"Pulang!!"
"Pokoknya aku pulang huaa" Teriak anak remaja bertubuh kurus itu. Tubuhnya bergetar hebat saking takutnya. Dirinya belum siap menghadapi segala realita yang terjadi.
Pria paruh baya di depannya kini melihat ke sekeliling. Memastikan tidak ada yang melihat interaksi mereka. Saat dirasa sepi, dirinya langsung menarik leher pakaian sang anak dengan tatapan yang mematikan.
"Berhenti menjadi lemah!! Kau kira aku menginginkan ini?" Tanyanya emosi. Melihat putra keduanya yang lemah karena keadaan. Kenapa dia tidak pernah mengerti.
"Tapi aku tidak mau ayah, aku tidak bisa" ucapnya lemah. Pria itu meneguk ludah lalu melepaskan cengkraman di leher yang muda hingga tubuh kurus itu terjatuh ke tanah.
"Jika saja aku bisa hidup abadi, maka aku tidak akan menyuruh mu melakukan ini. Kakak mu sudah tiada, jadi aku tak punya pilihan. Kau yang akan menggantikan ku nanti Chan" katanya berusaha lunak. Sungguh sangat berat rasanya, setelah kehilangan seorang putra kepercayaannya. Pria yang tangguh dan kuat yang mewarisi penuh dirinya. Sang calon Alpha yang akan memimpin Fire Sun Pack.
"Diam di sini, jangan buat masalah. Kau harus jadi kuat. Berhenti menangis" kata sang ayah sembari mendekat dan mengusap rambut Chan dengan acak-acakan.
Berat sekali rasanya bagi Chan, memiliki tubuh yang lemah tak sekuat kakaknya. Seperti dirinya memang ditakdirkan sebagai seorang pecundang. Bagaimana dirinya bisa menjadi Alpha yang hebat, wolf dalam dirinya saja belum pernah keluar.
Akademi ini begitu kejam, melihat fisik Chan mereka kadang membuli dirinya. Apalagi saat mengetahui asal-usul keluarganya yang merupakan seorang Alpha. Chan kadang berpikir, apa dirinya Alpha?
"Hai! Pecundang!! Bangun dan ambil pedang ini" kata salah satu orang saat kelas kesatria. Chan menatap benda itu dengan tubuh bergetar. Bagaimana cara memainkannya, menyentuh saja dirinya tidak pernah.
Semua orang menertawakannya membuat Chan sangat malu. Sepertinya dia selalu mempermalukan pack dan keluarganya. Tapi Chan terlalu takut untuk melawan mereka.
"Hai! Apa ini calon Alpha?" Tanya mereka mengolok-ngolok. Chan meneguk saliva sambil meremas kedua tangannya ketika pria itu mengancungkan pedangnya di leher Chan. Semua orang tertawa melihat hal itu.
Namun, sesaat kemudian beberapa orang datang dengan seorang pria berpakaian rapi dan sangat alegan. Pakaian khas keturunan pemilik pack besar. Chan sebenarnya salah satu dari mereka tapi pria ini berbeda.
Wajahnya yang tampan, tubuhnya yang tegap dan sangat berwibawa. Tatapannya sangat menusuk, aura dominasi mulai dirasakan. Semua orang diam termasuk Chan.
"Berhenti mengoloknya, kau lupa dia anak Alpha dari Pack Fire Sun?" Katanya sembari duduk di sebuah kursi kosong. Beberapa orang yang mengikutinya juga duduk di sana.
"Tuan Minho" kata mereka memberi hormat. Pria yang kini ada di depan Chan menurunkan pedangnya lalu duduk kembali ke kursinya.
"Kau! Bangun sekarang. Jangan permalukan klan dan pack mu" katanya. Kelas itu seketika diam, Chan bangun dan duduk di tempat duduk belakang menatap lurus ke depan melihat pria itu.
Chan jujur malu, kenapa dia tak bisa seperti dia? Atau mereka? Mereka semua ini adalah anak dari para Alpha di negeri ini. Tapi kenapa Chan terlemah? Tinggal di pack yang besar ternyata tak menjamin sebuah kehormatan baginya.
_____
Chan kini sibuk membaca buku di perpustakaan, sungguh malas berinteraksi dengan mereka semua. Dia hanya ingin keheningan dan perpustakaan akademi adalah tempatnya.
Sembari menggosok kacamatanya yang mulai berembun, Chan perlahan terkejut saat melihat seseorang masuk ke dalam tempat itu. Dia sendirian, tak bersama dengan para pengikutnya. Jalannya tegap dan gagah serta agak arogan. Sungguh mempesona di kalangan para omega mungkin. Chan pun agak terpesona, walaupun bukan omega.
Dia pergi ke sebuah rak buku besar yang tak jauh dari Chan duduk. Tak ada obrolan dari keduanya, Chan sebenarnya ingin tapi dia terlalu takut.
"Kau membaca buku apa?" Tanyanya dengan suara bariton itu. Chan menelan ludah, dia seketika gugup lalu menunduk. Dirinya kini berpura-pura sibuk membolak-balikan bukunya.
Langkah kaki itu semakin dekat dan berhenti tepat di depan Chan. Suara kursi digeser membuat Chan berdebar. Apa dia akan dirundung lagi ?
"Huh kotor sekali" katanya sembari mengusap-usap buku yang dia letakan di atas meja. Mengusapnya dari debu yang melekat mungkin ribuan tahun lamanya.
"Tempat ini agak jorok" katanya melihat ke sekeliling sembari menggosok hidung. Chan hanya diam menunduk berpura-pura fokus membaca. Berusaha tak peduli dengan apa yang pria ini bicarakan. Suara buku dibuka Chan dengar, sepertinya dia juga membaca sama sepertinya.
Samar-samar Chan berusaha untuk mengintip pria di depannya.
Wajahnya sangat tampan dan juga cantik menurut Chan. Kenapa ada pria seperti dia? Apa benar dia seorang Alpha? Chan perlahan terpaku melihat wajah rupawan di depannya. Tiba saat di mana mata besar itu menatap dirinya.
"Kenapa kau?" Tanyanya dengan kedua alis yang tertaut. Chan menelan ludah kemudian menatap ke arah lain.
"Tidak ada" katanya. Chan kira pria di depannya ini akan marah tapi suara kekehan terdengar darinya. Saat tertawa kedua matanya mengkerut seperti ikut tertawa.
"Dasar aneh" katanya kemudian menutup buku yang dia pinjam lalu pergi dari sana meninggalkan Chan sendirian. Chan kira itu adalah interaksi terakhir mereka.
Saat praktek peperangan terjadi, Chan nampak terluka karena tebasan sebuah pedang dari lawannya. Pria itu kebetulan satu tim dengan Minho. Melihat Chan terluka membuat pria itu marah-marah.
"Hai! Aku sudah katakan kan? Jika memang tidak bisa menghindar" katanya mengoceh. Chan tak bisa berpikir, isi kepalanya seperti buyar karena darah yang terus mengalir di pahanya.
"Panggil medis!" Perintah Minho. Saat di Unit Kesehatan pun Minho terus mengomeli Chan. Omelan yang agak kasar tapi menbuat hati Chan terharu. Walaupun dengan cara yang berbeda tapi Chan tahu Minho sangat peduli.
"Coba aku lihat! Iss kau ini" kata Minho. Chan tiba-tiba tersenyum menatap wajah cemas milik rekannya itu. Jika Minho dilantik sebagai seorang Alpha, dia pasti akan punya seorang Luna juga.
"Bodoh! Kenapa tersenyum?" Tanyanya pelan. Chan tak menjawab, akhir-akhir ini dia jadi jarang menangis karena pria ini. Sebelum agak dekat dengannya Chan sangat ingin pulang dan pesimis. Namun, saat melihat Minho entah kenapa ada semangat yang membara.
Minho adalah Alpha sama sepertinya, apa Chan punya kelainan? Kenapa bisa hatinya terasa aneh saat bersama pria ini.
"Hai! Bang Chan jawab aku" teriaknya.
"Kau cantik" kata Chan spontan. Seketika Minho mundur dari Chan yang kini duduk di atas bad pasien.
"Karena tubuh mu tersayat, kau jadi gila!!" Katanya lalu bangun. Mendengar apa yang Chan katakan membuat harga diri Minho sebagai seorang Alpha luntur.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NIGHT SIGH [Banginho] ✔️
FanfictionSEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR !!! Minho tidak mengira jika Pack yang dirinya pimpin kini sudah jatuh ke tangan seorang Alpha besar yang pernah menjadi teman saat pendidikan di akademi. Semuanya sangat mendadak, dengan ambisi yang membara Ban...