Rintik hujan berjatuhan tidak begitu lebat pagi ini, akibat semalaman hujan deras maka jalanan kini becek oleh genangan air. Meski begitu hal itu tidak menyurutkan sedikitpun niatan Haewon untuk berbalik pergi saat dirinya hanya bisa terpaku di bawah sebuah pohon besar yang ada di sebuah taman kota. Tangannya memegang payung berwarna biru yang ia gunakan untuk melindunginya dari air hujan.
Gadis itu nampak sendu, ada perasaan yang tak bisa mengalir layaknya air yang kini turun. Telinganya mendengarkan dengan jelas bagaimana suara jatuhnya hujan diatas permukaan payung atau tanah namun gundah nya sama sekali tidak sedikitpun berubah. Tempat itu adalah tempat dimana Lily dan dirinya berkencan pertama kali.
Kisah manis yang membawanya terlena dalam kesalahan yang cukup sadis, mengingat bagaimana sekarang dunia menjatuhkannya secara tidak berperasaan setelah membuatnya naik ke atas awang rasa bahagia. Hidup tidak selalu di atas namun Haewon tidak tahu jika niatan tuhan bukan hanya menjatuhkannya namun membanting segala yang ia miliki hingga hancur lebur oleh kerasnya kenyataan.
Air mata menggenang begitu saja pada pelupuknya, diam nya terasa memuakkan saat lagi-lagi pikirannya berkata sesuatu yang menyakitkan. Mengenai takdirnya kedepan dan bagaimana logikanya terus menertawakan bagaimana dirinya bisa sehancur ini hanya karena cinta. Haewon sangat meremehkan patah hati karena Lily selalu bilang dia akan terus menjaga hati Haewon.
Kenapa manusia suka sekali mengatakan sebuah janji yang sudah pasti mustahil ditepati, bahkan jika di paksakan. Janji itu tetap tidak akan pernah terjadi. Menghela nafas dengan berat, Haewon mengangkat kepalanya menatap keatas langit guna menahan air mata lolos dan membentuk anak sungai pada pipinya. Ia tidak mengizinkan air matanya terus jatuh karena orang yang sama, yang bahkan tidak akan perduli jika Haewon menangis karena dirinya.
Sosoknya berdiri mau tak mau menjadi pemandangan yang sulit untuk diabaikan oleh satu sosok yang tengah berlari membelah hujan, sosok berwajah bule itu nampak terkejut melihat perawakan yang tak begitu asing hanya terpaut beberapa meter jauhnya dari sang gadis. Ada perasaan rindu menguasai hatinya saat niatan untuk melepaskan payungnya dan berlari memeluk sosok ringkih di depan sana sambil menghujani nya dengan ucapan seberapa rindu ia pada gadis itu.
Namun itu mustahil ia lakukan, perasaan bersalah mendominasi dirinya. Berusaha menekan rasa itu dengan menyiksa hati untuk tetap diam sementara logika dan pikirannya ia paksakan untuk unggul. Lily harus melakukan ini dan menjadi sosok yang tega pada Haewon. Dunia sangat kejam dan Haewon harus terbiasa dengan rasa sakit karena Lily tidak akan bisa lagi melindungi gadis kesayangannya. Tidak, Lily tidak akan mampu melindungi atau memeluk Haewon.
Meskipun Haewon terlihat kuat, Lily tahu seberapa lemah Haewon. Dirinya sangat tahu jika Haewon tidak setegar sikapnya yang galak dan mudah sekali bermain tangan. Hati Haewon sangatlah lembut layaknya permen kapas, sekali saja tersiram maka ia akan melelang tak bersisa.
Lily tahu dirinya kejam namun ada alasan yang harus ia perjuangkan, Aussie dan sesuatu yang menantinya untuk kembali adalah alasan terbesar Lily mengambil keputusan untuk meninggalkan Haewon. Biarlah ia membentuk persepsi jika dirinya kejam dan keterlaluan terhadap perasaan Haewon namun hanya itu yang bisa Lily lakukan untuk terakhir kalinya.
Untuk membantu Haewon belajar jika dunia tidak selalu baik, dengan menerjunkan dirinya sendiri untuk menyakiti gadis yang paling ia cintai di dunia fana ini. Lily tidak masalah dengan banyaknya paradigma yang menyudutkan karena tugas terakhirnya sekarang adalah membuat Haewon berdiri sendiri menggunakan kedua tungkainya tanpa bersandar pada siapapun.
Lily melangkah mundur, puas rasanya hanya dengan melihat gadis yang sudah bukan miliknya lagi. Menunduk adalah satu-satunya cara yang bisa ia lakukan supaya bisa teralihkan dari sosok Haewon yang ada di sana. Lily juga harus kuat bukan? Ini yang terbaik untuk keduanya meski dengan cara paling menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty And The Beast
FanfictionBae mengambil lolipop yang di buang bocah SMP tadi dan mendekati Sullyoon yang nampak terpaku kearahnya, Bae tentu saja malu di pandang oleh bocah secantik Sullyoon apalagi dalam keadaan meler ingus seperti sekarang ini. "Ini lolipop kamu" Bae mengu...