꒰❝ᵎ🧸⋯ Beauty and the beast - 08⋯🧸ᵎ❞

147 24 5
                                    

Sullyoon tidak mengerti, hujan tiba-tiba saja turun lumayan deras sore itu membuat sang nona Seol memilih untuk memeluk kakinya dengan coklat hangat yang mulai dingin, tak tersentuh sedikitpun beserta brownies kesukaannya yang selalu di buatkan sang bunda.

Kepalanya pening, memikirkan satu nama yang mampu membuat dunianya berputar dengan mudahnya. Seperti kubik empat warna yang bisa kacau dalam sesaat.

Terduduk di kursi yang tersedia di balkon kamarnya, si cantik nampak merenung melamunkan suatu hal yang cukup merepotkan hatinya juga. Kecemburuan anehnya pada seorang Bae Jinsol.

Dirinya ragu namun tak dapat mengelak, Sullyoon mencintai gadis itu semenjak lama meski dulu ia sempat denial, menyakitkan saat dirinya harus menekan perasaannya sendiri atas rasa tidak percaya jika dirinya bisa mencintai teman terdekatnya.

Namun meski Sullyoon sudah menerima fakta dirinya mencintai Bae dirinya berada dalam hubungan rumit dengan dirinya sendiri, rasa cinta dan luka yang didapatkannya berkala sungguh memuakkan.

Sullyoon mencintainya sedalam itu namun cintanya memiliki cinta lain. Sullyoon tersentak pelan saat mengingat hal itu. Dia ingat jika Bae straight tapi bisa saja Bae berubah jadi bisexual namun tetap saja Sullyoon tidak akan masuk dalam list yang di buat Bae.

Jika ada second choice maka dirinya tidak termasuk dalam pilihan apapun. Cintanya kepada Bae hanya akan berakhir dirinya yang harus membuangnya sendiri namun bagaimana caranya? perasaannya semakin dalam di setiap waktunya saat dirinya menghabiskan waktu bersama Bae.

Menghabiskan waktu bersama, menerima godaan gadis itu, candaan-candaan manis itu membuat Sullyoon berharap lebih namun kemudian fakta akan menjatuhkannya jika Bae, tidak akan pernah mencintainya dan semua yang gadis itu berikan kepada Sullyoon hanyalah candaan belaka.

Dia yang terlalu serius menanggapi sebuah  kata yang isinya hanya kepalsuan, Sullyoon jatuh cinta pada kebohongan Bae meski ia harus bersedih setelahnya.

Suara motor terdengar nyaring diantara hujan, Sullyoon melihat dari tempatnya bagaimana motor itu berhenti di pagar rumah keluarga Bae. Motor itu dibiarkan di halaman saat gadis berambut pendek melepaskan helmnya.

Tubuhnya basah kuyup meski terlapisi jaket, Sullyoon memperhatikannya dengan seksama. Bae nampak berlari kecil kearah teras dan membuka kunci rumah yang tak pernah lepas dari saku jaketnya.

Setelahnya Bae masuk begitu saja, bahkan tanpa menoleh kearah rumahnya.

"Bae sepertinya baik-baik saja tanpa aku" Sullyoon menghela nafas dengan sendu, menatap bagaimana langit menjatuhkan air dengan derasnya. "Mungkin memang hanya aku yang tidak bisa tanpanya"

Sullyoon menaruh dagu diatas lututnya. Menahan genangan air mata yang siap meluncur kapan saja.

Meraih gelas susunya yang telah dingin, Sullyoon memilih untuk menenggak susu coklatnya yang telah dingin, kembali sibuk dengan pemikiran buruknya mengenai Bae.

°°°°

Langkah kaki seorang gadis cantik berambut panjang yang dikenal sebagai Seol Sullyoon melangkah dengan lesu sendirian menuju halte bus. Sang mama sudah menawarkan untuk mengantar tapi Sullyoon menolaknya.

Entah kenapa dirinya lebih memilih untuk berjalan sendirian, padahal Sullyoon sendiri bukan tipe yang biasa melakukan sesuatu sendirian biasanya dia bersama Bae dan gadis itu yang menjadi alasan mengapa Sullyoon enggan untuk pergi menaiki mobil.

Mungkin karena suara mobil akan membuat Bae terbangun, mengeluarkan kepalanya dari jendela kamar lalu memangil Sullyoon. Gadis itu masih enggan bertemu dengan Bae meski ia sudah mampu berpikir jernih mengenai Bae tidak mungkin memiliki kekasih seorang perempuan.

Beauty And The Beast Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang