###5

39 26 4
                                    

       Mama membuka pintu membuat Gua dan teman-teman berhenti menggibah. Fagrel berdiri menghampiri Mama, membuat kami semua menatap yang dilakukannya.

       "Tante."

       "Huh? Ya? Ada apa sama Omorfia?" Mama ingin berjalan menghampiri Gua.

       "Oh, bukan tante, dia baik-baik aja. Kita malah ngelihatnya tante yang sudah lelah jagain Geysa seharian ini. Kalau tante ingin menitipkan Geysa pada saya dan teman-teman, inshaallah bisa tante. Menurut saya lebih baik tante beristirahat di rumah sebentar."

       "Bener tuh Tante." ucap Arma cepat menyetujui perkataan Fagrel.

       "Kita-kita bisa kok Tante, jagain Geysa. Lagian Geysa udah dewasa, gak bakal rewel kalau kita yang jaga." kata Zuyi.

       "Enak aja, emang Gua apaan."

       "Lah, kan benar Lo udah dewasa kan?"

       "Udah-udah deh, benar tante kata teman-teman saya. Saya sama yang lain bisa jagain Geysa sementara, kalau memang tante tidak keberatan untuk meninggalkan Geysa untuk beristirahat di rumah."

       "Bagaimana tante?" tanya Fagrel.

       "Gak apa-apa kok Ma, mending Mama pulang istirahat dulu. Nanti malam Mama juga bisa ngajak Kak Yuni atau Kak Ari buat jagain Omor. Kan besok Sabtu Ma, pasti Kak Ari libur." usul Gua memberi saran, karena kasihan juga pada Mama yang sudah sangat-sangat kelelahan jagain Gua seminggu ini di rumah sakit.

       "Gua juga bisa kok nginap disini."

       "Heh mau ngapain Lo?" tanya Gaen pada Fagrel.

       "Misal, Kak Ari pengen punya teman nginap disini, Gua juga bisa gitu."

       "Iya gak apa tuh tante, soalnya dia kesepian mulu di rumahnya tante, gak ada orang tua."

       "Bukan gak ada, lagi di luar kota!" tegas Fagrel pada Zuyi yang nahan tawa mengolok-olok Fagrel, membuat Fagrel geram pada sepupunya itu.

       "Ah, sama aja tuh." elak Zuyi.

       "Jadi, gimana tante?" tanya Fagrel kembali pada Mama, menghiraukan Zuyi yang mencibir-cibirnya.

       "Oke lah, kalau kalian memang bersedia jagain anak tante. Tante mau pulang sebentar."

       "Ingat ya Ma, istirahat. Bukan bersih-bersih." peringat Gua, karena Mama sekarang berubah total menjadi sangat rajin mengurus anak, suami dan mengurus rumah.

       "Iya, kamu gak usah pikirin yang lain, kamu fokus sama kesehatan kamu aja, oke?"

       "Tuh Gey dengerin! Jangan urus urusan orang, fokus sama kesehatan!"

       "Iya bawel!" maki Gua ke Gaen yang selalu mancing-mancing orang.

       Mama pergi setelah peluk Gua, cium jidat, pipi dan rambut berkali-kali. Kali ini Gua merasa kasih sayang yang full dari sosok Mama.

       "Gimana?" tanya Arma. Arma seperti tahu apa yang Gua rasain selama dekat dengan Mama.

       "Akan selalu bahagia, jika selalu seperti ini."

       "Seperti ini, apa?" tanya Gaen.

       "Anak kecil gak usah ikut campur urusan orang dewasa." telak Arma membuat Gaen terdiam.

       "Lo gak tahu aja, Gua bawa permen karet." membuat Arma membulatkan matanya terkejut, tak lama dia menarik bola matanya normal lagi, lalu mendekati Gaen dengan mengangkat kedua tangannya seperti ingin menangkap seekor kucing.

       "Eh-eh-eh mau ngapain?" peringat Gaen menghindari Arma dengan bersembunyi dibalik Fagrel.

       "Bawa sini permennya, atau Gua yang ambil dari saku Lo langsung?"

       "Iya-iya, nih buat Lo. Tapi ada syaratnya, habis ini Lo harus jinak sama Gua." Gaen menggantung sekotak permen karet itu di udara.

       "Emang Gua hewan?"

       "Patuh maksudnya!"

       "Iya-iya, Lo tenang aja." Arma merentangkan tangannya menengadah meminta permen karet.

       "Terima kasih Gaen yang paling ganteng." Arma memberikan senyum terbaiknya hingga terlihat sangat manis, membuat telinga Gaen memerah.

       "Nyampe-nyampe ke telinga ya merahnya." goda Zuyi melihat muka Gaen udah merah semua.

       "Malu-malu Doggi dia." sahut Fagrel.

       "Doggi? Anjing?" tanya Zuyi dan malah menjawab sendiri.

       "Tau ajalah Lo."

       Arma benar-benar patuh duduk di samping Gaen, bahkan kakinya yang sengaja diinjak Zuyi aja gak jadi marah karena dapat pelototan mata tajam milik Gaen, apalagi dia ada unsur-unsur beringas anak karate.

       "Oke juga nih." kata Zuyi tersadar seperti memiliki ide yang baru aja muncul di otaknya.

       "Ngapain?" tanya Fagrel menahan Zuyi yang ingin berdiri.

       "Lo lihat aja."

       Zuyi berjalan keluar kamar inap Gua dengan hati gembira. Entah apa yang akan dilakuin.

Terima kasih Imajinasi [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang