꒰❝ᵎ🧸⋯ Beauty and the beast - 24⋯🧸ᵎ❞꒱

64 15 1
                                    

Jerit pintu rumah yang tidak pernah diberi pelumas mulai terbuka, biasanya hanya kekosongan yang menyambutnya namun kali ini sosok sang ibu berdiri di sana dengan pandangan tajam dan cangkir teh tanpa kepulan asap mengadakan minuman didalam cangkir telah dingin di tangannya. Wanita itu tetap berdiri menghadap pintu dengan gigih menunggu putrinya kembali dari sekolah dan kegigihannya berbuah manis kala ia mendapati yang membuka pintu adalah putrinya.

Suzy tersenyum dibuat-buat seolah bahagia melihat putrinya baru saja pulang dari sekolah, 1 jam berdiri didepan pintu dengan gigih benar-benar membuahkan hasil yang pantas. Karena pikirnya mungkin Bae akan diam-diam masuk, berganti pakaian dan pergi lagi tanpa bicara dengannya sedangkan wanita itu masih kekeuh dengan keinginannya.

Bae hanya berdiri di sana dengan pintu yang masih terbuka dan tangan memegang kenop pintu, gadis manis itu gusar melihat tingkah aneh ibunya persis seorang wanita yang tengah kerasukan sesuatu. Ia sangat membenci senyuman dan tatapan palsu itu terarah kepadanya. Wanita itu dan kepalsuannya berusaha menjerat Bae karena Bae memang kurang kasih sayang.

Itu dulu, sebelum ia mengenal dekat Sullyoon dan keluarga Seol yang terus memberikannya cinta kasih tanpa pandang bulu, meski mereka tahu Bae bukan putri kandung keduanya namun keluarga yang sedikit unik itu memperlakukannya dengan sangat baik jadi Bae bisa mengerti mana kasih tulus dan akal bulus.

Bae menutup pintunya, mencegah keributan yang sudah ia prediksi akan terjadi terdengar oleh tetangganya. Suzy meski terlihat anggun jika berteriak bisa terdengar hingga beberapa kilometer jauhnya.

"Ada apa?" Tanya Bae dengan tenang, tangannya ia lipat didepan dada sembari menatap malas kearah Suzy yang kini tertawa dengan anggunnya, lagi-lagi sikap palsu yang tidak begitu Bae sukai diberikan oleh sosok sang ibu atas dasar yang pasti sama lagi. Keinginan Suzy yang entah kenapa sangat keras.

"Begitu cara kamu bersikap didepan ibumu? Gak ada pelukan atau salam?" Tanya Suzy dengan nada suara yang dilembutkan hal itu bahkan membuat Bae mengernyit kan dahinya dengan perasaan jijik menyerang. Cairan lambungnya beserta makanan yang siang tadi dia makan terasa naik lagi ke kerongkongannya.

Bae berdeham sedikit, berusaha menghalau rasa mual yang muncul akibat rasa muak yang menghampirinya. "Udah bertahun-tahun setiap pulang rumah kosong, gua terbiasa pulang tanpa salam soalnya setan pun ogah ngejawab gua"

Suzy memandang putrinya, sikap keras Bae diturunkan darinya dan akan sulit baginya berdebat dengan copy-an dirinya yang lebih muda, tapi Suzy tidak akan menyerah karena kehidupan nyamannya sedikit terancam sekarang. "Kamu yakin gak mau ke Jepang? Kenapa kamu harus tinggal disini coba? Kan di Jepang ada kami jadi setiap pulang nanti gak kosong dan kamu sendirian"

Bae mendengus, Suzy ingin membujuknya dengan cara halus karena cara nya langsung mendekati Sullyoon tidak berjalan dengan baik. Tentu saja Bae yang keras kepala tidak akan terpengaruh meski kepalanya pening memikirkan akankah Suzy nekat dan melukai kekasihnya itu.

"Gua udah terbiasa ditelantarkan, gak usah ngerasa kasihan gitu Lo kan bisa punya anak lagi? Mandul kah?" Pertanyaan dari bibir putrinya itu berhasil mengundang tatapan nyalang dari Suzy.

Wanita yang masih cantik di usia nya yang terbilang sangat matang itu berdecak. "Kalo mandul bagaimana kamu bisa lahir?"

Bae mengangkat bahunya, sangat santai saat wajahnya malah menatap mengejek kearah Suzy. "Mana tahu anak angkat, anak selingkuhan papa makannya gua ditelantarkan bertahun-tahun dan  cuman hidup sama Baby sitter yang bahkan sekarang udah mati karena umur"

Suzy mencengkram pegangan cangkir dengan sangat emosional, Bae benar-benar menguji kesabaran Suzy dengan mengumandangkan perang. "Papa mu tidak mau memiliki anak lagi dariku, kau harus berguna untuk membuatnya bertahan dan tidak menikah lagi"

Bae merentangkan tangannya, menegangkannya karena terasa pegal terus berdiri dan menguap dengan malas. "Urusan Lo, gua mah gak perduli" Ujar Bae sembari melangkah melewati Suzy begitu saja.

Pyarr

Bae terhenyak saat cangkir keramik berwarna putih itu terlempar ke dinding didepannya, reflek Bae Cepat mundur sembari melindungi wajahnya hingga cangkir itu melewatinya dan pecah menjadi beberapa bagian akibat kuat menghantam dinding.

Dia menoleh menatap Suzy dengan gigi bergemeletuk marah memandangnya. Bahunya naik turun dengan nafas menderu tidak stabil. Suzy berada di ambang kemarahannya dan hampir mencelakai Bae.

Ibu dan anak itu saling tatap, Bae yang menatapnya shock dan Suzy yang menatapnya dengan emosi yang telah menyentuh ubun-ubun nya. Ketegangan keduanya berlangsung cukup lama hingga Bae memilih berlari dengan cepat menaiki tangga meninggalkan Suzy dengan jeritan penuh amarahnya sendirian dilantai bawah.

Suzy benar-benar gila akan suaminya dan Bae harus terkena getahnya karena kegilaan wanita itu akan suami dan harta sang suami yang berada di ujung tanduk.

****

Sullyoon menghela nafasnya, malam ini Suzy berkunjung lagi kerumahnya namun tidak seperti tadi pagi dimana wanita itu hanya berdiri didepan pintu. Kali ini wanita cantik itu menarik Sullyoon masuk kedalam rumah keluarga Seol bertepatan saat Sullyoon membuka pintu rumahnya.

Benar-benar tidak memiliki etika, namun Sullyoon memilih untuk bungkam meski ia sedikit kesal dengan wanita tersebut. Bagaimanapun juga Sullyoon harus menghormati orang yang lebih tua mengesampingkan sikapnya yang pernah memaki Sullyoon dan keluarganya sebagai sosok yang menjijikan.

Suzy berdiri di balik pintu yang telah ia tutup perlahan, tak ingin Bae berkemungkinan mendengar perkataannya meski ia tahu rumah di komplek ini kedap suara namun Suzy ingat jika dia mudah sekali berteriak saat marah jadi dirinya berusaha me-nyedikitkan kemungkinan ketahuan nya.

"Jauhi Jinsol" Kata-kata itu meluncur sebagai pembuka. Sullyoo pun tidak berharap lebih dari kehadiran wanita itu di jam 10 malam bertamu kerumahnya.

Sullyoon berdeham saat tangannya masih di cengkram oleh Suzy, mengerti maksud gadis itu. Suzy melepaskannya lantas mengusap tangannya jijik pada pintu yang membuat Sullyoon menatapnya tak percaya.

"Jangan berpikir hanya karena cinta, kamu dan Jinsol bisa bertahan" Suzy melanjutkan ucapannya, angkuh seperti biasanya. "Kamu dan Jinsol itu wanita dan Tuhan pun tak akan pernah merestui kalian lalu kamu berharap apa dari saya dan keluarga?"

Sullyoon tetap tak bergeming, diam mendengarkan ucapan wanita cantik itu sembari menahan remasan fana pada hatinya yang terasa sakit.

"Keluarga kami normal dan tentu jijik melihat kalian-kalian, tidak perlu membawa tuhan bahkan dunia juga tidak menormalisasi sikap kotor seperti kamu jadi berhenti menyeret Jinsol kedalam tindakan salah" Suzy menatap tajam Sullyoon, gadis itu masih menunduk namun kini tangannya meremas kedua sisi gaun tidurnya. Suzy memperhatikan sikap Sullyoon lantas menyeringai tanpa gadis manis itu ketahui.

"Jinsol akan kami jodohkan di jepang dan saya harap kamu tegas menerima ini, jangan membuat Jinsol kotor mengikuti langkahmu" Lanjut Suzy sembari berbalik, membuka pintu rumah keluarga Seol lantas kembali memandang Sullyoon yang masih berdiri kaku ditempatnya. "Saya permisi"

Pamit Suzy pun tak dihiraukan Sullyoon, si cantik berada dalam dilema hati yang tidak berkesudahan, tidak tahu harus mempertahankan atau menyerah karena rasanya ia begitu lemah hanya untuk tegar di posisi saat ini. Hubungan nya dengan Bae benar-benar ditentang habis-habisan oleh Suzy dan Sullyoon hanya memiliki Bae untuk diperjuangkan.

Namun jika dunia melarang mereka, apakah Sullyoon bisa memperjuangkan larangan itu menjadi sebuah izin?

Satu kata muncul di benak Sullyoon kala pertanyaan itu mencuat di benaknya. Mustahil.

***

Beauty And The Beast Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang