##6

33 25 0
                                    

       Kami berdelapan mulai berangkat ada Gua, Fagrel, Funny, Halilintar, Kemal, Lilo, Shuji dan Zuyi. Gak heran lagi sih namanya juga hutan, tentu ada monyet disini.

       "Kok Gua jadi takut ya." ujar Shuji dengan lantang agar didengar semua orang.

       "Jangan ngomong gitu, ini alam terbuka. Kalaupun Lo ngerasa takut, jangan ngomong keras-keras." Lilo menasehati Shuji seperti guru menasehati siswa.

       "Grel, ini jalannya yang mana?" Kemal bingung karena dia jalan paling depan dan Fagrel jalan paling belakang dengan Gua.

       "Bentar Gua ambil kertasnya dulu."

       "Lo kasih aja itu kertas ke Kemal Grel." ujar Shuji yang berjalan di depan kami. Fagrel mengopor kertas itu ke Lilo lalu ke Halilintar dan barulah di tangan Kemal.

       Kemal dan Funny berdiskusi memperhatikan arahan yang ditulis Madam di selembar kertas. Telah lama berjalan sungainya belum juga ketemu.

       "Lama banget."

       "Lo tuh bisa diam gak sih? Makanya kurusan biar gak gampang pegal." ceramah Lilo lagi-lagi ke Shuji.

       "Kedengaran gak bunyi air?" tanya Funny menghadap ke kami yang di belakang.

       "Iya dengar, udah dekat tuh." ujar Zuyi di belakang Funny.

       "Alhamdulillah, akhirnya."

       "Gayaan Lo alhamdulillah, bisa gak Lo nyebrang sungai?" kata Lilo meragukan Shuji.

       "Atas izin tuhan, kita semua pasti bisa." sahut Zuyi.

       "Nah benar, teman Gua." ujar Shuji menepuk-nepuk punggung Zuyi.

       Kami dengan hati-hati jalan menurun menuju sungai, untung Fagrel mau menolong Gua dan Shuji karena kami berdua kesusahan. Terkadang kami semua tertawa saat Fagrel menolong Shuji yang kesusahan karena badannya yang bulat, dan beratnya yang gak main-main tapi dia sangat cute.

       Lilo bahkan kejengkal masuk ke sungai karena asik tertawa hingga kehilangan berat badan, tak lupa dia menarik tangan Kemal untuk ikut bersamanya. Semua orang tertawa melihat Kemal kesal memukul-mukul Lilo.

       Hanya Halilintar dan Zuyi yang tidak basah saat selesai menyebrangi sungai, sedangkan Gua ikut basah karena menolong Funny terjatuh di dalam sungai saat menyebrang.

       Shuji juga basah semua, hanya dari perut ke atas saja dia tidak basah, bahkan celananya sudah dipenuhi tanah-tanah karena dia sering terjatuh saat menurun ke bawah tadi. Kemal dan Lilo jangan ditanya lagi gimana basahnya mereka.

       Kami kembali melanjutkan perjalanan dengan sedikit mendaki, untungnya disini jalannya tidak separah saat menuruni tempat tadi.

       Setelah berhasil tiba diatas kertas tadi untung tidak basah, karena sebelum menyebrang sungai, kertas yang di pegang Funny diberikan ke Halilintar.

       Zuyi dan Halilintar memimpin jalan saat ini, Gua dan Kemal memapah Funny. Fagrel, Lilo dan Shuji berjalan paling belakang.

       Hingga kami tiba di sebuah rumah kayu, yang disekelilingnya ditanami lengkuas.

       "Ini kan rumahnya, ada lengkuas juga." ujar Halilintar.

       "Iya, udah persis ini mah, yuk lah kesana." ajak Zuyi memandang kertas yang diberikan madam.

       "Gua istirahat disini bentar, kalian duluan aja." kata Shuji

       "Sama, Gua disini aja." ujar Funny.

       "Yaudah Gua nemenin mereka disini." sahut Kemal yang ikut tampak kelelahan.

       "Ayo!" ajak Zuyi pada yang lain.

       Kami semua berjalan menuju rumah itu dan Fagrel mengetuk pintu rumah. Bapak tua dan seorang lelaki remaja keluar dari rumah.

       "Permisi Pak, kami diminta Madam kepala sekolah kesini pak. Untuk memperbaiki listrik dan lampu-lampu di area camp Pak."

       "Ooo, silahkan duduk dulu, tampaknya kalian sangat kelelahan."

       "Sebelumnya terima kasih tawarannya Pak, tapi Madam meminta kami segera membawa Bapak ke area camp."

       "Begitu, baiklah. Saya bisa sendiri kesana, tenang saja. Kalian bisa istirahat disini saja dulu jika memang kelelahan tidak perlu dipaksakan. Karena kalian belum terbiasa bukan kah seperti itu?"

       "Gimana teman-teman?" tanya Fagrel.

       "Kita ke area camp sekarang aja Grel, udah mau malam juga." usul Lilo.

       "Yasudah, kalau memang begitu, secepatnya kita ke area camp."

       "Baik Pak." sahut Lilo dan Fagrel tak berbarengan.

       "Lo masih sanggup?" tanya Fagrel ke Gua, Gua ngangguk aja walau Gua rasanya capek.

       Baru beberapa langkah dari rumah bapak itu terdengar bunyi seperti suara-suara.

       "Balik."

       "Balik." terdengar suara seperti itu sebanyak dua kali tapi tidak terlalu jelas dan menggema-gema.

       Kami semua saling pandang, tiba-tiba kami semua merasa merinding.

       "Kondisi beberapa teman kalian sedang tidak memungkinkan ke area camp untuk saat ini. Lebih baik menginap semalam di rumah saya. Tenang saja disana selain ada anak saya juga ada istri saya. Tetapi tolong jangan berisik karena istri saya dalam keadaan kurang enak badan." kata Bapak itu mengalihkan perhatian kami.

       "Semuanya, lebih baik kita istirahat semalam di rumah bapak ini." Lilo berbicara mengarahkan kami dan menunjuk ke rumah bapak itu sambil mengangguk-angguk harus mempercayainya.

       "Ya sudah Pak, terima kasih sebelumnya sudah mengizinkan kami menginap di rumah bapak. Hati-hati Pak." sambung Lilo setelah kami membalas anggukan Lilo.

       "Satu syarat dari saya, jangan membuat keributan."

       "Baik pak." jawab kami serentak.

Terima kasih Imajinasi [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang