꒰❝ᵎ🧸⋯ Beauty and the beast - 35⋯🧸ᵎ❞꒱

78 10 6
                                        

Sana tidak yakin, bagian mana yang harus ia khawatirkan saat ini. Sullyoon yang tengah patah hati dan terus mendiami dirinya atau Tzuyu yang terus mengomelinya karena stress melihat Sullyoon jadi sangat pendiam dan terus melamun. Sana menjadi korban kedua wanita yang paling dia cintai dirumah ini dan tentu saja, otak Sana yang sangat tidak cemerlang ini tidak tahu harus melakukan apa agar semuanya setidaknya menjadi lebih baik.

Karena rasa stress yang Tzuyu alami juga, Sana jadi kesulitan menaklukan wanita itu untuk aktifitas malam mereka dan membuat Sana harus tidur di ruang tengah setiap malam. Miris sekali takdirnya.

Sana melipat tangannya, menatap lurus pagar rumah mereka dengan tangan terlipat di depan dada, wanita yang memiliki paras anggun namun tidak dengan kelakuannya tersebut nampak tengah berpikir keras. Ia merasa tak harus ikut campur atas percintaan putrinya karena semua orang akan belajar dari pengalaman namun Tzuyu yang membuat dirinya tak bisa tidur satu ranjang dengaUntuk Yn sang istri tercinta jelas menjadi sebuah ancaman bagi Sana.

Move on itu butuh waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, mana mungkin Sana membiarkan Tzuyu membuatnya tidur di luar sembari menunggu Sullyoon selesai dengan masa move on-nya selama itu?

Bunuh saja Sana sekarang.

Jangan deng, Sana mana mau membiarkan Tzuyu menikah lagi, gak ikhlas lah Sana tuh apalagi dia dapetin Tzuyu tuh effort banget.

Kan, makin stress Sana dibuatnya.

Tujuan Sana saat ini sebenarnya menunggu Bae keluar dari rumahnya agar Bae bisa berbicara, namun gadis itu tak kunjung keluar meski waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sana tidak pernah tahu Bae bisa betah berada dirumahnya cukup lama, biasanya gadis itu akan keluar dan menginap dirumah mereka.

Sana bahkan telah merindukan anak gadis yang memiliki kelakuan aneh tidak jauh beda dengannya tersebut. Menghela nafas, Sana bersiap untuk mengalah karena merasa putus asa dan berniat untuk masuk kembali karena suhu sudah terasa sangat mencekik tatkala menyentuh kulit wanita cantik tersebut.

Namun urung saat sebuah teriakan terdengar dari samping rumahnya, jelas itu adalah suara milik Bae.

"AKU BILANG TIDAK YA TIDAK! KAU INI TULI ATAU BAGAIMANA SIH?!" Bae menjerit dengan frustasi, langkah gadis itu bersiap untuk pergi dari teras namun seseorang mengejarnya dan dengan cepat menangkap tangan Bae.

Sana memperhatikan bagaimana wanita itu berusaha menarik tangan Bae namun tentu saja Bae dengan cekatan menghindar, tatapan penuh amarah yang begitu menggebu-gebu terpancar.

"APA BAGUSNYA TEMPAT INI? SENDIRIAN?!" Suara ibunya menyusul, sama marahnya, wanita itu sepertinya juga tengah berada di puncaknya hingga tak bisa mengendalikan nada dan ekspresinya. Padahal wanita itu biasanya begitu terkendali.

Sana menoleh, pada meja tepat disamping kursi yang ia duduki. Syukurlah masih ada camilan yang istrinya buatkan untuk menemani Sana minum teh jadi Sana bisa menonton dengan lebih khidmat.

"GUA SENDIRIAN KARENA LO NINGGALIN GUA! KARENA GUA TERLAHIR SEBAGAI PEREMPUAN YANG LO ANGGAP GAK BERGUNA, Lo ninggalin gua dengan percaya diri berpikir bisa lahirin anak laki-laki," Bae tertawa dengan penuh sarkasme. "Sekarang apa? Lo balik, mohon-mohon gua menyelamatkan Lo dengan bersedia jadi pewaris setelah sebelumnya Lo buang!"

Suzy menggeleng dengan ekspresi keras, urat-urat menonjol disekitar dahinya karena emosi yang semakin terpancing. "Gak ada yang meninggalkan kamu sendirian."

"Oh iya, sama pengasuh, dari kecil sampe segede ini. Kalo begitu orang tua gua yang pengasuh itu kan?"

Suzy menjerit dengan tertahan, berbicara dengan putrinya yang sama keras kepala dengan dirinya jelas sangat merepotkan. "Saya masih berhak atas kamu secara hukum."

Beauty And The Beast Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang