##7

32 25 0
                                    

       Kami para perempuan berjalan dengan cepat-cepat berhamburan ke rumah bapak tadi bahkan Shuji beberapa kali terjengkal, namun tak ada yang menolongnya karena kami sudah terlalu takut dengan suara-suara yang masih saja terdengar dengan jumlah yang sama yaitu dua kali. Para lelaki hanya berjalan santai dari belakang, Gua sendiri merasa ada yang tidak beres yang akan terjadi, entah apalah itu. Tapi setelah kembali ke rumah bapak itu Gua merasa enakan, walau agak pusing. Karena suara langkah kami remaja laki-laki tadi membuka pintu dan keluar menghampiri kami.

       "Kakak-kakak mau beristirahat disini?" tanya remaja laki-laki itu santun.

       "Ya dek, kami diminta sama Bapak kamu beristirahat semalam disini." jawab Kemal dengan lebih sopan.

       "Boleh, silahkan masuk Kakak-kakak tapi tolong jika Kakak di dalam jangan meribut."

       Satu persatu kami masuk, cewek duduk di tengah karena kami merasa ragu dan cemas.

       "Sebentar ya Kak." dia pergi ke dapur, lalu membawa teko dan gelas dengan nampan.

       "Silahkan diminum Kakak-kakak."

       "Terima kasih ya dek." ujar yang cowok-cowok.

       "Kalau boleh tahu, siapa nama kamu?" tanya Zuyi.

       "Saya Zakka, saya putus sekolah." jawabnya.

       "Ooh Zakka ya, sebelumnya kamu kelas berapa?"

       "Saya dari kelas delapan sudah putus sekolah kak, seharusnya saya sekarang kelas sembilan." jawab Zakka.

       "Kalau boleh tahu kenapa putus sekolah dek? Apa karena sekolah dan rumah kamu dari sini jauh?"

       "Bukan Kak, sebentar ya Kak, nanti saya jelaskan." dia berdiri lagi meninggalkan kami.

       Dia pergi ke sebuah ruangan, terlihat seperti kamar dan keluar membawa seorang nenek tua. Dia memapah nenek itu dengan baik, mulai dari berjalan, hingga mendudukkan nenek itu di sebuah kursi.

       Nenek itu terlihat sangat tua dan sudah bungkuk, bola matanya bergerak-gerak gelisah menunjukkan rasa takutnya yang berlebihan. Dia membalut sebagian tubuhnya dengan sehelai kain bermotif daun berwarna hijau, sesekali dia menyembunyikan wajahnya ke dalam kain itu.

       "Beliau ini nenek saya. Nenek sudah kehilangan akal sehat, dulu pernah dibawa ke rumah sakit jiwa tapi nenek pernah mencoba kabur, pernah sakit-sakitan juga. Karena saya tidak mungkin membiarkan Kakek saya sendirian mengurus beliau, saya memutuskan untuk berhenti sekolah." dia mengambil nafas dalam dan merangkul neneknya dengan kasih sayang berlinang air mata. Fagrel berdiri dan berpindah posisi untuk menenangkan Zakka.

       "Sebenarnya kami punya rumah di luar, dulu saya tinggal disana bersama Mama dan Papa. Tapi begitulah keadaan, Kak." ujar Zakka berlinang air mata tak sanggup melanjutkan perkataannya.

       "Lalu dimana Mama dan Papa kamu?" tanya Fagrel.

       "Mama dan Papa sibuk bekerja Kak, nenek saya juga trauma berat dan akan mengamuk jika melihat Mama dan Papa saya. Karena mereka pernah berbuat kasar saat nenek ingin keluar dari rumah sakit jiwa.

       Setelah itu, Kakek saya memutuskan untuk membawa jauh nenek saya dari Mama dan Papa saya. Beliau memiliki kenalan, orang itu yang punya area tempat kakak-kakak menginap camp. Alhamdulillah kami diberi kesempatan untuk menginap disini dengan syarat kakek saya ikut membantu-bantu area camp miliknya."

       "Mulia sekali sikap kamu sayang." tutur Shuji.

       Begitulah cerita singkat yang disajikan Zakka, membuat kami semua merasa kagum pada sikapnya. Tak lama hujan datang dengan angin kencang, membuat atap-atap yang seadanya dan tak berloteng itu terbuka-buka, dan membuat keributan sehingga neneknya Zakka berteriak-teriak ketakutan.

       Para lelaki ingin turun tangan untuk membantu Zakka, tapi dia tidak mengizinkan mereka.

       "Mau gimana lagi, udah mau Gua bantuin tapi dia ngusir. Mending itu nenek diikat aja, ngotot banget tu anak." dumel Lilo.

       "Gua liat-liat Lo tipe cowok KDRT." sahut Shuji.

       "Lo kalau ngomong tu jangan asal ceplos, mikir dong! Itu neneknya dia, dia pasti bisa nenangin neneknya tanpa kekerasan. Gak kayak Lo, anak durhaka!" cecar Zuyi memberi ceramah.

       "BTW, Lo pada ingat gak sih sama suara-suara tadi?"

       "Ih! Jangan bahas itu lagi, merinding nih Gua." Shuji menabok kepala Lilo.

       "Gak, maksud Gua tuh, suara tadi ada maknanya gak sih?"

       "Makna apanya?" tanya Funny.

       "Itu suara penjaga hutan ini."

       Semua perhatian kami tertuju pada Lilo, ucapannya bisa jadi benar, karena tidak ada seorangpun di hutan ini selain kami dan bapak tadi.

       "Ih! Jangan bahas gituan deh, Gua takut." Shuji menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

       "Bisa jadi sih, kan suaranya tadi nyuruh kita balik! Balik! gitu kan. Bisa jadi itu pertanda untuk menghindari kita dari datangnya musibah. Toh, sekarang badai gini." ucap Kemal memberi kesimpulan.

       "Iya benar juga, untung aja." sahut Funny.

       "Menurut Gua, alam tidak akan menyesatkan atau mencelakai manusia yang mengunjunginya selama pengunjungnya itu bersikap sopan dan tidak punya niat untuk merusaknya." kata Fagrel.

       "Bukan alam, tapi Tuhanlah yang menjaga kita dari malapetaka selama kita masih patuh dan taat padanya, Tuhan tidak akan mencelakai umatnya, karena tuhan itu maha pengasih yang tak pernah pilih kasih dan maha penyayang yang sayangnya tak terkira." sanggah Halilintar dengan suara berirama.

       "Itu mah lirik lagu, dasar ondel-ondel." sahut Funny.

       "Heh! Tunggu! Bapaknya Zakka gimana?" ujar Shuji panik.

       "Tenang aja, tenang Shuji, tenang, Gua yakin bapaknya baik-baik saja. Jadi Lo mending isirahat deh sekarang." jawab Kemal menenangkan Shuji.

       "Udah-udah sana pada istrirahat." ujar Lilo yang sudah kelelahan.

       "Istri rahat?" tanya Kemal.

       "Istirahat, sorry-sorry. Sana! Semua istirahat." tegas Lilo.

Terima kasih Imajinasi [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang