Zuyi mengejar dan memeluk Kak Yuni yang baru muncul dari balik pintu. Dia kembali menangis membuat Kak Yuni kebingungan, melihat ke Gua sambil mengangkat satu alisnya. "Bukan Gey! Gey gak ikut apa-apa." Kak Yuni melempar tatapannya pada Arma. Arma yang merasa bersalah berjalan mendekat ke Kak Yuni.
"Gara-gara dia yang mulai duluan Kak. Dia yang ngerjain kami, dia yang parnoan. Kami tadi juga udah minta maaf ke dia, ya kan Gaen! Cuma dia gak mau maafin kita."
"Tapi kan Gua sendiri, Lo ramean ngerjain Gua."
"Tapi Lo gak ngerasa bersalah udah ngerjain kita. Malah ngetawain kita, siapa yang gak kesel ke Lo?"
"Udah-udah. Sekarang, semuanya harus baikan!" Kak Yuni berusaha menggapai tangan kanan Arma yang kejauhan darinya dan menyatukan kedua telapak tangan itu hingga akhirnya mereka mau bersalaman.
Kak Yuni menggeret kedua tangan yang sudah bersalaman itu ke ranjang Gua baringan. "Udah malam, sekarang biarin Kakak yang jaga Geysa. Kalian yang cowok anter yang cewek." Kak Yuni mengambil kursi untuk dia duduk di samping brankar Gua.
"Gua antar Arma." ujar Gaen merebut Arma dari tangan Kak Yuni.
"Gua juga gak bakal izinin Lo ngantar sepupu Gua!" Fagrel ikut merebut Zuyi.
"Sayang deh Gua sama Lo." Zuyi memeluk Fagrel dan dibalas sapuan tangan di punggung Zuyi.
"Kalau Gua biarin Lo diantar Gaen, gimana nasib Gua di tangan Bro, Lo?"
"Di ceburin ke kolam buaya Lo." mereka berdua tertawa, sungguh ke dua sepupu itu membuat Gua iri dan refleks Gua menatap Kak Yuni yang juga menatap Gua.
"Gey juga!" Gua merentangkan tangan ke Kak Yuni yang juga langsung berdiri untuk menerima pelukan Gua.
"Apa Lo?" tanya Arma membesarkan bola matanya ke Gaen.
"Lo gak mau dipeluk?"
"Mau tapi sama JK." Gaen memutar bola mata jijik.
"Ngimpi!"
"Aamiin, gak papa dalam mimpi aja. Gua juga gak mampu beli tiket ke konser dia." Arma membuat kami semua tertawa sedangkan Gaen merasa rugi karena sudah berbicara demikian.
"Gey." panggil Fagrel sehingga Gua melepas pelukan Kak Yuni.
"Apa?"
"Habis antar Zuyi, Gua balik kesini kok."
"Hah? Ngapain. Gak usah, Lo istirahat aja di rumah. Besok sekolah."
"Besok gak sekolah Gey." kata Zuyi menyerempet.
"Guru ada rapat pertemuan penting. Belajar selama tiga hari kedepan daring." jelas Arma.
"Hmm boleh, Lo boleh kalau mau nginap sini."
"Lo larang pun, Gua tetap balik. Gua udah janjian sama Kakak Lo."
Gua melihat ke Kak Yuni. "Bukan, sama Ari mungkin."
"Gua janjian sama Kak Zahid. Udah Gua hubungi, dia juga udah hubungi Mama Lo buat istirahat di rumahnya malam ini." tegurnya.
"Ooh, yaudah sana!" usir Gua hiba melihat Zuyi yang sudah bosan menunggu Fagrel di depan pintu.
"Lo kalau mau ngapel, antar Gua pulang dulu." teriak Zuyi menanti Fagrel yang tak jalan-jalan.
"Tuh kan! Sana!" usir Gua karena dia belum beranjak juga, akhirnya dia menyalami Kak Yuni dan pamit pulang.
"Mendingan yang ini gak Gey?" tanya Kak Yuni tiba-tiba setelah Fagrel dan Zuyi menghilang bersama Gaen dan Arma.
"Yang ini apanya?" mata Gua mencari-cari apa yang sedang dipegang Kak Yuni, gak ada apapun.
"Maksudnya, mending Grel apa Ari? Mendingan Grel gak Gey?"
"Apaan sih Kak, kirain apa!"
"Ya gimana? Pilih Grel apa Ari?"
"Dipilih buat apaan?"
"Buat dijadiin pacar."
"Yang mana dapat aja, jodoh rezeki udah ada yang ngatur." Kak Yuni jadi diam, sebenarnya Kak Yuni ngapain ceng-cengin Gua, dia aja belum dapat.
"Kak Yuni kenapa? Kok diam?"
"Kakak bingung nih Gey. Bingung banget!"
"Huhh?"
"Bunda Nami udah nyari-nyariin Kakak buat dijadiin calon. Bahkan udah pernah dibawa ke rumah tuh cowok."
"Siapa Kak?"
"Nanti deh, kamu bisa ketemu langsung. Kakak kasih tahu pun kamu gak bakal tahu." kata Kak Yuni benar juga.
"Tapi, masa gak nyimpan potonya gitu? Coba lihat!" ujar Gua merentang tangan kanan meminta handphonenya.
"Buat apaan disimpan-simpan? Gak guna!" Kak Yuni mengembalikan tangan Gua.
"Dih, masa sih gak ada potonya." goda Gua nyampe Kak Yuni salting bahkan mukanya udah merah kayak apel, cute sekali.
"Gak ada! Sembuh dulu sana, nanti juga bakal ketemu sama kamu."
"Dia di kota ini?"
"Yaiyalah, kota mana lagi?" benar juga, gak mungkin Bunda Namira nyariin cowok di luar kota ini. Soalnya Kak Yuni pasti gak bakal mau juga ngerelain usahanya yang udah dibendung lama di kota ini.
"Cakep tuh pasti."
"Cakep sih Gey, cuma Kakak gak tahu udah siap apa belum buat menikah. Kakak juga bingung nanti gimana jadinya bentuk rumah tangga yang bakal Kakak hadapi sama orang yang dijodohin. Pastinya kita juga gak banyak tahu tentang dia. Tapi gak mungkin lagi kalau Bunda nyariin cowok yang gak benar buat Kakak. Aduh, Gey kenapa Kakak malah bilang hal ini ke kamu. Gak usah dipikirin ya Gey, kamu fokus belajar jalan aja."
"Yang benar! Gey udah bisa jalan tahu." Gua bangkit dari tempat duduk, menjuntaikan kaki ke bawah menggapai lantai. Pelan-pelan Gua turun sendiri tanpa dibantu Kak Yuni, bahkan dia kaget menutup mulutnya yang terbuka lebar. Setelah mencapai lantai Gua berjalan beberapa langkah ke sofa dan menghidupkan TV.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima kasih Imajinasi [end]
Teen FictionApa ini plagiat karya kalian I don't think so!! Ingat ya ini cuma karangan fiksi, jika kesamaan tempat dan alur cerita, mohon maaf saya tidak maksud meniru (15+) Hai tems, yuk pahami sekilas sebelum baca Tiap partnya sedang-sedang saja, cerita gak...