Kita Menuju Tua

20 2 3
                                    

Tadi sore,
Rindu di dalam toples telah habis
Disantap para tamu undangan
Debar jantung yang riuh
Diiringi kata sambutan untuk tamu yang riang

Setelah lampu pesta redup
Malam yang malu terbujur
Di dalam kamar
Masa depan kudekap erat
Kini, hanya aku dan cuaca
Yang berhak memeluk tubuhmu

Kau adalah teman
Dan kita bercinta saat malam
Ada jalan-jalan kecil di lehermu
Aku tersesat di sana
Sesekali bertanya; Bagaimana ibu dan ayahmu mencipta sejuta sajak

Bersamaku, kau terjebak di dalam tubuh wanita dewasa
Petir di langit
Hujan di matamu
Tak boleh ada gelegar
Sedang kita menuju tua

Kelak, Aku ingin tahu
Uban siapa yang akan tumbuh lebih dulu
Entah kau
atau aku

Setelah ini,
Jangan lagi kau paksa aku menulis puisi
Kata-kata itu
merasuk di tubuhmu
Aku sudah tak punya apa-apa
Sebab,
Memilikimu adalah puncak dari sajak
Dan takkan ada lagi
puisi setelahnya







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PUISIKOPAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang