Kita , Bersalah dalam cara yang manis, saling mempedulikan namun harus dengan cara diam.
Kau, layaknya mawar yang ku peluk meski durinya melukaiku, menusuk di dada ku.
Selalu ada rasa nyeri, setiap ku tahu ketika kebersamaan kita hanya perihal percakapan-percakapan putus asa.
Dan rasa ragu yang sekarang kita timang, dia lah yang mengundang sebuah pergi.
Kau dan aku, saling berpegangan namun dengan cara yang muskil.Bagimu, hatiku mungkin adalah tempat baru yang tak pernah kau temui sebelumnya.
Pulanglah! Rumahmu bukan aku. Dari awal aku sudah tahu, bahwa pertemuan kita layaknya mendung di siang bolong. Kita mengharapkan hujan, tapi pada kenyataannya ia hanya menyembunyikan sebuah terik.Pada suatu kebetulan, kita adalah sakit yang saling menyembuhkan.
Dan pada kebetulan-kebetulan lainnya. Kita adalah saling yang tak akan pernah bersanding.
kenyataan dan takdir memaksa kita untuk berjauhan.
Bukanlah jarak yang menjadi penyekat - Tapi perasaan orang lain.Kadang, bukan rasanya yang harus terhenti. Tapi, hubungannya yang memang harus berhenti. Kita, bahagia dalam keadaan yang menyakitkan, saling menginginkan namun harus merelakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
PUISIKOPAT
PuisiTak pernah cukup kata-kata untuk mencintaimu, biar puisiku saja yang memilikimu lebih dari kenyataan. PEREMPUAN, CINTA DAN LUKA (KUMPULAN PUISI)