꒰❝ᵎ🧸⋯ Beauty and the beast - 23⋯🧸ᵎ❞꒱

74 16 2
                                    

Haewon melangkahkan kakinya yang jenjang disepanjang lorong kelas 11, ia lantas mendekati kursi yang ada di lorong didekat pintu kelas dan menghempaskan bokongnya pada permukaan kursi dengan ekspresi wajah kusut terpampang dengan jelas. ia bahkan tak perlu repot-repot menyembunyikan suasana hatinya yang memang sedang tidak baik-baik saja.

Dia bertengkar hebat dengan Lily sejak semalam dan hal itu membuat fokusnya pecah dalam belajar dan mau tak mau ia jadi kurang tidur juga karena terlalu marah pada Lily yang dengan seenaknya berkata jika Lily sudah menyerah padanya dan ingin mengejar mimpinya berkuliah di negara asal gadis itu.

Putus? Entahlah Haewon sendiri tidak tahu nasib hubungannya dengan Lily seperti apa saat ini karena Lily hanya mengatakan dia menyerah dengan Haewon dan bukan ingin berpisah. Haewon tidak tahu namun ia yakin dengan pasti akhirnya mereka tetap harus berpisah.

Ketika wajah kusutnya tergolek kearah sudut lorong, Bae nampak melangkah dengan tangan menggenggam pergelangan tangan Sullyoon, menariknya berjalan menuju kelas tanpa menoleh dan memastikan apakah Sullyoon sedikit kesulitan menyamai langkah cepat dan terburu milik Bae atau tidak. Kedua gadis itu sepertinya juga tengah berada di situasi yang sedikit merepotkan.

Keduanya melewati Haewon meninggalkan semilir parfum milik keduanya yang bercampur manis, Mint dan juga Strawberry merupakan perpaduan yang menggemaskan untuk pasangan tersebut. Saat mata Haewon menatap keduanya, hanya Sullyoon yang melemparkannya sebuah senyuman yang nampak sedikit dipaksakan.

Haewon menahan nafasnya untuk beberapa saat hingga kedua gadis itu hilang di balik pintu kelas nya yang memang bersebelahan dengan kelas yang Haewon tempati. Gadis dengan rambut hitam pendek itu termenung untuk beberapa saat. Menerka masalah apa yang hadir diantara kedua sosok yang baru saja menjadi sepasang kekasih itu.

"Kenapa orang-orang punya masalah sama pacarnya sih? Gua juga ada masalah malah mikirin masalah orang" Haewon menggerutu kecil, merasa kesal pada dirinya sendiri yang malah teralihkan pada masalah apa yang mungkin saja terjadi diantara Bae dan Sullyoon.

Haewon menghembuskan nafasnya sembari menyandarkan punggungnya di sandaran kursi yang tertata panjang di lorong kelas tersebut. Sedikit melamunkan mengenai masa depan kisahnya yang tidak memiliki kesempatan dan titik terang. Haewon benar-benar terluka ditinggalkan oleh Lily apalagi sikap Lily juga menjelaskan jika gadis itu tidak ingin berjuang untuk mempertahankan nya lalu dengan gamblang menyuruh nya mencintai orang lain.

Kenapa kisah SMA nya bisa pahit seperti ini? Bukankah harusnya kisah masa ini adalah kisah manis para remaja?

Haewon berdiri, menyeret tasnya tanpa berniat menggendongnya, gadis itu melangkah menuju pintu kelasnya dan masuk dengan tatapan sendu yang memang tidak ingin ia sembunyikan. Biarlah dunia tahu, Oh Haewon sedang tidak baik-baik saja.

****

Langit dengan taburan oranye cerah di atas sana membentang lega layaknya lautan tanpa ujung menjadi pertanda jika waktu telah berjalan menuju sore hari. Lagi-lagi hanya senja yang menyaksikan dua sosok yang tengah duduk diatas ayunan yang selalu datang dan duduk bersama-sama hanya untuk menikmati waktu kebersamaan mereka.

Kali ini yang mengayunkan ayunannya adalah Bae, Sullyoon lah yang berada di posisi memperhatikan bagaimana tubuh jangkung itu mengayun dengan helaian pendeknya terbawa angin. Terlihat sangat cantik bahkan Sullyoon tak pernah sekalipun lelah memuji dan memuja kecantikan unik yang dimiliki Bae.

Sullyoon menghela nafasnya dengan lelah, Bae sedang berada di situasi mood yang mudah meledak akibat ujiannya yang kacau, gadis Bae itu tidak bisa mengerjakan ujiannya dengan lancar, selain karena Bae tidak belajar pikirannya pun berantakan dan hal itu tentu membuat Bae marah dan kecewa kepada dirinya sendiri.

Sullyoon duduk di ayunan tepat disamping Bae yang mengayun cepat untuk menemani gadis itu dalam masa beratnya. Sullyoon selalu ada meski tidak memeluknya. Bentuk cinta gadis Seol itu sangat tulus namun kehadiran Suzy membuktikan jika tulus saja tidak mampu mempertahankan cinta.

Sullyoon menatap surai Bae yang tertiup angin, memandang gadis itu selama yang dia mampu karena entah kapan perpisahan itu akan hadir. Sullyoon mungkin terlalu pasrah mengenai hal ini namun dunia tetap memiliki norma dan keluarga Bae adalah satu dari sekian banyak umat manusia yang mempertahankan norma itu. Sullyoon masih mengingat bagaimana wanita itu memanggilnya menjijikan.

Bae berhenti mengayunkan ayunan nya, gadis itu menyadari jika hanya dirinya lah yang bermain ayunan padahal biasanya Sullyoon lah yang paling semangat bermain ayunan. Taman kecil itu biasanya digunakan anak-anak bermain namun diwaktu hampir malam seperti sekarang ini anak-anak telah pulang kerumahnya masing-masing dan hanya menyisakan keduanya di taman bermain yang sepi tersebut.

Bae menatap Sullyoon yang sendu menatapnya. Bae ingin sekali menjadi bodoh saat ini untuk tidak menyadari dan memahami arti dari tatapan Sullyoon kepadanya. Gadis itu mungkin terlalu terlambat menyadari jika ia mencintai Sullyoon. Seandainya ia sadar lebih dulu mungkin waktu mereka tidak akan sesingkat ini.

"Suzy nyuruh gua balik ke jepang" Bae bersuara, dia menyandarkan kepala berhelaian sebahu itu pada rantai ayunan. Matanya memandang keatas langit yang nampak cantik. "Tapi gua gak bisa, gua gak mau"

Sullyoon memperhatikan gadis itu, mendengarkan dengan hati-hati apa yang di ucapkan gadis itu. "Lalu? Bukannya emang seharusnya kamu ada di Jepang?" Gadis Seol itu mengingat kembali kata-kata Bae waktu mereka masih berada di sekolah menengah pertama. Bae sangat berharap dirinya berada di Jepang bersama kedua orang tuanya.

"Ngapain? Rumah gua disini" Bae berujar dengan pelan, memandang Sullyoon balik lantas tersenyum kecil sembari mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi Sullyoon yang bisa ia gapai. "Rumah gua itu Lo dan gua gak mau kehilangan Lo"

Sullyoon boleh terkejut dengan ucapan Bae, gadis itu menunduk dengan perasaan campur aduk. Ia berharap sekali jika Bae dan dirinya memang memiliki jalan keluar untuk tidak menyerah atas cinta mereka. "Tapi Bae, bibi Suzy-"

"Gua gak perduli" Sanggahnya dengan cepat, Bae memandang Sullyoon dengan serius. "Gua gak perduli sama dia, tolong jangan jadikan dia patokan kelanjutan hubungan kita, gua gak akan menyerah atas Lo sampai kapan pun"

Sullyoon memandang Bae dengan tatapan yang sulit di artikan, gadis itu bahagia saat mendengar hal itu meski ia benar-benar tak yakin jika mereka akan berakhir bahagia. Entah kenapa situasinya terlihat tidak menguntungkan dan Sullyoon pun dengan bodohnya tak pernah memikirkan reaksi keluarga Bae mengenai hal ini.

Saat ia mencintai Bae sendirian ia terlalu fokus pada dirinya sendiri hingga ia hanya mengasihani dirinya sendiri dan menempatkan posisi Bae seolah gadis itu adalah orang paling salah di dunia. Sullyoon hanya sedikit egois dan sekarangpun ia yang lemah ingin egois Bae menepati kata-katanya dan berjuang untuk mereka.

Namun jika Bae sendirian yang memperjuangkan mereka, memangnya itu akan bisa?

***

Beauty And The Beast Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang