"Orang sibuk nugas mana sempat nengok jam." lagian emang benar kok orang lagi fokus mana sempat nengok hal lain.
"Yah, gak terima nih anak di nasehatin."
"Dari tadi deh Kak Ari, kerasukan setan kompor ya? Makanya jangan suka nyuri-nyuri makanan di dapur." rasain kan Gua dilawan, tiap malam pasti Mama Andam teriak-teriak nyebut nama Kak Ari udah nyuri lauk-lauk.
"Enak aja Lo, itu kucing kali."
"Di rumah Kak Ari mana ada kucing, tetangga juga gak ada yang pelihara kucing. Lagian malam-malam mana ada kucing keliaran, yang ada tuyul tuh jalan malam."
"Iya Lo tuyulnya. Ya kucing jalanan kan bisa." akal bulusnya jalan tuh.
"Oiya-ya." tukas Gua sok iya.
"Nah, emang iya, pinter Lo." pujinya.
"Oh Iya dong Geysa, tau gak siapa nama kucingnya?" goda Gua.
"Emang Lo udah kenalan."
"Udah masa Kak Ari lupa, kan depan Kak Ari kenalannya."
"Kok Gua lupa!" pikirnya.
"Ya kan Kak Ari pikun, nih ya Gey kasih tau ulang nih, tapi besok-besok diingat-ingat ya jangan dilupain lagi. Jadi namanya itu, Kehna." Kak Ari nampak mengingat-ingat, perut Gua sakit lagi nahan tawa, dia emang lemot apa pura-pura lemot sih.
"Kok Gua kayak gak asing ya sama namanya." ujarnya masih bingung.
"Selagi Kakak ganteng ini mengingat-ingat Gey ke kamar mandi bentar yah, lupa tadi gosok gigi." pokonya Gua harus cepat-cepat menghindar sebelum ingatannya memulih.
"Oh, Babik! Woi, Geysa turun Lo." darah tinggi deh dia tak terima, lepas dah ketawa Gua nengok wajahnya udah merah, makin ngebut Gua injak-injak anak tangga.
"Ari! Jangan ngomong kasar di rumah Aku, keluar kamu!" usir Kak Yuni mengamuk kayak banteng, rasain kan berani sih ngerjain Gua.
***
Jarum jam dinding yang pendek udah di jam delapan, segera Gua keluar rumah nunggu jemputan, ternyata Kak Ari juga sudah rapi.
"Jemput Kehna ya Kak?" sapa Gua to the point.
"Hush diam, jangan kencang-kencang kalo ngomong." pasti takut tuh anak ketahuan sama Mamanya.
"Oh, gak bisa gitu dong." tukas Gua bersedekap dada.
"Iya-iya bawel Lo. Nanti Gua beliin martabak telor." tukasnya dengan mata melotot.
"Idih emang Gey apaan, kecuali Kak Ari mau beliin Gey buku komik."
"Besok kita ke gramedia, puas Lo?" ujarnya terpaksa. Buru-buru Gua gelengin kepala, dia mengernyit bingung dengan lipatan dahinya yang bertingkat.
"Gak perlu susah-susah besok, sekarang aja! Gey mau ke sana bareng teman, nih lagi nunggu jemputan." ucap Gua dengan binar-binar bahagia, dengan terpaksa dia membuka dompetnya dan ngasih selembar uang merah, rezeki emang gak pernah salah tangan.
"Gak cukup." pinta Gua cemberut.
"Tengil Lo, nih." lagi dia ngasih selembar uang merah.
"Terima kasih pangerannya Kehna." Gua berbicara selembut-lembut mungkin.
"Aamiin." balasnya tersenyum, salting pasti tapi gak usah diledekin, entar dia minta uangnya dikembaliin.
Kak Ari sudah pergi dari tadi, tapi si monyet masih belum mucul, udah Gua sumpah-sumpahin dari tadi masih juga gak nongol-nongol kepalanya, kurang mujarab kali ya sumpah Gua. Sudah lebih setengah jam Gua nunggu depan pagar, baru rencana mau balik masuk pintu terdengar suara teriak-teriak nama Gua di jalan.
"Geysa, sorry! Geysa!"
katanya setelah memberikan helm."Iya gak apa, buruan jalan." sangat ingin Gua menyumpahinya berteriak-teriak tapi harus Gua tahan dengan teramat sabar, karena perjalanan gak bakal baik jika kita saling emosi terlebih pagi ini Gua udah dapat banyak duit.
Dia memilih gitar yang lebih besar bodinya dari yang lain, sepertinya dia memang mengincar gitar itu dari jauh hari. Fagrel bahkan sudah akrab dengan mas-mas penjaganya.
"Kenapa Lo beli gitar disini sih? Kenapa gak beli gitar di tempat khusus orang jual gitar, sepengetahuan Gua ya."
"Heh mulut! Emang Lo gak tahu ini gitar best seller, Gua liat ini dari hari Minggu. Ternyata masih ada, takdir Gua memiliki dia. Buktinya Lo bisa liat sendiri, gitar ini di tangan siapa? Harusnya kalau dia bukan takdir Gua, dia udah di tangan orang yang menatapnya beberapa hari sebelum Gua dan setelah Gua menatapnya, ya kan?"
"Apa kata Lo aja dah, Gua kagak paham kalau Lo udah ngawur gini."
"Ruqyah dulu otak Lo, biar jin bodoh Lo minggat dari otak Lo noh." saking geramnya dia malah ngeguncangin kepala Gua. Kalau otak Gua copot siapa yang tanggung jawab?
----
Kebayang gak sih, gimana nasib Kak Ari setelah di kerjain Geysa🤭Kemaren malam di kerjain, paginya diporotin, gini nih kalau Geysa diusik-usik soal belajarnya.😎😎
Geysa orang yang suka fokus sama satu hal, dan dia akan lupa sama segala hal jika dia sudah fokus.☺☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima kasih Imajinasi [end]
Подростковая литератураApa ini plagiat karya kalian I don't think so!! Ingat ya ini cuma karangan fiksi, jika kesamaan tempat dan alur cerita, mohon maaf saya tidak maksud meniru (15+) Hai tems, yuk pahami sekilas sebelum baca Tiap partnya sedang-sedang saja, cerita gak...