꒰❝ᵎ🧸⋯ Beauty and the beast - 31⋯🧸ᵎ❞꒱

48 9 1
                                    

Hampa, pandangan gadis bersurai lurus panjang itu mendongak menatap langit dengan pandangan yang sulit di artikan. Kerutan dahi yang mampir menandakan jika ia tengah memikirkan sesuatu kala melihat cerahnya langit biru dengan sedikit ornamen awan yang berlalu-lalang. Indah, namun sangat kosong dan hampa. Mungkin saja karena orang yang memandang langit itu sendiri yang tengah kosong.

Ada sesuatu yang kosong di lubuk hatinya dan gadis itu tidak tahu harus bereaksi seperti apa, perasaan hampa itu membangkitkan rasa bingung didalam dirinya. Lagi-lagi mempertanyakan seberapa salah ia hidup hingga di karuniai perasaan yang sama salahnya seperti kehidupannya yang entah mungkin saja tuhan tidak sengaja menciptakannya lalu mengabaikannya hingga tidak pernah mendengar satu pun doa nya.

Gadis itu tersenyum geli. Dalam benaknya, Sullyoon mencemooh dirinya sendiri karena selalu mengingat tuhan di saat-saat terpuruk seperti sekarang ini. Gadis itu mengeluarkan helaan nafas berat sebelum menjatuhkan pandangannya ke arah rerumputan di halaman rumahnya.

Ini sudah hari ke sekian dirinya tidak bertemu dan berbincang dengan Bae, tidak tahu bagaimana keadaannya bahkan enggan hanya sekedar meliriknya. Itu menyakiti hatinya dan Sullyoon memilih untuk bersikap seolah tidak perduli meski hatinya meronta ingin memeluk dan menangis di pelukan sang mantan kekasih dan mantan sahabat.

Jika saja dirinya tidak memulai dengan perasaan ini, mungkin hubungannya dan Bae akan baik-baik saja. Sullyoon memang sangat egois hingga tidak sadar diri jika selama ini perasaanya salah dan ia malah berharap dunia mengizinkan mereka bersama. Naif dan bodoh. Apa ada kata lain yang cocok untuk menghina nya saat ini?

"Sayang"

Sullyoon menoleh, menatap Tzuyu yang menatapnya khawatir, namun hanya dijawab oleh sebuah senyum simpul yang jelas di paksakan. Sullyoon biasanya mudah sekali tersenyum dengan hangatnya dan sebagai seorang ibu. Tzuyu jelas tahu ada sesuatu yang salah dari putri semata wayangnya itu.

"Kamu kenapa?" Tanya Tzuyu sembari berlutut didepan putrinya tersebut. Tindakan itu menuai reaksi kejut yang sudah bisa dia tebak sedari awal karena Tzuyu tidak pernah berlutut pada siapapun.

Sullyoon tahu karena ratu di rumah ini adalah Tzuyu dan biasanya yang akan berlutut adalah Sana. Tentu sang gadis dari keluarga Seol tidak bisa menerka jika hal ini akan terjadi.

"Aku baik" Suaranya tercekat saat maniknya melihat sebuah motor melaju, dua penumpang itu begitu jelas di pelupuk matanya.

Bae Jinsol dan Kim Jiwoo yang memeluk perutnya sembari tertawa kecil, Sullyoon tidak tahu bagaimana ekspresi Bae karena gadis itu mengenakan helm dimana hanya matanya saja yang tidak tertutup. Lagi, Sullyoon menunduk dengan lesu kala melihat pemandangan sama hampir setiap hari, Bae dan Jiwoo yang berpergian berdua dan semakin dekat setiap waktunya.

"Sully" Panggilan lembut Tzuyu mengalihkan tatapan Sullyoon.

Gadis itu dengan sekuat tenaga menahan segala perasaanya, bingung, marah, cemburu, kecewa dan beberapa tambahan yang membuat perasaan gadis itu semakin menggebu tidak tentu mana yang lebih kuat.

"Aku baik-baik aja" Lihat, dia bahkan malah mengatakan sebaliknya dan segera membelakangi Tzuyu. Sullyoon menahan air matanya dengan begitu hebat sembari berlari memasuki rumah.

Tanpa menyadari Sana tengah menguping di balik pintu, bahkan saat Sullyoon melewatinya. Sang putri nampak sama sekali tidak menyadarinya dan lekas bergegas menuju tangga guna sampai di kamarnya. Sana melipat tangan melihat hal itu karena merasa heran dengan sikap Sullyoon. Sebagai seorang ibu, tentu Sana sangat peka dengan sikap sang putri.

Tzuyu tak lama memasuki pintu utama dan berdiri di daun pintu sementara Sana masih berdiam diri di tempatnya. Kedua wanita itu nampak bingung dengan apa yang terjadi dengan putri kesayangan mereka namun diam Sullyoon seolah menegaskan jika gadis itu enggan berbagi bahkan kepada keduanya.

Beauty And The Beast Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang