Chapter 39 - Menuju Tahanan Khusus

329 17 0
                                    

Hari mulai siang. Langit terlihat berawan dan cuaca mulai dingin disertai butiran putih yang berjatuhan.

Dapur yang cukup luas di sebuah unit apartemen, tercium wangi roti tortela yang dipanggang dengan lelehan mentega.

Sambil bersenandung riang, Maria memainkan spatulanya di depan kompor.

Ekor matanya melirik ke arah anak laki-laki yang sedang duduk sendiri menghadap meja makan.

George Lazaro Riciteli, anak itu sangat tampan dan menggemaskan meski sedang cemberut. Maria geleng-geleng sambil tersenyum melihatnya.

Usia kandungannya baru tiga bulan. Ia harus banyak berdoa agar dikaruniai putra yang tampan seperti George.

Namun, melihat visual ayahnya, ia rasa putranya tidak akan kalah tampan dari Tuan Muda Riciteli Tiga itu.

Mengingat ayah dari calon bayinya, Maria jadi kepikiran pada Jose.

Sejak semalam Jose meninggalkan unit apartemen. Katanya, ia mau menjemput Meghan di rumah sakit. Namun, sampai sekarang mereka belum juga datang.

Tiga potong taco berisi daging panggang selesai dibuat.

Dengan penuh semangat, Maria membawa dua piring hidangan sarapan menuju meja makan.

"Kau pasti sudah lapar, ya? Ayo makanlah selagi hangat!"

Diletakan pelan-pelan dua piring yang dibawanya ke depan anak laki-laki di meja makan.

Maria tersenyum gemas lalu mencubit pipi cabi anak itu saat ia menoleh.

George tidak buru-buru menyantap makanan di depannya. Wajah anak itu tampak murung. Entah apa yang sedang ia pikirkan.

Sambil menaruh segelas susu putih, Maria memperhatikan.

"Hei, apa yang sedang kau pikirkan? Ayo sarapan," ucapnya dengan lembut pada anak laki-laki di depannya.

Sepasang manik kebiruan George terangkat ke wajah Maria, Wanita itu tersenyum manis menanggapi.

"Aku tidak mau sarapan, jika Mommy belum datang!" Anak laki-laki itu berkata dengan penuh tekad.

Maria terkejut mendengarnya. Lantas, ia mengusap kepala George dengan perasaan sedih.

Sebelum ia berkata sesuatu, anak itu segera menepis tangannya.

"Di mana Mommy?" tanya George dengan tatapan yang tajam.

Tatapan yang teramat mirip dengan tatapan ayahnya, Michele Lazaro Riciteli. Tatapan yang buas seperti saat mata singa yang sedang mengincar mangsanya.

Sekali lagi, Maria melempar senyum manis pada George.

Namun, sepertinya anak itu tidak begitu senang. Maka dia buru-buru membujuknya.

"Ibumu sedang menuju kesini. Mungkin sebentar lagi dia akan tiba. Kau makanlah lebih dulu, ya?"

George masih menatap dengan ekspresi yang sama, dingin dan tidak senang.

"Aku akan menunggu Mommy," ucapnya dengan acuh.

Maria menganga mendengarnya.

Astaga, apa yang terjadi pada anak ini?

Usianya belum genap lima tahun, tapi lihatlah cara ia menatap dan bicara. Maria yakin seratus persen, jika anak ini benar-benar darah daging Michele. George sama menyeramkan seperti ayahnya.

Akan tetapi, ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan hal itu.

Lagi pula, untuk apa ia memikirkannya?

DI ATAS RANJANG MAFIA SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang