The Night Sigh : Chapter 32

753 65 9
                                    

Satu bulan setelah pernikahan.......

Chan akhir-akhir ini sangat panik saat Minho kerap kali pergi keluar dengan Felix. Pria manis itu kini sudah akrab dengan para pelayan di pack. Semua orang menyukainya, dia sampai ikut memasak di dapur pack dengan mereka.

Menjadi seorang Luna adalah hal yang sulit mungkin, tapi Minho melaluinya dengan baik. Walaupun dengan perut yang kian terus membesar. Chan sangat takut, tak sengaja saat bertugas dia bertemu dengan Minho di taman. Bermain dengan para anak-anak pelayan dan juga Felix.

Pikiran Chan kini kembali ke apa dokter Hwang katakan. Saat pernikahan perut Minho masih kempis dan tidak terlalu terlihat jika dia hamil. Namun, dalam satu bulan perutnya mengengung seperti akan segera melahirkan. Padahal masih ada 4 bulan lagi. Kata Hyunjin itu disebabkan karena Minho tengah mengandung bukan seorang bayi tapi 3 sekaligus.

Minho nampak biasa saja, tapi Chan yang malah takut. Melihat Minho yang terlampau aktif dengan beban di perutnya. Apa Chan mengurungkan di kamar saja?

Apalagi kini pria manis itu belum kembali ke kamar, jam ini adalah waktu untuk tidur siang. Perlahan dia melihat pintu kamar mereka terbuka, seorang pria masuk ke dalam dengan beberapa bunga di tangannya.

"Kau dari mana?" Tanya Chan. Minho terlihat terengah-engah seperti sangat lelah.

"Tadi aku berkebun di belakang pack. Lihat aku membawa bunga baru untuk diletakan di kamar" katanya dengan ceria.

Chan seperti kesal dengan peraturan yang tercatat yang diperuntukkan oleh seorang Luna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chan seperti kesal dengan peraturan yang tercatat yang diperuntukkan oleh seorang Luna. Melihat Minho memakai pakaian seminim itu saat hamil. Pasti sangat sulit baginya.

"Kau tidak berat?" Tanya Chan mendekat lalu mengusap perut buncit istrinya. Apa Minho akan bertahan untuk empat bulan lagi, entah apa dia bisa bangun atau tidak saat itu.

"Tidak, aku sedang membawa ketiga anak kita ke mana mana" katanya. Tendangan aktif itu membuat Minho meringis.

"Baiklah, mana aku akan taruh di vas bunga. Kau mandilah setelah itu kau harus tidur siang" kata Chan sembari mencium kening Minho. Minho memeluk Chan perlahan kemudian pergi ke kamar mandi.





Ketika Chan menyiapkan aroma terapi, Minho sudah datang dengan pakaian baru. Rambutnya masih basah dan kini dia berjalan agak cepat.

 Rambutnya masih basah dan kini dia berjalan agak cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Chan kau masih di sini?" Tanyanya. Chan melihat Minho jujur sangat kasihan, dia kini mendekat dan memeluk tubuh berisi istrinya.

"Kenapa kau selalu aneh setelah kita datang dari rumah sakit?" Tanya Minho mendorong Chan melepaskan pria itu darinya.

"Aku hanya mencemaskan mu, aku tidak mengira jika mereka akan berkembang secepat itu" katanya. Minho kini mengusap perutnya. Dia pun, kadang Minho sampai merasa pinggangnya sakit karena berat. Tapi dia suka karena mereka tidak membuat Minho kesepian dan sendirian.

"Aku menikmatinya, aku pun sudah menamai mereka" kata Minho kini duduk di tepi ranjang sembari menyikap terusan itu agar tidak menghalangi mereka.

"Yang kiri ini namanya Minchan, di kanan namanya Inho, dan yang di bawah Lino menamainya Linopher" katanya. Chan terkekeh pelan lalu mengusapnya.

"Coba saja panggil dan sentuh, pasti dia menendang tangan mu" kata Minho. Chan pun mempraktikannya. Menyentuh di sisi kiri dan menyebut nama calon anak mereka.

"Minchan?" Katanya, tak lama setelah itu tendangan kecik Chan dapat rasakan. Dia sontak takjub. Mereka seperti mengerti apa yang terjadi.

"Mereka pintar, sama seperti aku" kata Minho dengan terkekeh. Chan mengangguk, saat keluar dari akademi dulu dia mendengar jika Minho mendapatkan gelar menjadi siswa terbaik.

"Ya kau memang sangat pintar, tapi sejak kau hamil kenapa Lino tidak pernah keluar?" Tanya Chan. Minho memutar kedua matanya kesal.

"Katanya dia malu dan tidak kuat membawa ketiga anak ini, memang curang. Tolong adukan pada Chris" kata Minho. Chan terkekeh lalu mengangguk sembari membaringkan tubuh Minho ke kasur.

"Ayo kau harus istirahat, aku hanya berikan kebebasan sampai bulan ke 7 kehamilan mu. Setelah itu kau tidak boleh keluar dari gedung kasti demi keamanan mu" kata Chan. Minho menggengam tangan Chan dan menganguk.




______





"Kenapa?" Tanya Chan saat melihat Minho yang kini masih mengedip-ngedipkan matanya. Jam sudah menunjukan pukul 11 malam, biasanya jam 9 saja sang Luna sudah terlelap.

"Aku tidak bisa tidur" ucap Minho perlahan. Pria manis itu bangun dan mengusap perutnya.

"Apa kau tidak nyaman? Apa pinggang mu sakit?" Tanya Chan lagi. Minho terus menggeleng, dia pun tidak tahu kenapa. Chan yang tadinya ada di meja kerja menulis beberapa surat kini mendekat dan naik ke atas ranjang.

Dirinya memeluk tubuh si manis dengan beberapa kecupan didaratkan pada wajah sang mate. Minho hanya diam, kepalanya kini disandarkan pada bahu lebar milik Chan.

"Kapan kau akan menandai aku?" Pertanyaan itu membuat Chan menegang, apa harus? Tapi itu wajib memang dilakukan pada klan serigala. Selain mating saling menandai adalah cara mereka untuk memberikan tanda kepemilikan.

"Apa harus? Itu sangat menyakitkan, jadi mungkin belum" kata Chan perlahan dengan usapan lembut di lengan Minho yang kini lebih besar dari sebelumnya.

"Terus kapan? Felix saja dengan Hyunjin sudah" katanya. Chan terdiam, sebenarnya pernikahan tidak terlalu penting tapi saling menandai adalah hal yang sangat sakral bagi mereka.

"Saat ini kau belum siap, kau tengah hamil sayang" ucap Chan sembari mengusap rambut Minho. Pria manis itu bangun dan menatap Chan perlahan.

"Kau tidak serius ingin memiliki aku? Apa kau hanya menikahi aku karena aku hamil?" Tanya Minho marah. Chan segera mengelak pernyataan itu.

"Tidak, aku tidak pernah berpikir seperti itu. Aku mencintai mu, jadi aku akan menikahi mu" katanya. Minho membuang muka kemudian melipat kedua tangannya di depan dada.

"Aku tidak mau menyakiti mu lebih dari ini, apalagi anak kita banyak yang kau bawa. Pasti sangat sulit bagi mu" ucap Chan berusaha menenagkan Minho.

"Kau bilang kita harus melakukannya bersama, jadi apa yang kau tunggu lagi Bang Chan?" Tanyanya berkaca-kaca. Perlahan Minho berbaring menarik selimut memunggungi Chan.

Chan menelan ludah, sungguh sulit untuk diputuskan. Sebenarnya saat dirinya dan Minho bertengkar pas rut, saat itulah pernah terpikir Chan untuk menandai Minho. Tapi jika dipikir lagi, kegiatan itu sangat sakral dan tak bisa dilakukan oleh satu pihak saja.

Tubuh Minho bergerak saat tidur, sepertinya dia menangis. Chan bingung harus melakukan apa. Melihat Minho kelelahan tiap hari saja sudah membuat Chan merasa bersalah. Apalagi saat ditandai.

Chan perlahan berbaring di belakang Minho memeluk tubuh istrinya dengan erat. Isakan kecil samar terdengar, Minho seperti berusaha untuk menahan dirinya.








TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

THE NIGHT SIGH  [Banginho] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang