꒰❝ᵎ🧸⋯ Beauty and the beast - 27⋯🧸ᵎ❞꒱

92 14 2
                                    

Matahari yang sempat terik bersinar kini siap bersembunyi di tempatnya membuat warna oranye muncul mewarnai langit dengan awan yang sedikit tebal, langit sangat cerah mengingat musim gugur sebentar lagi tiba menggantikan musim semi yang berlalu.

Bunga-bunga yang telah gugur untuk yang terakhir kalinya terinjak oleh sepatu Bae yang tengah menunggu, sudah lebih dari 2 jam ia menunggu namun sosok yang dirinya tunggu tidak kunjung tiba. Bahkan untuk pertama kalinya ia mengetahui Sullyoon bisa bolos kelas.

Menghela nafas sembari mengetuk permukaan sol sepatunya pada jalanan semen didepan gerbang, ekspresinya terlihat kesal sehingga gadis itu secara tidak tenang melirik kearah sekolah. Apakah Sullyoon sudah pulang?

Sosok Bae dengan rambut pendeknya jelas menjadi perhatian untuk seorang gadis manis dengan rambut diikat satu tinggi, gadis yang sedikit jangkung itu berlari kecil mendekati Bae dengan tangan melambai dan senyuman manisnya.

"Kak Bae" Jang Kyujin menyapa sang tertua sembari melambatkan laju larinya saat Bae sudah hampir berada di depannya. Kakinya sepenuhnya mengerem saat sudah berdiri disamping Bae. "Nunggu siapa?"

"Yoon-A, gua gak tahu dia kemana" Bae menjawab dengan sendu, raut khawatir dan bersalah nampak begitu jelas pada wajah cantiknya dan tentu Kyujin menyadari hal itu. Kyujin sedikit merasa iba dengan Bae namun ia sudah terlanjur berjanji pada Sullyoon untuk tidak membocorkan keberadaan gadis itu.

"Kak sullyoon engga di kelas emangnya? Kan kalian sekelas" Kyujin berujar lagi, melanjutkan kepura-puraan yang ia buat didepan Bae. Ia sedikit meringis kecil saat hatinya merasa tidak tenang harus berbohong pada sang kakak kelas yang tidak begitu dekat dengannya tersebut. Duh berdosa banget Kyujin rasanya.

"Tadi dia bilang ada kegiatan OSIS dan gak balik sama sekali ke kelas, dia bolos buat pertama kalinya" Jawab Bae, menunduk menatap kelopak bunga-bunga kotor diatas jalanan semen tersebut. ia menghela nafas dengan berat hingga menimbulkan suara yang terdengar di telinga Kyujin.

"OSIS gak ada kegiatan sebenarnya, mungkin kak Sullyoon udah pulang deh kak tadi aku liat di ruang OSIS dia lagi nangis kali aja sakit terus memilih buat pulang dan gak sempet izin" Kyujin akui ia handal berbohong meski setengah kata-katanya tidak berdasarkan kebohongan namun sisanya tetaplah sebuah kebohongan.

Bae sempat terdiam, Sullyoon menangis? Apa karena nya? Apa dia lagi-lagi membuat Sullyoon menangis? Apa dia lagi-lagi menyakiti hati lembut Sullyoon? Tapi Bae tidak pernah sengaja melakukannya semua yang terjadi diluar kendalinya dan Bae tidak mampu melakukan apapun.

Melihat Bae yang melamun didepannya membuat Kyujin menghembuskan nafasnya, pandangannya terarah ke rooftop sekolah dimana di sana. Berdiri sebuah bayangan yang tengah memandang keduanya.

Rambut panjangnya berkibar dibawah sinar senja kala angin menerpa kuat dirinya. Tatapannya sendu menatap Bae namun tatapannya terarah pada Kyujin. Jarak keduanya sangatlah jauh namun entah mengapa keduanya seolah sedang berkontak mata seolah melakukan telepati dari jarak sejauh itu.

Kyujin mengalihkan tatapannya pada Bae setelah sebelumnya mencoba mengetahui bagaimana perasaan Sullyoon, anggap saja itu hanya asumsinya jika Sullyoon tidak ingin dirinya membocorkan dimana Sullyoon didepan Bae.

"Pulang aja yuk kak, ngapain juga disekolah sendirian nanti diculik setan sekolah loh" Kyujin mencolek sikut Bae, mencoba memberikan senyuman kepada Bae yang kini menatapnya namun hanya sementara.

"Yasudah deh" Gumamnya kemudian sembari melangkah lebih dulu, meninggalkan Kyujin yang nampak memandang punggung Bae. Perasaan bersalah bersarang di hati gadis manis itu saat ia menyadari jika dia baru saja berbohong kepada Bae dan melukai perasaan sang kakak kelas.

"Jatuh cinta emang repot" Gumam Kyujin, ia berbalik lantas melambai kearah rooftop dimana Sullyoon masih setia berdiri di sana.

Gadis itu balas melambai pelan kemudian kembali menatap kearah Bae yang masih belum menyadari keberadaannya, gadis itu melangkah menuju halte bus karena Suzy nampaknya tidak menjemput putrinya tersebut.

Sullyoon menatap langit, memejamkan matanya menikmati semilir angin yang terasa sedikit kencang dengan sengatan matahari sore yang terasa hangat pada kulitnya yang sedikit gelap dari milik Bae. Sullyoon membutuhkan waktu untuk pikirannya tenang karena apapun yang menyangkut Bae Jinsol benar-benar mengacaukan pikirannya.

"Seandainya perpisahan itu takdir kita, apa aku akan bisa?" Tanya gadis itu, ia mengingat kembali bagaimana dirinya selalu memuja Bae, segala hal kecil yang Bae lakukan selalu terlihat hebat di mata Sullyoon entah semenjak pertama mereka bertemu hingga kini.

Bae selalu sempurna dan cinta yang Sullyoon miliki pun sudah tertanam sejak lama, namun kini cinta yang baru saja berbalas itu harus disadarkan jika perasaan sesama jenis adalah salah. Jika beberapa orang di lingkupnya menerima maka pasti ada yang menentang seperti Suzy yang tidak akan segan menghina jika dirinya dan penyimpangannya menjijikan.

Hati Sullyoon harusnya kebal karena dia sudah menerima sakit hati dari dulu, dia mencintai Bae penuh dengan luka hingga bisa berbalas seperti ini, berpura-pura bahagia saat Bae mengatakan jatuh cinta, berpura-pura senang jika Bae memiliki kekasih namun pada kenyataanya dia hanya orang bodoh yang takut kehilangan dan berharap gadis itu akan menjadi miliknya seutuhnya. Dia mengingat dengan jelas Bae selalu mengatakan sebuah candaan mengenai istri kepadanya namun lagi-lagi itu hanyalah sebuah candaan yang terlalu ia anggap akan terjadi.

Jika Sullyoon bisa kembali ke masa lalu, ia ingin memilih untuk tidak mencintai Bae hanya karena gadis itu bersikap perduli dan manis terhadapnya. Sullyoon memang gadis bodoh yang berjuang untuk akhir yang sama bodohnya. Dirinya terlalu egois berdoa kepada tuhan jika dirinya menginginkan Bae namun tuhan kemudian muak lalu menghadirkan Suzy yang menentang habis dirinya bersama Bae.

Sekarang apa? Menyiapkan hatinya untuk luka paling dalam?

***

Suzy berjalan di lorong rumah sakit, ia baru saja membayar uang rumah sakit untuk Jiwoo entah karena alasan apa. Mungkin kasihan. Suzy bahkan dengan repot-repot memesankan ruang khusus untuk ibu Jiwoo.

Ia membuka pintu kamar milik ibu Jiwoo, Irene. Dan mendapati pemandangan Jiwoo yang tengah memegang erat tangan wanita paruh baya yang tengah terlelap dengan nyaman karena efek obat tersebut. Air mata sudah kering dan senyuman kecil hadir di bibir milik Jiwoo.

Mendengar suara pintu yang terbuka membuat Jiwoo menoleh dan mengembangkan senyumannya sembari berlari kecil menghampiri Suzy. "Tante terimakasih, aku berjanji akan membayar semuanya, aku akan cicil hutangku dengan rajin"

Suzy menatap iba gadis itu, ia mengusap puncak kepala Jiwoo sembari tersenyum kecil. Wajahnya yang cantik nampak anggun saat tersenyum dengan tulus seperti itu. Di sudut hatinya ia berharap Bae akan bersikap sama seperti Jiwoo memperlakukan ibunya.

"Aku harap Jinsol bisa se khawatir dirimu saat aku sakit nanti" Gumam Suzy yang tentu didengar dengan jelas oleh Jiwoo.

Wajah gadis itu nampak mengerjap lucu, seolah menyadari sesuatu. "Jinsol? Bae Jinsol dari Mixxschool?"

Suzy mengangguk, ah putrinya cukup terkenal ya? "Kau mengenal putriku?"

"Tentu aja, kak Bae orang yang baik dan lucu, disekolah dia cukup terkenal galak dan suka buat ulah. Dia juga kakak kelas dan senior aku di kelas dance" Ujar Jiwoo dengan semangat.

Suzy menatap gadis itu, sekelebat benang menegang di pikiran wanita tersebut. Suzy mengembangkan senyumannya lebih lebar lantas menepuk puncak kepala Jiwoo. "Mau membantu tante? Tolong ceritakan soal Jinsol lebih banyak lagi"

Ucapan itu ditanggapi dengan baik oleh Jiwoo, gadis berpipi bulat itu mengangguk dengan semangat tanpa curiga apapun karena sosok didepannya ini benar-benar seorang malaikat, bukankah tidak baik berburuk sangka pada orang yang telah menolongmu?

***

Beauty And The Beast Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang