꒰❝ᵎ🧸⋯ Beauty and the beast - 39⋯🧸ᵎ❞꒱

49 4 5
                                        

Suzy berbalik, merasa jika lorong itu telah sepi dan tidak akan ada orang yang mungkin menguping pembicaraan kedua wanita itu, namun sebelum Suzy bisa membuka suara. Irene nampak menaruh jari lentiknya di bibir sang dokter sendiri, menatap Suzy yang nampak menurut tanpa ada sebuah protes.

Hening selama beberapa saat, hingga sebuah suara dari sepatu hak tinggi terdengar dan Suzy mengerti mengapa sang dokter cantik memintanya untuk diam.

Dua orang perawat nampak datang dari arah berlawanan, memegang troli berisi obat dan juga dokumen kesehatan pasien, kedua suster itu menyapa dengan ramah pada Irene dan sang dokter menanggapinya dengan senyuman kecil

Kedua perawat itupun berlalu dengan pembahasan kecil mereka, mata Irene senantiasa mengikuti kepergian kedua suster itu hingga berbelok dan hilang dibalik pertigaan lorong, Irene kemudian menatap Suzy.

"Tempat ini adalah lorong umum, berbahaya membicarakan hal penting disini." Ujarnya yang tentu langsung disetujui oleh Suzy, kedatangan dua suster itu menjadi pertanda jika tempat itu memang rawan. "Aku tahu tempat yang sepi."

Irene melangkah tanpa meminta persetujuan Suzy terlebih dahulu, meninggalkan Suzy yang tak melayangkan satupun rasa curiga terhadap Irene. Ia kemudian melangkah dibelakang Irene, mengikuti wanita itu dalam diam membiarkan Irene memimpin jalan.

Irene rupanya membawa Suzy ke sebuah tempat yang mungkin tempat operasi, Suzy kurang tahu juga namun tak curiga tatkala Irene berbalik memandang Suzy yang kini menatapnya.

"Ahh, amarah saya telah lenyap karena keheningan kita." Suzy berdecak dengan kesal. "Apa yang terjadi dengan nyonya Kim?"

"Mati." Singkat, padat dan mampu mematik emosi Suzy untuk kembali memuncak.

Irene mengatakannya dengan sangat gamblang, seolah mengatakannya bukan menyangkut nyawa orang lain yang baru saja terenggut.

"Aku tahu, namun mengapa bisa?!" Suzy menaikkan nadanya satu oktaf pada Irene yang masih terlihat biasa saja menanggapi emosi tak stabil yang Suzy lemparkan kepadanya.

"Takdir tuhan."

Suzy mengepalkan tangannya, amarah yang tak bisa lagi terbendung membuatnya meraih dengan cepat kerah jas putih milik Irene, tatapan matanya penuh akan emosi, hembusan nafasnya terasa pada wajah Irene yang masih tak menunjukkan tanda-tanda jika wanita itu merasa terganggu.

Suzy memandang begitu tajam pada mata Irene. "Saya memintamu untuk memastikan wanita itu selalu hidup, aku masih membutuhkan anaknya untuk membantuku membawa Jinsol ke luar negeri."

Irene mengernyit, ia memegang tangan Suzy pada jas kebanggaannya lalu melepaskannya tanpa kesulitan. "Not my problem, sedari awal saya tidak pernah setuju dengan anda namun anda terus saja memaksa, bahkan mengancam jika anda mampu melengserkan saya dari pekerjaan saya."

Suzy tertawa, dengan nada sumbang yang terdengar cukup aneh. Matanya memandang Irene yang terlihat tak gentar. "Terus kenapa, kenapa tetap membiarkan wanita itu mati sia-sia jika kau masih ingin bekerja disini?!"

"Memangnya kau siapa? Bisa memutuskan aku bisa atau tidak bekerja di rumah sakit ini?" Nada suara Irene dingin, tensi ruangan yang sunyi menjadi sangat mencekam.

"Kau akan berada dalam masalah." Suzy berbalik, hendak pergi dari ruangan namun suara Irene menghentikan langkahnya.

"Anda yang berada dalam masalah."

Suzy berbalik, memandang Irene dengan seringai yang terlihat meremehkan. Wanita itu percaya diri jika seluruh hal yang ia lakukan tidak akan tercium oleh pihak keamanan, ia menganggapnya hanya sebuah masalah keluarga dan polisi tak ada hak untuk ikut campur.

Beauty And The Beast Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang