Chapter 55 - Keputusan Meghan (Ending)

1.3K 41 19
                                    

Malam semakin larut. Butiran putih masih berjatuhan dari langit yang hitam.

Semilir angin menerbangkan daun-daun maple yang berjatuhan di atas tanah bersalju.

"Apa kau akan segera pergi?"

Suara lembut itu mengejutkan pria yang sedang berdiri di tepi garis jendela sebuah kamar.

Ekor matanya melirik ke arah samping. Bibir yang tebal menyunggingkan senyuman yang penuh misteri.

"Apa jika aku pergi kau akan baik-baik saja?" Ia berkata dengan nada yang dingin.

Meghan Crafson, dengan mata bebas ia memandangi punggung pria di tepi garis jendela.

Apa maksud ucapan pria itu?

Tuan Mafia seperti sedang menggodanya saja.

Mestinya Michele tanyakan pada hatinya sendiri, apakah ia bisa hidup tanpa istri dan anaknya. Setidaknya saat mereka saling berjauhan.

Merasa perbincangan ini tidak begitu penting, karena Tuan Mafia memang bukan tipe pria yang peka. Meghan segera maju.

Michele melirik pada wanita yang kini berdiri di samping kirinya. Meghan tampak memandangi pada jendela besar di depan mereka.

"Salju yang lebat. Mestinya kita bisa melewati malam ini dengan panas. Namun, aku tahu semuanya sudah berbeda. Setidaknya sejak kau menemukan ayahmu," ucap wanita itu tanpa mau menatap ke manik biru Michele yang menggelap.

Mungkin Tuan Mafia agak tersinggung atas ucapan istrinya. Namun, ada banyak hal yang mungkin belum bisa Meghan terima, ia paham itu.

Maka dengan pelan, Michele memutar tubuhnya sampai mereka berhadapan.

Mata Meghan terangkat dengan tatapan hampa saat pria itu meraih kedua lengannya.

Ia tidak dapat menuntut banyak. Mereka hanya saling mengunci pandangan satu dan lainnya.

"Kau membeciku sejak awal karena aku seorang bajingan. Namun, aku melihat cinta di matamu lebih dari kebencian itu sendiri."

Penuturan Michele membuat Meghan terpaku.

Apa yang dikatakan pria itu memang benar. Seribu kali ia membenci Michele karena dia seorang Mafia, maka seribu kali juga ia kehilangan dan nyaris mati akan rasa cintanya.

Benar yang dikatakannya, ia sangat mencintai bajingan itu.

"Jika kau bisa melihat semuanya hanya dari mataku, maka mengapa kau tidak paham juga? Mengapa kau harus kembali pada dunia hitam itu lagi? Mengapa kau membiarkan aku dan putramu dalam bahaya? Mengapa kau menyulitkan hidupmu sendiri?!"

Tak mau kalah, Meghan segera merangkai kalimat untuk menyudutkan Michele.

Pria itu mengulas senyum tipis. Ia lantas mendekatkan wajahnya ke depan.

Meghan masih menatap dengan berapi-api. Ia dibuat sangat terkejut saat satu kecupan kilas menyapu di bibir yang kering.

"Nona dada besar, kau terlalu banyak bicara," bisik Michele.

Meghan dibuat tercengang.

Dan sebelum ia mengatakan satu hal atau menghindarinya, tangan Tuan Mafia segera menyelinap ke balik punggung. Ia menekan sampai Meghan merapat padanya.

Sorot mata itu mengunci tatapan Meghan. Ia dibuat terpaku bak terkena mantra.

Dan saat Tuan Mafia mendekat dengan kepala yang dimiringkan. Ia tak kuasa menahan deru napasnya yang panas.

Sentuhan lembut di bibir berangsur liar. Keduanya tak kuasa menahan gejolak yang ada. Hingga terperangkap ke dalam rasa yang jauh lebih menggila dari sentuhan tersebut.

DI ATAS RANJANG MAFIA SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang