Chapter 20 - Salah Sasaran

382 21 0
                                    

"Bodoh!"

Para bodyguard segera mundur dengan wajah ketakutan. Maxi sangat murka hingga ia menodong mereka semua dengan revolver di tangan.

Bibir pria itu bergetar-getar disertai bahu yang turun naik mengimbangi emosinya.

Tuan Obelo telah tewas. Pria itu merupakan salah satu dari dua VIP pemilik Organisasi AXIS.

Kematian Tuan Obelo masih menjadi misteri, tetapi Maxi yakin jika pria tua itu tewas karena ulah klan Riciteli.

"Aku tidak mau tahu, cepat temukan pelaku penembakan itu dan bawa dia padaku hidup-hidup!"

Para bodyguard segera menghambur pergi setelah pria bertopeng perak memberi perintah.

Maxi mendengus kesal. Sambil memegang senjata di tangan, dia bertumpu pada tepi meja lalu menggeleng.

Tuan Obelo telah tewas, ini ancaman besar baginya untuk bisa menguasai AXIS.

"Maxi, mulai sekarang kau bagian dari AXIS! Aku yang menunjukmu!"

Tepukan tangan begitu meriah saat Tuan Obelo menunjuk dirinya menjadi bagian penting dari AXIS. Namun di antara semua orang yang duduk di meja panjang itu, ada satu orang yang tampak tidak senang.

Orlando Cameron, pria itu merupakan VIP kedua setelah Tuan Obelo. Dan dia mengenakan topeng emas menutupi sebagian wajahnya.

Orlando sepertinya tidak menyukai Maxi.

Hingga saat rapat itu selesai, Maxi melihat Orlando pergi meninggalkan markas AXIS lebih dulu.

Dengan tidak adanya Tuan Obelo di Organisasi AXIS, maka Orlando tidak akan kesulitan untuk mendepak dia dari AXIS.

Memikirkan semua itu, Maxi jadi frustasi.

Tidak, dia tidak bisa kehilangan AXIS. Maxi menggeleng dengan tatapan yang tajam.

*

"Bos, kami sudah menangkap putra Tuan Obelo dan istrinya. Mereka disekap di markas Paolo."

"Antar aku ke sana."

"Tentu."

Sergio membuka pintu mobil Rolls Royce Phantom hitam untuk Michele. Tuan Mafia bergegas masuk.

Orang-orang Paolo sudah menculik Juan dan istrinya, Emily Mendes. Michele pikir bisa mencari informasi dari mereka untuk menemukan Maxi.

Perjalanan menuju markas Paolo cukup jauh. Sambil memutar kemudi mobil, mata Sergio melirik ke arah kaca spion di atasnya.

Tuan Mafia tampak sedang melakukan panggilan telepon lewat ponselnya.

"Baiklah jika begitu. Cepat kalian bergerak menuju lokasi."

Entah siapa yang sedang Michele hubungi. Apakah Luca?

Sergio hanya bisa menerka-nerka tanpa berani bertanya.

*

"Lepaskan kami! Jangan sentuh istriku!"

Seorang pria terikat di kursi listrik. Wajahnya dipenuhi luka dan bercak darah yang nyaris mengering. Sementara di depannya, Paolo sedang mengganggu wanita yang diikat di tengah meja bilyar.

"Wanita bodoh, ayo berdesah! Jangan menangis saja!"

"Haha!"

Lima orang pria tertawa melihat bos mereka yang sedang menggumuli wanita di tengah meja.

Emily Mendes, wanita muda itu hanya bisa menangis saat tangan kotor Paolo menelusuri setiap inci tubuhnya. Pria itu bahkan merobek gaun pengantin yang masih melekat di tubuhnya.

DI ATAS RANJANG MAFIA SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang