Zayyan menghirup dalam-dalam udara segar kampus yang sangat dirindukannya dalam beberapa hari terakhir ini. Hembusan angin pagi menyapa lembut wajahnya, seakan berusaha menghapus jejak-jejak kepedihan yang masih membekas di hatinya. Meski wajahnya tampak segar, berbeda dengan hatinya yang masih terasa berat.
Malam itu, segalanya berubah. Beban yang menimpa dirinya benar-benar mengguncang mental dan pikirannya. Kenangan-kenangan kelam itu terus berputar dalam benaknya, membuatnya sulit untuk tertidur nyenyak. Setiap kali memejamkan mata, bayangan malam itu kembali menghantuinya, seolah ingin memastikan Zayyan tidak bisa melupakan apa yang telah terjadi.
Dengan langkah yang berat, ia mencoba menguatkan diri untuk tetap bisa menjalani hari-harinya seperti biasa. Berusaha menyemangati dirinya sendiri. Ia tahu bahwa terpuruk dalam kesedihan tidak akan mengubah apa pun. Hidup harus terus berjalan, dan ia harus berusaha untuk kembali normal, meski pun rasanya sulit.
Zayyan melangkah dengan beban yang terasa lebih berat dari biasanya, seakan dibayangi oleh bayang-bayang malam kelam yang baru saja berlalu. Dirinya berusaha keras mengabaikan kenangan buruk itu, berusaha menjauh dari sumber ketakutannya. Sing, nama yang kini menghantui pikirannya, adik tiri yang tega melukai jiwa dan raganya. Dengan kejam, Sing telah menghancurkan kepercayaan dan merenggut kedamaian hatinya, menciptakan luka yang membekas tak hanya di tubuh, tetapi juga dalam jiwanya.
Tanpa Zayyan sadari, langkahnya sudah mencapai akhir. Ia telah tiba di depan kelasnya. Menghela napas panjang sebelum melangkah masuk, mencoba mengumpulkan kekuatan. Senyuman hangat sahabatnya, Lex dan Wain, segera menyapanya, seolah memberikan secercah cahaya di tengah kegelapan.
"Zayyan, apa keadaanmu sudah membaik?" tanya Lex, suaranya penuh perhatian.
"Seperti yang kau lihat" balas Zayyan sambil mencoba tersenyum, berusaha bersikap seperti biasanya. Namun, di balik senyumannya, ada beban berat yang masih tergantung di hatinya.
"Syukurlah kalau begitu," ujar Lex dengan senyuman lega.
"Tapi sepertinya tidak." sambar Wain, matanya memicing tajam menatap Zayyan.
"Wain, apa maksudmu berkata seperti itu?" tegur Lex, nada suaranya menunjukkan ketidaksukaannya.
"Aku bisa melihat dari matanya." jawab Wain, tidak mundur sedikit pun.
"Tidak ada gairah atau semangat di matamu, Zayyan. Kau seperti bukan Zayyan yang ku kenal." lanjutnya dengan nada prihatin.
Zayyan terdiam, merasakan beban di dadanya semakin berat. Kata-kata Wain menembus pertahanannya, menggali kebenaran yang coba ia sembunyikan di balik senyuman palsu.
Zayyan tertawa mendengar ucapan Wain barusan, berusaha mengecoh dua sahabatnya itu.
"Ada apa denganmu, Sehoon? Aneh sekali." ujarnya sambil tersenyum, mencoba memudarkan kekhawatiran mereka dan melangkah maju menuju kursinya.
Lex dan Wain saling bertukar pandang, sedikit bingung namun tetap mengikuti Zayyan.
"Kau yakin tidak apa-apa?" tanya Lex lagi, meski dengan nada yang lebih lembut.
Zayyan hanya mengangguk, berusaha mengatur napasnya.
"Aku hanya butuh waktu, itu saja. Terima kasih atas perhatian kalian." jawabnya dengan senyum tipis, lalu duduk dan mulai mengeluarkan buku-buku dari tasnya.
Tidak lama kemudian, dosen pun datang dan pelajaran dimulai. Meskipun dosen berbicara di depan kelas, pikiran Zayyan tidak pernah benar-benar tenang. Bayangan kejadian kelam malam itu terus menghantui pikirannya, membuatnya semakin merasa terpuruk.
Namun, di balik rasa sakit dan kemarahan yang dirasakannya, ada perasaan aneh yang membuat Zayyan bingung. Rasa benci terhadap Sing tidak pernah benar-benar hadir sepenuhnya di hatinya. Zayyan memang marah kepada adik tirinya itu, tapi ia tidak bisa membencinya. Ada sesuatu yang menahan perasaan itu, apa mungkin karena ia sudah memiliki hati pada Sing? Tanyanya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Magic (Sing & Zayyan)
FanfictionZayyan yang sering diperlakukan buruk oleh Sing adik tirinya tiba-tiba mendapatkan kekuatan magis yang tidak di duga-duga. Ia bisa mendengar suara hati seseorang serta bisa membaca pikiran orang lain hanya dengan menyentuhnya. Dan sejak memiliki kek...