Chapter 5

1.3K 141 52
                                    

Pagi ini matahari bersinar begitu cerah. Menyinari pepohonan serta merekahkan setiap jenis bunga yang ada di halaman rumahnya. Bahkan burung pun ikut berkicau memuji kebesaran dari sang maha pencipta. Zayyan terbangun dengan perasaan setengah sadar. Matanya seolah-olah enggan untuk terbuka dan ingin kembali memasuki dunia mimpinya. Tapi sayang alam tidak mengizinkan hal itu. Ia bangun karena harus menjalani kewajibannya sebagai seorang mahasiswa.

Berdiri dengan kondisi sebagian jiwanya masih berada di bawah alam sadar, tidak membuat Zayyan kesulitan untuk memasuki kamar mandi. Ia bahkan bisa melakukannya sambil menggosok gigi serta membasuh mukanya. Setelah itu barulah ia mandi untuk mengembalikan seluruh kesadarannya.

Tidak lama, hanya butuh waktu 15 menit untuk Zayyan menyelesaikan segala rutinitasnya di pagi hari tersebut. Ia keluar dengan tampilan terbaiknya yang selalu ia tunjukkan saat akan kuliah. Terkesan simpel tapi dapat membuat setiap mata yang melihatnya terpesona. Zayyan memang memiliki badan yang mungil, tapi wajah yang tegas serta mata yang indah membuatnya tampak begitu tampan dan sempurna. Jangan salah, ia cukup populer di fakultasnya.

"Sayang kamu kok udah rapi begini?" tanya mama yang sedang menyiapkan sarapan.

"Iya ma, hari ini Jayyan mau kuliah." Zayyan duduk di salah satu kursi yang biasa ia tempati.

"Memangnya kamu udah sehat? Lebih baik kamu istirahat sehari lagi ya! Biar badan kamu kuat dulu. Mama gak mau Jayyan terlalu memaksakan diri. Gimana kalau nanti kamu pusing terus pingsan lagi? Yang ada mama tambah khawatir sayang." ucap mama dengan raut khawatir.

"Ma, Jayyan beneran udah sehat kok. Liat ni wajah Jayyan udah ganteng lagi kan?" Zayyan menunjuk wajahnya dengan cengiran menggemaskan.

"Hehe iya, anak mama memang tampan." Mama terkekeh mendengar penuturan Zayyan barusan.

"Jayyan tau gak, kalau mama liat kamu mama tu jadi inget papa. Papa kamu dulu sama tampannya dengan Jayyan sekarang." Mama tersenyum mengingat kembali wajah tampan mendiang suaminya.

"Papa Cao juga tampan." balas Zayyan.

Mama tersenyum melihat Zayyan. Memang benar suaminya yang sekarang tidak kalah tampan dari papanya Zayyan. Itulah sebabnya ia menyukainya. Eh jangan salah paham dulu, tidak hanya itu, selain tampan papa Sing juga tipe yang baik dan ramah dan pastinya sangat bertanggung jawab, dia juga tipe yang penyayang.

"Kamu benar, bahkan sekarang mama tidak bisa hidup tanpanya." ucap Mama tersenyum.

Zayyan pun balas tersenyum. Inilah alasan mengapa ia memilih untuk menahan semua lukanya selama ini. Ia tidak ingin sang mama kehilangan senyumnya.

"Wah lagi ngomongin apa nih? Kok pada senyum-senyum gitu?" Sing datang dengan seragamnya dan ia pun sedikit penasaran dengan percakapan mama dan gegenya.

"Sing" Mama tersenyum mendapati Sing yang sudah rapi.

"Pagi ma, pagi Jay ge." sapa Sing tersenyum. Kemudian ia mendudukkan dirinya di sebelah Zayyan.

Tidak lama Papa pun datang dan langsung duduk di kursi yang berhadapan dengan Zayyan.

"Pagi semuanya" Sapa papa yang terlihat berbeda dari hari biasanya.

"Hari ini Papa terlihat berbeda, benarkan Jay ge?" Sing menoleh kepada Zayyan.

"I-iya" Zayyan yang ditanya begitu pun tiba-tiba merasa gugup.

"Benarkah?" Papa melihat kedua putranya sambil tersenyum.

"Benar, wajah Papa sudah seperti matahari pagi ini bahkan lebih cerah lagi." jawab Sing yang mulai mengolesi rotinya dengan selai.

Apple Magic (Sing & Zayyan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang