Chapter 49 - Mata-mata

271 15 0
                                    

Markas Klan Riciteli, Milan.

Bug!

Bug!

"Pengkhianat, rasakan ini!"

Bug!

Bug!

Tubuh seorang pria tergolek dengan penuh luka.

Hanya celana dalam warna putih yang masih melekat di sana. Ia tak sanggup bergerak lagi karena pukulan yang bertubi-tubi.

"Mati kau!"

Cuih!

Paolo meludah sebelum melempar besi panjang yang ia pegang. Kemudian ia mengibaskan tangan pada anak buahnya.

Dua orang pria segera maju dan langsung menyeret tubuh ringkih itu dari ubin.

"Mau diapakan dia?" tanya Sergio.

Pria itu baru saja tiba di markas. Sepuluh orang bodyguard turut serta mengekor di belakangnya.

Sambil memegang batang rokoknya, Paolo menoleh pada sekelompok orang-orang itu.

"Bos masih berada di tahanan khusus. Kita tidak bisa menghabisi Luca sebelum ia melihat bajingan itu," ucap Paolo pada Sergio. Keduanya sedang duduk berhadapan sambil merokok.

Sergio mengagguk, lantas ia melirik pada seonggok tubuh yang tergantung di tengah ruangan.

Luca sudah nyaris tewas. Namun, ia tidak boleh mati sekarang.

"Aku punya cara untuk membantu Bos keluar dari sana."

Paolo cukup terkejut mendengar ucapan rekannya.

Ia lantas menoleh pada pria dengan stelan jas hitam yang duduk di sebelahnya.

Sergio cuma mengangguk menanggapi.

*

Malam itu amat dingin. Michele berdiri di tengah ruangan yang sempit.

Sepasang mata terangkat ke atas. Langit hitam yang ia pandangi lewat kaca jendela yang buram.

Sudah nyaris satu pekan dirinya terkurung di ruangan ini. Setiap detik para tentara bergantian untuk patroli.

Tidak sekalipun tempat ini dibiarkan tanpa pengawasan. Bahkan, CCTV juga terpasang di sepanjang lorong.

Sudah dua hari ia tidak melihat pada bajingan itu. Mungkin mereka sudah bosan menyiksanya.

Michele mengepalkan buku-buku jemarinya. Ia harus tetap hidup dan segera keluar dari sini.

Sementara itu di luar tahanan. CRV hitam menepi cukup jauh dari kawasan para tentara.

Dari dalam mobil, Paolo mengincar dengan teropong. Sedang Sergio tampak sibuk berkutat dengan layar laptop.

"Tuan Muda, kami sudah tiba di lokasi."

Ekor mata Paolo melirik ke samping. Dilihatnya Sergio yang sedang menghubungi seseorang.

Setelah mengangguk dan mematikan ponselnya, pria itu menatap padanya.

"Kita tunggu perintah Tuan Muda selanjtnya," ucap Sergio.

Paolo cuma mengangguk.

Tak lama kemudian, muncul tiga mobil mewah dari arah yang berlawanan.

Lampu mobil paling depan sangat terang dan mampu membidik CRV hitam di ujung.

Sergio dan Paolo saling pandang.

"Katakan pada Komandan jika CEO AXIS yang datang!"

Seorang tentara mengangguk usai diberi perintah oleh pria yang duduk di dalam mobil mewah.

DI ATAS RANJANG MAFIA SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang