#1

369 107 21
                                    

Saya lebih senang, jika readers membaca cerita ini sungguh-sungguh dan sangat senang jika readers mengoreksi kesalahan-kesalahan, saya selalu menunggu pencinta cerita hidup Geysa, jangan hanya sekedar vote dan komen, saya hanya ingin para wattpaders menikmati cerita ini😘

Hai guys 😻😻, HAPPY BIRTHDAY BUAT YANG ULANG TAHUN HARI INI!!😚😚😚 sebelumnya perkenalkan Saya penulis baru, maaf jika ceritanya kurang memuaskan!!

Tapiiiii tenang aja, seiring bertambahnya part-part berikutnya, makin banyak konflik bagi kalian yang penyuka KERIBUTAN!!! hehehe☺☺

Ributnya gak bakal sukar-sukar amat, paling masalah keluarga doang!! 🤯🤯🤯🤯🤯

Masalah PACAR? AAADDUUHH JANGAN DITANYA!! Tokoh utama kita bakal punya pacar gak ya??? Ganteng gak ya???😍😍 Ihh KEPO nih!!!!!🤗🤗🤗

Happy Reading manteman, yang udah baca ini, ntar saya follow akun sosmednya deh, mayan kan nambah-nambah pengikut🤣🤣

---

"Guys, baris! Lanjut dokumentasi!" arahan tim DVM.
Gua ikut menyusun diri di barisan teman-teman berbaris.

Eh, tau-taunya ketutupan karena ada yang berbaris di depan Gua, spontan Gua mundur. Mengambil tempat ke pinggir aja, terpenting masuk frame.

Fagrel Eisma Alesa, komandan diekskul PMR WIRA SMA Jaya Sanggar, dia mengambil posisi ke tengah orang-orang yang sudah berbaris. Dasar perusuh! Gua makin geser ke samping nih.

Oh ya, perkenalkan Gua Geysa Omorfia Cynthia Amanda, kelas XI MIPA 4 asal sekolah orang-orang bilang SMA JS.

"Yang tinggi gak bisa barisnya di belakang aja?"

"Emang yang tinggi harus banget baris depan kita." sahut-sahutan anak PMR yang pendek menyindir mereka yang tinggi, bahkan si komandanpun melirik sinis pada mereka, tapi sebagian mereka malah menatap sinis dia balik.

"Geysa, baris depan!" titah Fagrel yang lebih kesal dengan ujaran-ujaran mereka, kenapa Gua patuh sama dia? Mungkin karena dia komadan.

"Okay." Gua ambil posisi di depan Fagrel, tentu di depannya karena dia yang paling tingggi disini.

"Misi-misi dong! Yang pendek barisnya depan!" kata anak-anak PMR yang pendek.

Tak lama orang-orang ikut mengisi barisan di samping Gua. Tim DVM meminta barisan depan dengan posisi tubuh tegak tapi lutut menyentuh lantai.

Semua orang berfoto ria dengan gaya masing-masing, banyak perintah untuk, "Ganti gaya" entahlah tidak mood untuk ganti gaya ekspresi kali ini. Ingin yang formal saja, terakhir kami mengambil video seperti biasa.

Tidak ingin berlama-lama disini Gua langsung menjauh, tapi lagi-lagi dia manggil nama Gua. "Geysa!"

"Hm'm, apa?" tanya Gua dengan posisi berubah menjadi menghadap dia.

"Pulang jam berapa?"

"Ini mau ambil tas." masa dia gak lihat Gua udah mau jalan masuk ke Cafe.

"Bareng siapa?"

"Dijemput." ujar Gua memutar bola mata, menatapnya malas. Emang harus banget se kepo itu.

"Sama siapa?" apa dia tidak bisa mengatakan "oh" saja?

"Ojol." jawab Gua ogah-ogahan, merasa heran dengan pertanyaan-pertanyaan dia.

"Cancel aja, ambil tas Lo, tunggu Gua di depan pagar!"

"Gak usah, bisa pulang sendiri kok, Gua naik ojek aja. Mas ojek nya udah jalan dari tadi." jawab Gua sambil mikir-mikir.

"Hmm, oke, hati-hati." ucapnya terakhir.

Gua menganggukkan kepala dan segera mungkin memesan ojek online, untung Gua habis isi kuota internet. Tiba-tiba handphone Gua berdering, Gua mengangkat panggilan dan ternyata kakak sepupu yang menelephone.

"Ya, apa?"

"Dimana kamu?"

"Jalan pulang."

"Emang kamu tau jalan? Mau pulang bareng?" tawarnya.

"Gak usah, udah pesan ojek online."

"Yaudah hati-hati, besok-besok kasih kabar dulu. Siapa tau Kakak bisa jemput. Biar kamu bisa lebih hemat."

"Iya, terima kasih. Besok-besok akan Gey kasih kabar dulu."

"Kakak tutup." putuslah sambungan sepihak.

Sekarang Gua tinggal bersama kakak sepupu, dia ngajak Gua bersekolah di kota ini, katanya sekolah-sekolah disini lebih berkualitas dibanding kota lain. Nama kakak sepupu Gua Yuni Kahwa Nurlinda.

Tak lama diperjalanan Gua sampai di rumah yang cukup luas yang diisi lima kamar. Dua kamar di bawah sebagai ruang kamar tidur Kak Yuni dan kamar satunya lagi sebagai ruang kerjanya. Tiga kamar di atas salah satunya kamar Gua dan dua kamar lainnya jarang diisi, hanya ditempati jika ada keluarga yang mengunjungi kami atau teman Kak Yuni.

Gua terbiasa memasak bahkan sebelum pergi jauh untuk merantau, karena pengasuh Gua meninggal ketika kelas dua SMP dan semenjak itu Papa gak menerima pengasuh lain. Gua juga udah gak perlu pengasuh sih, karena itu Gua terbiasa hidup mandiri. Tapi, terkecuali ayam, bagi Gua itu sangat susah untuk dimasak. Setidaknya, Kak Yuni tidak akan kesusahan mengurus atau memikirkan Gua kelaparan.

Kali ini sekalian Gua memasak dua porsi lebih, terkadang Kak Yuni suka nambah. Selama tinggal bersama Kak Yuni Gua gak ngerasa kekurangan apapun, kebutuhan selalu dipenuhi, terutama bahan masak di rumah ini tidak pernah kosong. Malam ini Gua masak telur dadar isi irisan kentang goreng. Karena hanya tersedia lima butir telur dan tiga buah kentang.

Sepertinya Gua harus mengingatkan Kak Yuni hari ini jika stok bahan pokok sudah habis. Berhubung besok hari Minggu, Gua berencana akan membantunya berbelanja kebutuhan. Karena Gua tidak pernah berbelanja di pasar tradisional di kota ini.

Selesai masak, Gua makan duluan karena jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam, bahaya gak sih buat kesehatan makan larut malam?

---
Gimana ceritanya seru gak nih ya, mau tau tokoh-tokoh lainnya???!!! Lanjut baca part berikutnya

Happy Reading My lovers 💄💄💄

Terima kasih Imajinasi [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang