Minho merasa basah di bagian bawahnya, rasanya lembab dan lengket. Ini benar-benar sangat tidak nyaman hingga membuat dirinya terbangun. Cahaya matahari kini menyilaukan matanya yang perlahan terbuka. Sesekali dirinya meregangkan tubuh.
Aroma familiar dia cium, itu adalah bau sperma yang khas. Dia menebak mungkin Chan tadi malam memperkosanya selagi mabuk berat. Ketika menoleh ke belakang, dia melihat Chan menunduk seperti menahan sakit.
Tubuh mereka telanjang, pasti benar Chan melakukan itu padanya. Ketika Minho menyibak selimut, dirinya terkejut saat lubangnya terus mengeluarkan cairan putih itu.
Minho pun merasa pinggangnya sangat nyeri, pasti permainan semalam sangat brutal. Anehnya dirinya tak ingat sama sekali. Terakhir kali dia ingat saat duduk bersama Chan di tepi danau.
"Arhhh sial" ucap Chan. Entah apa yang terjadi sampai dia tak menyadari jika Minho sudah terbangun.
"Apa yang kau lakukan pada ku sampai seperti ini?" Tanya Minho membuka kakinya memperlihatkan lubangnya yang menganga.
"Seharusnya aku yang marah, Lino terlalu brutal semalam" ucapnya. Minho meneguk salivanya, Lino? Siapa pria itu? Jika Chan bermain dengannya kenapa lubangnya penuh sperma.
"Penis ku bisa patah, bodohnya Chris membiarkannya" ucap Chan. Minho berusaha bangun kemudian pergi dari ranjang. Entah apa yang Chan bicarakan dia memang aneh.
"Hai! Kau harus tanggung jawab" kata Chan menarik tangan Minho kembali padanya. Chan menyibak selimutnya menampakkan penampilan pedang berurat miliknya yang lecet. Benda itu benar-benar lecet, ujung runcingnya nampak agak berdarah.
"Kenapa aku? Bukannya kau bermain dengan Lino" ucapnya sembari tak acuh. Chan terlihat meringis sembari memeluk tubuh Minho.
"Kenapa? Kau cemburu ya? Kenapa ekspresi mu berubah?" Tanya Chan berusaha mempermainkan dirinya. Tangan Chan kini menyentuh perut Minho yang kembung dan menekannya, sontak lubangnya kini mengeluarkan cairan putih semakin deras.
"Permainan mereka sepertinya sangat nikmat dan penuh cinta sampai perut mu penuh seperti ini" ucap Chan dengan mencium leher Minho berulangkali. Sejak tadi Minho tidak fokus dengan aroma wangi yang dia cium dari Chan. Feromon Chan benar-benar menusuk hidungnya.
"Lepaskan aku!!" Teriak Minho menepis tangan Chan darinya. Tapi pria itu masih diam memeluk erat mate manisnya yang galak.
"Ayo sini, tiba-tiba aku merindukan mu" ucap Chan membawa Minho semakin dekat, sampai punggung Minho menyentuh kejantanan milik Chan.
"Apa kau tidak bosan ahh? Sudah lepaskan aku" katanya. Perlahan Chan melepaskan pelukannya kemudian berpindah ke hadapan si manis.
"Lihatlah, kau harus mengobatinya. Tanggung jawab" katanya seperti anak kecil, melihat Chan membuat perut Minho agak menggelitik dan terhibur.
"Suruh Felix saja" kata Minho ketus sembari melipat kedua tangannya di depan dada.
Kini Lino duduk di depan meja rias sembari menghadap ke arah Chan yang berdiri di hadapannya. Perlahan Minho mengoleskan salep di bagian kejantanan Chan dengan hati-hati. Padahal bukan kesalahannya tapi dia yang harus bertanggung jawab.
Minho agak meneguk ludah melihat ukuran benda itu. Panjang dan besar, ditambah lagi penuh urat. Apa benda ini yang selalu masuk ke dalam dirinya?
"Kau membalutnya?" Tanya Chan saat perban itu dibalut menutupi milik Chan. Pria manis itu hanya mengangguk sampai benda itu terbungkus rapi.
"Agar tidak patah dan infeksi" Ucap Minho membohongi Chan. Jika dalam kondisi ini dia pasti tidak akan menggauli dirinya dalam waktu dekat.
"Sudah, pergi sana!" Usir Minho sembari menatap ke arah kaca. Bukannya pergi, pria itu kini ada di belakang Minho menatap wajah cantik matenya.
"Aku akan pilih pakaian untuk mu" ucap Chan langsung berlari menuju ke arah lemari dengan tubuh yang masih telanjang. Jujur Minho terkekeh melihatnya, pria ini sangat random. Kadang brutal kadang juga polos.
Tak lama setelah itu Chan membawa semua gaun berwarna merah jambu ke hadapan Minho. Nampak sangat feminim dan cocok dengan kulit Minho.
"Pakai untuk hari ini" ucap Chan. Dia kini membangunkan tubuh Minho. Saat terbangun Minho mulai meringis.
"Kenapa?" Tanya Chan melihat Minho mengusap pinggangnya. Minho diam saja tak menjawab, tapi Chan tidak sebodoh itu. Karena semalam dia melihat semua yang pada wolf mereka lakukan. Bagaimana pinggang Minho bergoyang dengan hikmat. Pantas saja sakit.
"Ayo ikut sebentar" ucap Chan menuntun Minho naik ke ranjang yang sudah diganti sepreinya tadi oleh Chan.
Chan duduk di belakang Minho sembari memijat pinggang sang mate perlahan. Mungkin karena tidak tahan Minho saat itu hanya diam tak memberontak sama sekali. Senyuman terlihat di bibir Chan saat melihat bayangan Minho dari cermin depan sana. Minho nampak diam merasakan pijatan yang diberikan oleh Chan.
Perlahan tangan kekar itu melingkar di pinggang Minho. Bibir tebal Chris menyusuk ke dalam leher si manis menghirup aroma Minho kuat-kuat. Minho agak geli, namun suara kekehan terdengar dari mulut yang lebih tua.
"Sudah. Sudah, sekarang tidak sakit lagi" ucap Minho dengan merona, sekilas dirinya melihat bayangan mereka di cermin. Sangat aneh, apalagi keduanya masih tidak menganakan apapun.
Suara aneh terdengar dari perut Minho membuat Chan sontak terkekeh mendengarnya. Tapi Minho bisa apa dirinya terlalu lapar sekarang.
Chan tidak bisa fokus makan sekarang, matanya terus memperhatikan Minho yang kini duduk di depannya sembari minum teh. Pakaian yang Chan pilih untuknya sangat cocok dan pas. Wajah manis itu kian mempesona tiada tara.
Chan jujur mungkin gila, walaupun seorang lelaki tapi Minho benar-benar cantik. Mungkin karena dia adalah omega. Aura feminim yang melekat dalam dirinya sangat berkebalikan dengan milik Chan. Seperti ingin segera membawa Minho menjadi milik Chan seutuhnya.
"Kenapa makan mu sedikit?" Ucap Chan melihat kue yang di mana Minho masih tersisa. Minho tak menjawab sembari menatap ke arah lain. Banyak pelayan di kastil milik Chan yang menatap dirinya aneh. Bukan aneh, tapi Minho yang merasa tidak enak.
"Ayo makan lagi" lanjut Chan memberikan dagingnya yang sudah terpotong untuk Minho. Sadar dengan ketidaknyamanan sang mate, Chan mengisyaratkan mereka untuk pergi dari ruangan itu. Hanya ada mereka, perlahan Minho menghela napas pelan lalu mengambil sendok serta garpu.
Memakai gaun seperti ini di luar kamar agak tidak nyaman menurut Minho, sudah sekian tahun dia tak pernah memakainya. Jadi saat orang-orang menatap dirinya dia jadi malu.
"Aku tidak mau memakai pakaian seperti ini di luar kamar" ucap Minho meremas garpu di tangannya. Chan mengedipkan matanya pelan.
"Kenapa? Semua omega memakainya kan? Lagipula kau sangat cantik saat memakai gaun seperti itu" ucap Chan. Minho menunduk berusaha menyembunyikan rona di wajahnya. Chan kembali menyebut kata itu, kata yang selalu membuat hatinya berdebar.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NIGHT SIGH [Banginho] ✔️
FanfictionSEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR !!! Minho tidak mengira jika Pack yang dirinya pimpin kini sudah jatuh ke tangan seorang Alpha besar yang pernah menjadi teman saat pendidikan di akademi. Semuanya sangat mendadak, dengan ambisi yang membara Ban...