#13

103 57 3
                                    

       Kami berdua banyak meribut semenjak pesanan sudah terletak diatas meja, Fagrel menahan tangan Gua setelah beberapa suapan telah masuk ke dalam mulut Gua.

       "Lo buruk makan!" tudingnya.

       "Buru-buru." jawab Gua ingin menyendok lagi tapi sendok nasi goreng Gua malah ditarik jatuh lagi kedalam piring.

       "Lo bisa gak sih, berdamai sama Gua kali ini aja." mohon Gua dengan menekan kata "ini" agar dia berhenti mencari ulah kali ini.

       "Gua gak cari ulah kalau Lo makan dengan tenang." permintaan macam apa itu, dia lupa kali ya, ganti istirahat hanya setengah dari waktu istirahat tadi.

       "Please deh, cuma lima belas menit."

       "Peduli amat Lo ucapan dia. Kalau Lo masih mau makan, suap dan kunyah dengan tenang, telan dan berikutnya lakukan hal sama." bingung Gua harus gimana, ucapannya benar tapi waktunya tidak tepat.

       "Lo dengar ucapan Gua?" ulangnya.

       "Huh, oke."

       Gua kembali ke kelas setelah Fagrel dan Gua menghabiskan waktu dua puluh lima menit kurang lebih. Baru menduduki bangku setelah mendapat izin belajar dari Pak Aimi, Arma melempar sebuah gulungan kertas kecil.

       Ternyata Arma ingin bolos Bimbel hari ini dengan meminta Gua berbohong pada Daddynya. "Yang benar aja." gumam Gua membaca coretan itu setengah kaget.

       "Geysa! Ada apa?" tanya Pak Aimi, apakah reaksi Gua masih kelihatan dengan jarak cukup jauh dari mejanya duduk.

       Duduk Gua dari papan tulis berbanjar kebelakang urutan ke empat, di depan Gua ada Arma, di depannya lagi Zuyi dan yang paling depan ditempati Gaen. Penghuni bangku paling belakang atau urutan kelima, di belakang Gua ada Bian, di kirinya Bian si Ajeng, di sebelah Ajeng ada Fagrel dan sebelahnya lagi adalah orang yang memiliki nama paling simpel alias Zara doang.

       "Ah engga Pak, saya bingung sama penjelasan di papan tulis Pak." Gua pura-pura bingung menatap papan tulis yang udah penuh tulisan kaki ayam dari Pak Aimi.

       "Kamu bisa memahaminya nanti karena kalian bakal duduk perkelompok setelah selesai mencatat." untung Pak Aimi berbicara demikian, berbeda dengan guru kimia Gua, dia bakal bertanya bagian apa yang tidak dipahami bahkan diminta maju menunjukkan di papan tulis, Wel adalah gelar yang diberi oleh kelas Gua pada Ibu guru itu.

       "Bagi kelompok sendiri kan Pak." teriak Zuyi sembari menaikkan tangan untuk bertanya.

       "Saya yang bagi!" masam sudah ekspresi Zuyi mendengar jawaban Pak Aimi.

       "Yaelah." gerutu beberapa anak kelas yang masih terdengar.

       Kelompok dibagi si guru Biologi berdasarkan tempat duduk perlima orang, jadilah Gua tergabung bersama para barisan kelima yang dimana ada Bian, Ajeng, Fagrel dan Zara.

       Zuyi juga sekelompok dengan Arma, strategis sekali duduknya. Mau bagi ke samping ataupun ke belakang mereka berdua bakal selalu sekelompok, tetapi kalau sudah bagi sesuai absen kita bertiga gak bakal ada yang sekelompok.

       "Ketua kelas." panggil Pak Aimi.

       "Ya saya Pak." jawab Bian mengacung tangan.

       "Nanti malam telephone saya diangkat."

       "Aduh, apa tuh malam-malam Pak." bukan suara Bian tentunya, tapi siapa lagi kalau bukan Gaen. Suasana kelas menjadi ricuh setelah candaan Bian yang di balas candaan lagi oleh semua anggota kelas.

       "Sudah-sudah, sudah! Silahkan duduk berkelompok secara terurut! Diskusi sekarang!" teriak Bian menyudahi olok-olok terhadapnya dan Pak Aimi.


----
Masih ada yang salah ketik gak nih?

Terima kasih Imajinasi [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang