Riau, Februari 2014
Beberapa potong nafas manusia malang, lepas
Paru-paru remuk dibual kabut
Negeriku dilanda setengah sepi
Detak nadi penduduk kota terdengar begitu fasih di dalam sunyi
Gelap menyelinap pada setiap sudut-sudut langitTak terlihat secercah terik yang biasa mencuat menerkam mata
Hanya kepulan asap yang menjadi hiasan cakrawala pada setiap pagi dan petang
Jangan kau harap pelangi!
Matahari pun enggan bertengger dilangit negeri ini
Pemimpin khianat dan serakah jalang telah merenggut senja di kotakuSebuah tempat yang sunyi ia rebus demi dahaga duniawi, serakah!
kau pantik api membelah hamparan
Si tua bangka sialan!
izin kau tebar demi nafsumu yang kelaparanRerumputan di pinggiran jalan mati di belai kabut asap
Putik-putik layu dan merajuk
Derita bagi seluruh serangga di negeriku
Cicak-cicak mati kelaparan
Riau kehilangan setengah nyamuknya
KAMU SEDANG MEMBACA
PUISIKOPAT
ПоэзияTak pernah cukup kata-kata untuk mencintaimu, biar puisiku saja yang memilikimu lebih dari kenyataan. PEREMPUAN, CINTA DAN LUKA (KUMPULAN PUISI)