##5

33 25 0
                                    

       "Gey bangun!" suara Kak Yuni dan pukulan-pukulan di badan Gua, membuat Gua terusik.

       Gua rampas kembali guling Gua dari tangan Kak Yuni saat Kak Yuni ingin menimpuk Gua lagi. Kasian sekali guling Gua di tubruk-tubrukin ke kaki Gua.

       "Makanya, mandi sana. Teman Kamu udah nunggu di bawah."

       "Teman?"

       "Iya, sana mandi, siap-siap."

       Gua bingung saat masuk kamar mandi, sabun Gua gak tahu dimana, sikat gigi sih ada tapi pasta giginya hilang. Yaudah Gua mandi dengan mengguyur badan dengan air saja dan sikat gigi tanpa odol. Cepat-cepat Gua bersiap dan berdandan dengan bedak tabur seadanya.

       "Gecia, ayo buruan. Tas Lo udah kita masukin ke bagasi." Shuji, Funny dan Zuyi langsung menarik tangan Gua saat baru keluar dari pintu kamar. Gua gak sempat pamitan sama Kak Yuni.

       "Untung aja kita datang ke rumah Lo Gey."

       "Untung Gua nanya alamat Lo ke Kemal."

       "Untung aja rumah Lo dekat sekolah, kalo gak malas banget Gua jemput Lo." ujar Zuyi terakhir membahas untung-untungan, dalam hati Gua juga bilang untung aja kalian peduli sama Gua.

       Zuyi mengendarai mobil dengan sangat kencang, Shuji bahkan pegangan erat-erat ke jok mobil karena dia duduk di sebelah Zuyi. Gua sama Funny tatapan merasa takut jika mobil ini menabrak pembatas jalan dan kecelakaan.

       Shuji keluar dari mobil Zuyi dengan memegang perutnya dan kepalanya, sedangkan Funny sudah mual-mual ingin muntah tapi tak keluar, Gua banyak minum aja karena agak pusing. Zuyi malah tertawa dan memanggil Lintar.

       "Kenapa Lo pada?" tanya Halilintar bingung.

       "Mabuk laut mereka." Zuyi kembali tertawa sambil membuka bagasinya dan menarik tangan Halilintar untuk memindahkan barang-barang dari mobilnya ke Bus yang sudah pihak sekolah sediakan. Secara tak ikhlas Halilintar menolong Zuyi, karena barang-barang yang berat diangkat Halilintar bolak balik, sedangkan Zuyi hanya menenteng cemilan-cemilan dan gitar. Lalu kami bertiga, hanya memandang mereka berdua.

       "Udah yuk, naik." ajak Zuyi menghampiri kami.

       "Mobil Lo?" tanya Shuji.

       "Aman, nanti suruh Bokap Gua atur." jawab Zuyi.

       Bus berjalan dengan sangat tenang, tidak ada yang merasa pusing meski sebenarnya bus ini ngebut, Gua duduk dengan Fagrel. Dari awal dia datang hanya sibuk tidur, tapi gak heran lagi sih, namanya juga Fagrel dari awal Gua kenal dia emang begini.

       "Bosan." ujar Gua menatap jalanan yang di samping kiri tapi sedikit terhalang wajah Fagrel, hanya tebing-tebing perbukitan dan kanannya jurang.

       "Makanya tidur." Gua kira dia bisa ngomong sambil tidur, ternyata dia beneran udah bangun.

       "Gak deh, bentar lagi katanya mau sampai."

       "Hmm, Gua tinggal bentar." Fagrel berdiri dan mengusap wajahnya dan menggeser lutut Gua karena dia mau lewat. Dia berjalan ke arah Zuyi yang duduk di kursi paling belakang.

       Fagrel kembali dengan membawa minuman dingin. Kelas kami memang unik, cooler box aja dibawa biar mereka tetap bisa minum minuman dingin.

       "Nih, girl first."

       "Maksud Lo?"

       "Oh Lo gak mau? Gua duluan nih minum. Habis itu Lo minum bekas Gua."

Terima kasih Imajinasi [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang