Suara menggelar tersadar dari petir di luar sana. Malam yang sangat mencekam dengan hutan turun deras disertai petir. Semua orang nampak ketakutan di ruangan mereka masing-masing. Apalagi suara teriakan terdengar jelas dari lantai tiga kastil pack.
Keringat dingin membasahi tubuh Minho, nyeri terus menjalar di seluruh tubuhnya. Sudah satu jam dirinya dalam penderitaan ini. Tangannya berusaha mengusap perutnya yang kini nampak menegang dan mengeras.
Menangis, berteriak sudah dia lakukan saat hari persalinannya tiba. Kini hanya dia di dalam kamarnya bersama dengan suaminya Bang Chan. Pria itu pun berusaha keras untuk menenangkan Minho.
"Aku tidak tahan Chan, seperti kau mati rasanya. Ini sakit" Teriak Minho menangis, Chan pun ikut merasakan rasa sakitnya walaupun sedikit. Sialnya persalinan Minho datang lebih cepat dari perkiraan. Saat ini Hyunjin dan Felix masih di desa sebelah terjebak hujan badai.
"Tidak, kau tidak boleh mengatakan itu. Sebentar lagi Felix akan datang" kata Chan sembari memegang tangan Minho erat-erat. Minho kini mengangguk sembari berusaha menahan napasnya mengalihkan rasa sakit yang dia rasakan.
Semakin lama, rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Minho mulai berusaha mendorong tapi seperti mereka tidak mau keluar. Beberapa dokter pun juga di sana berusaha untuk membantu persalinan sang Luna. Chan sudah bingung melihat Minho yang kesakitan.
"Alpha sepertinya tidak bisa dilakukan dengan alami. Melihat kondisi Luna sekarang yang sudah lemah. Apalagi bayi yang akan lahir ada tiga" kata mereka cemas. Minho sudah meronta kesakitan dan tidak ada kemajuan apapun. Tapi seorang Luna tidak boleh melakukan operasi saat melahirkan itu sangat ditentang di keturunan mereka. Persalinan harus dilakukan dengan alami.
"Tidak bisa, itu akan melanggar hukum yang ada" kata Chan. Minho terus menatap ke arahnya sambil menangis kesakitan.
"Tapi berbeda kasusnya, Luna saat ini mengandung tiga bayi dan ini risikonya sangat besar Alpha kata mereka kemudian.
"Chan ahh tolong aku ahh seperti aku mau mati saja. Ini sangat sakit" kata Minho yang sudah lemah. Hampir tiga jam dia menahan sakit yang luar biasa. Chan perlahan berpikir, dia kalut. Jika dilanggar takut terjadi sesuatu, tapi jika tidak nyawa mereka dalam taruhannya.
"Baiklah kita bawa Luna ke rumah sakit pack" kata Chan tak mau mengalami resiko. Kehilangan Minho lebih berat baginya, tidak apa dia sial selama hidupnya tapi jika Minho sampai lewat dia tak akan bisa memaafkan dirinya.
Operasi dilakukan dengan lancar, ketiga bayi dilahirkan dengan sehat. Minho kini masih tak sadarkan diri berbaring di ruang pemulihan ditemani oleh suaminya.
Sang anak-anak kita dibawa ke ruang bayi untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Untung saja Chan mengambil keputusan dengan cepat.
"Mungkin Mood Goddess sudah merancanakannya" ucap Chan sembari mencium pergelangan tangan Minho yang terpasang infus. Saat ini istri cantiknya masih terbangun dengan obat bius yang diberikan sebelum operasi.
______
Minho kini sangat kewalahan menggendong ketiga agaknya yang terus menangis sejak tadi. Seminggu berlalu setelah mereka lahir. Seminggu pula Minho tidak bisa terlelap dengan baik.
Mereka terus saja ingin menyusu dan digendong oleh Minho saat ditaruh pada boks mereka bangun dan menangis.
Mata Minho kini sudah seperti panda karena tidak bisa tidur. Pakaiannya pun sangat berantakan karena kewalahan sekali. Entah kapan Minho terakhir kali mandi dirinya lupa.
Chan apalagi pria itu sangat sibuk karena pembangunan desa baru di perbatasan. Dia sangat jarang di kastil.
"Huh aku mengantuk" ucap ibu muda itu sembari merebahkan dirinya di samping ketiga bayinya yang berhasil ditidurkan. Saat dia dirawat semua bayi itu dirawat oleh para suster di rumah sakit. Sampai pulang pun Chan menawarkan agar para pelayan membantu, tapi si ibu muda itu menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE NIGHT SIGH [Banginho] ✔️
FanfictionSEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR !!! Minho tidak mengira jika Pack yang dirinya pimpin kini sudah jatuh ke tangan seorang Alpha besar yang pernah menjadi teman saat pendidikan di akademi. Semuanya sangat mendadak, dengan ambisi yang membara Ban...