###4

34 26 1
                                    

       Lama setelah bosan menonton TV bersama Mama, pintu terbuka menampakkan Fagrel disusul Bian, Arma, Zuyi, Ajeng dan Zara yang muncul dibelakangnya.

       "Assalamualaikum." sapanya ramai-ramai, membuat Gua senyum lebar kesenangan. Mereka menghampiri Mama dan salaman.

       "Waalaikumsalam, ayo duduk dulu." ajak Mama mempersilahkan mereka duduk di sofa tamu ruang kamar ini. Tapi mereka hanya meletakkan tas sekolah dan menghampiri brankar Gua sampai-sampai Gua gak bisa liat TV lagi karena ketutupan badannya Fagrel.

       "Hai Gey."

       "Assalamualaikum Geysa."

       "Udah sehat Lo?"

       "Jawab atuh Gey!"

       "Orang baca salam kagak dijawab dosa Lo." tambah Zuyi.

       "Udah-udah, Geysa masih belum sembuh total, susah kalau banyak bicara." Fagrel menanggapi ujaran-ujaran mereka.

       "Apanya? Udah seminggu nih dia sadar koma. Mana mungkin nih anak masih sakit perut kalau ngomong. Udah bisa jalan kan Lo?" tanya Zuyi lagi.

       "Iyaa Zuyi, Gua besok pulang kok." ujar Gua.

       "Assalamualaikum." Gaen datang mendadak dengan banyak tentengan ditangannya.

       "Lama banget sih Lo." Zara tak berniat menolong Gaen yang kesusahan tapi malah mengatainya.

       "Heh, babi emperan! Lo gak lihat apa, bawa semua ini sendirian, diliatin banyak orang, malu nih Gua!"

       "Siapa suruh Lo kalah tantangan." balas Bian.

       "Gak usah malu, kalau mereka gak liat Lo, lebih aneh lagi." ujar Arma, dikira dia hantu kali ya.

       "Heleh, Lo semua curang!" Gaen malah membela diri. Tampaknya Gaen kalah dalam sebuah permainan, pastinya itu dilakukan dengan kesekongkolan lainnya untuk mengerjai Gaen.

       "Gaen, Bian." Fagrel menegur memanggil nama mereka sambil memiringkan dagunya sebentar ke arah Mama.

       "Oh iya, tante ini kita bawa buah, roti, bunga, boneka, masih banyak lagi, buat Geysa tante." Gaen menyerahkan tentengannya pada Mama dan diterima Mama dengan senang hati. Setelah itu dia menuju brankar Gua.

       "Makasih banyak ya, terkusus Gaen." kata Gua membuat Gaen senyum sangat bahagia.

       "Apaan Gey, dia cuma bawain doang. Nyumbang aja kagak." kata Zuyi lagi-lagi.

       "Ya gak apa-apa. Gaen udah sering jenguk Gua, bawain belajaan kalian juga kan buat Gua."

       "Lo emang paling pengertian Gey." kata Gaen kesenangan.

       "Iya, cuma Gaen." Fagrel malah berkata sambil memiringkan kepalanya ke arah samping.

       "Ciee-ciee-ciee." Zuyi malah menggoda diwaktu yang tidak tepat.

       "Iya Grel makasih banyak." ucapan terima kasih Gua membuat dia menatap ke Gua lagi dan sorakan-sorakan dari yang lain.

       "Iya yang spesial cuma Gaen dan Grel doang Guys, mending kita pulang." ajak Zuyi mengadu nasib.

       "Yaudah Lo aja pulang, kita disini. Kita gak masalah, karena kita tahu sebenarnya yang spesial buat Gey itu siapa." balas Arma malah membuat Zuyi malu.

       "Gua becanda Gey, yang spesial banget disini pasti Mama Lo kan." ucapan Zuyi membuat perhatian semuanya tertuju pada Mama.

       "Lo pada benar." ungkap Gua dan merentangkan tangan pada Mama biar dipeluk di depan mereka.

       Pelukan dari Mama membuat semuanya ikut meneteskan air mata. Apalagi Zuyi dan Arma, mereka berdua adalah tokoh utama dalam kejadian waktu Gua kecelakaan. Hanya mereka berdua yang tahu jalan cerita Gua sampai Gua ketabrak mobil.

       "Semuanya, Gua sama Zara duluan ya." pamit Bian menyalami Mama

       "Cepat sembuh Gey." Zara memeluk Gua untuk pamit, biasalah cewek.

       "Gua juga duluan, jadwal bimbel hari ini bentar lagi. Sehat-sehat ya Gey, gua nunggu Lo cepat hadir di kelas." pamit Ajeng setelah itu salaman sama Mama.

       Mama mengantar mereka keluar. Setelah mereka keluar dari pintu kamar, semuanya ribut lagi.

       "Lo tahu gak Gey." ucap Arma tiba-tiba.

       "Apaan?"

       "Lo gak usah ngajak anak orang gibah, Geysa baru sembuh." peringat Gaen.

       "Bacot Lo!" sanggah Arma.

"Jadi kan Gey, diam-diam si Bian ketua kelas kita ternyata ketua geng kotor Gey."

       "Geng kotor?" tanya Gua penasaran.

       "Iya Gey, dia aja bawa-bawa si Zara nge-lem di gudang belakang." ungkap Zuyi membuat Gua kaget setengah mati. Kenapa jadi jantung Gua yang deg-degan ya, Gua kira mereka berdua anak baik-baik.

       "Yang benar?" tanya Gua masih syok berat.

       "Iya Gey, Gua sama Gaen liat kejadiannya sendiri." ujar Arma.

       "Heh, jangan bawa-bawa Gua." Gaen terlihat tak enak hati.

       "Lo juga saksi mata, jangan ngelak Lo." peringat Arma memukul bahu Gaen.

       "Terus gimana?"

       "Gua sih mau ngelapor ke BK sama Zuyi, tapi." Arma menggantung ucapannya dan malah menunjuk Fagrel dan Gaen.

       "Tapi?"

       "Mereka bedua ngelarang kita, katanya gak usah ikut campur urusan orang lain lah, urusan cowok lah, apalah."

       "Tau, mentang-mentang Bian teman mereka." tambah Zuyi.

       "Padahal kan si Zara cewek ya, harusnya gimana gitu. Gua aja gak respect Zara begituan." kata Arma lagi.

       "Harusnya kan emang diaduin ke BK, Lo berdua gimana sih?" tanya Gua melihat Fagrel dan Gaen.

       "Lo bertiga gak usah ikut campur sama urusan Bian. Bian itu ketua geng tauran, geng motor dan entah apalagi yang dia ikuti. Kalian cewek, jangan ikut campur urusan cowok. Gua rasa selama dia menjabat sebagai ketua kelas, dia mampu mengayomi kita semua. Anggota kelas aman, gak ada perkelahian. Kalau pergaulan, itu hak pribadi. Selama itu gak ngerugiin kalian, kalian gak ada hak ikut campur." ucapan Fagrel benar juga.

       "Dasar cewek, ngangguk-ngangguk, paham kagak?" kata Gaen.

       "Emang kita sebodoh Lo." tanya Arma menuduh berbalik.

Terima kasih Imajinasi [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang