Bab 21 - Kerusuhan Di Markas AXIS

345 21 0
                                    

Langkah sepasang tungkai jenjang terdengar memasuki ruangan. Sepasang manik biru terang itu melihat seorang pria yang sedang duduk pada kursi yang menghadap ke arah jendela.

Asap rokoknya terlihat mengepul, dengan wangi cologne yang tidak asing baginya. Dia ingat wangi itu.

"Tuan."

Emily Mendes, nyalinya cukup besar untuk menghampiri pria yang sedang duduk di kursi. Meski tahu, jika pria itu adalah bos daripada komplotan para Mafia. Namun, entah kenapa ia ingin menemui pria itu.

Michele Lazaro Riciteli, dia sedikit terganggu akan suara wanita dari arah belakang. Tidak ada rasa penasaran di hatinya untuk melirik dan melihat wajah wanita itu.

Wanita yang kini sdang berdiri di ruangan itu tampak gemetaran karena aura mistik yang menguar seisi ruangan. Bos Mafia memang cederung tidak banyak bicara. Namun, mereka akan bertindak tanpa terduga.

Bagaiman jika pria itu tiba-tiba bangkit dari kursinya dan langsung mengangkat revolver ke depan wajahnya?

Tentu saja Emily sangat takut.

Akan tetapi, dia harus bicara pada Bos Mafia dan meminta tolong padanya. Ya, itu memang terdengar sangat konyol. Dia di culik dan di sekap di kastil ini, tapi dia mau meminta tolomg pada orang yang sudah melakukan kejahatan itu.

Meski peluh dingin mulai membasahi telapak tangannya, Emily brusaha memberanikan diri.

"Tuan, maaf jika aku telah mengganggumu. Namun, bolehkah aku bicara padamu?"

Mata Emily menatap pada punggung pria di depannya. Entah apa yang sedang Bos Mafia lakukan. Pria itu bahkan tidak menjawab pertanyaannya meski dengan sebuah lirikan mata saja.

Bulu kuduknya tearsa meremang. Ia menelan ludah kasar. Gadis itu membuang pandangan ke luar jendela lebih dulu sebelum menatap pada punggung pria di depannya lagi. Tampaknya Emily sedang mengumpulkan keberanian yang sempat berkurang.

"Hm, Tuan ..."

Dari balik kursi dengan sandaran tinggi itu, Michele berdecak jengah. Apa yang gadis itu inginkan? Bukankah seharusnya dia sudah meeninggalkan kastil ini?

Emily maju satu langkah. Kini ia bisa mlihat jelas rambut Bos Mafia yang hitam dan tebal. Juga licin karena pomade. Hawa dingin tiba-tiba menyrbu jiwanya. Kediaman pria itu membuatnya takut.

"Hm, Tuan. Aku ingin mengatakan pada Anda, jika aku tidak menikahi Juan berdasarkan cinta. Aku hanya dijadikan alat untuk melunasi utang ayahku pada Tuan Obelo. Jadi, bisakah Anda membiarkan aku tetap di sini untuk semntara waktu?"

Mendengar ucapan gadis itu, mata Bos Mafia terbuka cepat. Dia bergegas bangkit dan langsung menodong Emily dengan revolver hitam abu-abu yang berisi enam peluru.

Mata gadis itu terbelalak lebar. Jantungnya nayaris copot.nDia berangsur mundur.

"Tu-Tuan?" lirihnya dengan gugup.

"Jika kau tidak mau pergi dari kastil ini maka aku akan mengirim mu ke Neraka," desis Michele seraya berjalan mendekat pada Emily tanpa meneunrunkan pistol di tangan. Tatapan yang tajam menegaskan jika dirinya sedang tidak main-main.

Emily menggeleng dengan wajah ketakutan. "Tuan, aku mohon Anda bisa mengerti keadaanku saat ini. Aku bisa tewas jika keluar dari sini tanpa Juan."

"Kau pikir aku peduli?"

Gadis itu menatap dengan memelas.

Tuan Mafia tidak peduli apa pun selain menemukan istri dan anaknya. Bahkan dia tidak punya belas kasih. Tanpa berpikir lagi, satu tembakan segera ia letupkan dari ujung revolver hitam abu-abu itu.

DI ATAS RANJANG MAFIA SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang