Ternyata disini sudah tidak tersedia tempat duduk lagi, semua nongkrong di hari yang sama, Gua tengok jam tangan memang sudah sore jadi wajar cafe ini penuh.
"Gimana? Kita pindah?" tawarnya.
"Gak ah, Gua kesini karena menunya spesial, kreatif berbeda sendiri."
"Pesan aja, bungkus bawa pulang?"
"Yaiyalah, yakali makan disini sambil berdiri." lama-lama kepala Gua puyeng ngadepin Fagrel.
"Yaudah nongkrongnya di rumah Gua aja."
"What? Yang benar aja, rumah Gua aja." Gak mau Gua makan di rumah orang, kagak biasa Gua, apalagi nanti ada bokap nyokapnya.
"Gua sih bebas, kan Gua kalau makan gak malu-maluin." kata-katanya mengesankan kalau Gua yang makan malu-maluin.
"Sorry ya, Gua bukan orang yang buruk makan." ujar Gua tegas.
"Udah, pesan sana semau Lo! Sekalian Gua ya, samain."
Mampus sudah si Fagrel, Gua pesan untuk orang di rumah Gua dan Mama Andam juga.
"Baik banget kan Gua, ingat keluarga." lanjut Gua setelah menaruh belanjaan di bagian depan motornya.
"Ngomong gitu doang Lo? Nih sandang gitar Gua, awas lecet." sebelum Gua sandang, Gua duduk dulu di boncengan belakang.
"Iyah deh, makasih Fagrel yang tampan." ucap Gua semanis mungkin.
"Struk Gua liat muka Lo." tatapnya dari spion.
"Diabetes kali, kan Gua manis."
"Cantik-cantik kok narsis."
"Daripada Lo, tampan-tampan kok sinting." setelah saling mengatai, kami hanya diam sepanjang jalan tidak ada pembicaraan, bahkan dia sesantai itu masuk komplek rumah Gua.
Gua memintanya untuk duduk di ruang tamu, karena di dapur ada suara-suara ribut Gua ninggalin Fagrel sendiri dan melihat kondisi di dapur sekalian ngambil air putih.
"Hah? Kenapa lantai jadi pada semen gini?" kaget Gua nyampe Gua batuk-batuk setelah teriak.
"Kak Yuni Gey!" tunjuk Kak Ari.
"Ini bukan semen! Ini tepung! Putih begini." Kak Yuni masih menyapu tepung-tepung di sekitarnya.
"Oh kirain semen, soalnya di lantai. Kok tepungnya begini?"
"Gara-gara Kak Yuni Gey, dia yang tumpahin."
"Gak sengaja Ari!" bentaknya ke Kak Ari.
"Lagian ini bukan sepenuhnya salah Kakak, Gey. Ari yang nendang wadahnya, makanya serakan gini." dumel Kak Yuni.
"Oh, wadahnya jatoh terus di tendang Kak Ari?"
"Benar, tapi Gua kaget Gey. Gua kira apaan yang jatuh ke kaki Gua, ya Gua tendang, eh taunya ada isi tepung. Terbang-terbang dah tuh tepung." jelas Kak Ari.
"Lo, ngapain kesini?" tanya Gua berbisik mendekati Grel setelah ikut memasukkan tepung ke tong sampah.
"Lo ngapain jemput Gua sekarang? Janjian kan malam?" tanya Kak Ari bingung dengan suara lantang terkejut melototkan mata.
"Kamu teman Ari? Kalau masuk ke rumah orang baca salam, jangan asal nyelonong ke dapur orang. Kamu lupa ya Gey nutup pintu." Kak Yuni ikut-ikutan tapi yang dia bilang benar, tapi ini teman Gua bukan teman Kak Ari.
"Hah? Ngapain sih kalian semua? Lo juga, diam aja!" bentak Gua pada semuanya, lalu berbisik pada Fagrel yang dari tadi hanya diam menatap orang-orang yang sedang membicarakannya.
"Sepupu Lo Kak?" tunjuk Fagrel ke Gua.
"Iya, Adek Gua, Suka Lo? Udahlah ke rumah Gua aja, cepat amat Lo." Kak Ari merangkulnya dan ingin membawanya ke luar.
"Kak Ari tunggu." tahan Gua menghalang jalan mereka. "Mau Kak Ari bawa kemana teman Gey? Grel jelasin semuanya." lanjut Gua setelah berhadapan menghalangi keduanya.
"Geysa, kamu kenal?" sela Kak Yuni.
"Iya Kak, dia teman Gey. Gey yang bawa ke sini, cuma disuruh nunggu bentar tadi di ruang tamu."
"Lah, Gua kira Lo jemput Gua Grel."
"Lo kan punya motor Kak, bisa bawa juga. Gua diajak nih sama Adek Lo ke sini." dia melepaskan rangkulan Kak Ari dari pundaknya, lalu menatap Gua mengejek.
"Babi, nyindir Gua Lo?" bisik Gua ke dekat telinganya.
"Oh, jadi Lo gak berani ngomong kasar depan keluarga Lo ya." balasnya berbicara pelan disamping kepala Gua.
"Kenapa Gey bisik-bisik?" tanya Kak Yuni setelah menaruh tong sampah di sudut dapur.
"Ah itu, apa namanya tuh? Ha iya itu loh Kak, teman Gey bawain makanan buat kita semua. Sebenarnya Gey mau ambil minum ke dapur, eh lupa deh."
"Pas tuh, Gua cuci tangan dulu. Walau Gua sebenarnya belum paham, Kita bisa lanjut bicara sambil makan." segera Kak Ari ke wastafel cuci piring.
----
Siapa sangka, Grel ternyata teman Kak Ari juga!!!!!🧐🧐🧐Grel sendiri bingung, kenapa Geysa dan Kak Ari bisa sepupuan.
Padahal semua itu cuma akal-akalan Kak Ari.😣😣😣
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima kasih Imajinasi [end]
Novela JuvenilApa ini plagiat karya kalian I don't think so!! Ingat ya ini cuma karangan fiksi, jika kesamaan tempat dan alur cerita, mohon maaf saya tidak maksud meniru (15+) Hai tems, yuk pahami sekilas sebelum baca Tiap partnya sedang-sedang saja, cerita gak...