin di sini, nemenin Khalinza"
"Maaf, saya tidak tahu kamu ada di sini"
"Its okay no problem"
Sedangkan Khalinza, perempuan itu tidak memperdulikan obrolan suami dan abangnya, dirinya kini tengah fokus kembali melanjutkan acara masaknya yang belum selesai.
"Siap deh" Khalinza menaruh ayam tersebut di atas piring.
"Masaknya udah?" Tanya Sarhan
"Buta lo."
"Khalinza bicara yang sopan sama suami, dosa lho" ujar abangnya memperingati
"Iya maaf. Abisnya, dia udah liat masih aja nanya"
"Maafin adek gue ya Sar" ucap Kharenza merasa tidak enak kepada pemuda itu karena ucapan adik kembarannya barusan.
"Eh kok elo sih yang minta maaf, kan gue yang salah"
"Ya Abang cuma mewakili kamu"
"Tap-"
"Sudah tidak apa-apa, ayo kita makan. Takut keburu imsak" lerai pemuda itu
"Enak aja tinggal makan, masak dulu sono baru makan"
"Za." Peringat Kharenza lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemilik Takdir
Roman pour Adolescents☠️PLAGIAT DI LARANG KERAS!☠️ Cerita ini murni dari imajinasi sendiri Bagaimana jika manusia yang menciptakan takdir bagi orang lain, karena untuk membalas semua dendamnya? Lalu bagaimana dengan kehidupan orang yang menjadi pemilik takdir itu? Dan ya...