Chapter 25 - Menemukan George

507 17 0
                                    

Malam itu langit begitu cerah. Bentuk bulan tampak sempurna di atas sana. Dari atas geladak kapal, Georgino memandangi.

Angin malam nyaris menerbangkan topinya. Pria itu tersenyum kagum seraya memutar gelas anggur dalam genggaman.

Tiga hari sudah berlalu pasca ia bicara dengan Sergio di kantin Mega Hospital. Ternyata mereka belum juga menemukan Maxi.

Dia pikir, Klan Riciteli yang paling kuat dan canggih di antara para klan Mafia lainnya. Ternyata mereka cuma sekelompok berandal amatiran yang payah!

Sungguh memalukan! Mencari satu orang saja tidak becus!

"Bos, apa yang kau lakukan di sini? Kalau masuk angin bagaimana? Bahkan, Bill meninggalkan kotak P3K nya di kelab Madame Jolie!"

Pria topi koboi memalingkan wajah seraya tersenyum tipis. Dia lantas menoleh pada pria gemuk yang bau jaketnya tercium menyengat.

"Hei, kau pikir aku ini baru ikut berlayar, hah?! Masuk angin katamu? Ada-ada saja!"

Melihat bosnya menanggapi dengan marah, Bull tersenyum getir. Dengan cepat ia segera menghampiri Georgino lantas memijat bahunya.

"Tenang saja, Bos! Jika kau masuk angin ada Bull yang pandai memijat," ucapnya sambil tersenyum.

Georgino memejamkan matanya tidak menentu menikmati pijatan itu.

"Bos, aku dengar Klan Riciteli sedang pergi ke Aventine Hill. Mereka masih belum menemukan AXIS!" Bull bicara lagi.

Georgino memicingkan kedua matanya. Bulan di langit yang kemudian ia pandangi.

"Mereka tidak akan bisa menemukan AXIS dan pria topeng perak itu tanpa bantuan Geng Kapak Merah," ucapnya dengan yakin.

Bull tampak terkejut. Dia berhenti memijat barang sejenak.

Georgio tersenyum miring lantas bangkit. Bull memandangi punggung pria itu yang sedang berdiri di tepi geladak kapal.

'Michele, andai kau tahu siapa Maxi. Aku yakin kau tidak akan percaya jika mengetahuinya dari orang lain.'

*

Pagi nyaris tiba. Bull tampak mengatur para awak kapal untuk segera bersiap-siap. Mereka melihat ada pantai di depan sana.

Orang-orang Srilanka itu bergegas melempar jangkar dan bersiap menuju darat. Sambil berdiri di tepi geladak kapal, Sergio mengincar dengan teropong.

"Wah wah, pantai yang indah, Bung! Ayo percepat! Aku sudah tidak sabar ingin ke darat!"

Mereka nyaris mencapai daratan saat sinar jingga dari ufuk timur sudah kelihatan. Georgino bergegas melompat dari kapal. Pria itu lantas berjalan menuju pantai.

"Apa nama pantai ini?"

Mendengar pertanyaan bosnya, Bill bergegas membuka peta. Entah di mana mereka saat ini. Namun, pria kurus itu merupakan pembaca handal grafik dan peta.

"Aneh, pantai ini tidak memiliki nama!" Bill menjembreng lampiran peta saat Georgino menoleh.

Pria topi koboi mengernyit, "Nggak punya nama? Apa kita sedang berada di dunia lain?" ucapnya disertai senyuman yang mengejek.

Bull dan sepuluh orang lainnya tertawa geli menanggapi. Bill hanya garuk-garuk kepala sambil tersenyum garing. Dia lantas kembali memeriksa peta di tangannya.

"Pantai yang tidak memiliki nama. Gimana kalau kita menamainya Pantai Gege saja?" Georgino bicara sekenanya sambil melihat-lihat ke sekitar.

Pantai itu berada di daratan Napoli. Air laut yang bening bagai kaca dikelilingi tebing-tebing putih yang menjulang. Layaknya surga di dunia nyata, pantai itu amatlah indah.

DI ATAS RANJANG MAFIA SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang