Di cafe lawas
Marilah kita memesan tawa sekali lagi
Aku rindu bermain ayunan
Di akar yang menjuntai dari kepalamu--Kepalamu itu, keras pualam:
serupa batu-batu sunyiMari kita berbincang sekali lagi tentang harapan
Berharap musim-musim yang akan datang menyuguhkan beberapa kebaikan
Sebab kita hanyalah apa-apa yang digenggam oleh takdirMari bercerita sekali lagi
Tentang malam
Yang selalu tahu cara mengobarkan sepi.
Tentang hujan
Yang melumpuhkan kaki-kaki kota yang riuh dan sibuk.
Membasahi tubuh gedung tua; tegak megah membosankan.
Juga tentang cahaya lampu mobil setelah hujan.
Yang tak pernah gagal mengantarku pada bait kesekian kisah tentangmuMari bercerita sekali lagi
sebab pada malam-malam yang akan datang
Tak kan ada lagi cerita dongeng kaum-kaum sufi
Dan aku akan menjelma menjadi doa-doa baik orang-orang shalih
Yang tanpa hijab menemui tuhannya
KAMU SEDANG MEMBACA
PUISIKOPAT
PoetryTak pernah cukup kata-kata untuk mencintaimu, biar puisiku saja yang memilikimu lebih dari kenyataan. PEREMPUAN, CINTA DAN LUKA (KUMPULAN PUISI)