Sudah tiga hari Zayyan terbaring lemah di ranjangnya. Mama dan Papa merasa cemas, lalu memanggil dokter untuk memeriksanya di rumah. Dokter bilang tidak ada yang serius, Zayyan hanya kelelahan. Namun, mama masih merasa ada yang ganjil. Sepertinya, Zayyan menyembunyikan sesuatu dari mereka.
Mama pun mengajak suaminya untuk bicara, mengungkapkan segala kekhawatirannya tentang Zayyan.
"Pa, sepertinya ada yang tidak beres dengan Zayyan." ucap Mama pelan.
"Tak beres bagaimana?" tanya Papa, menatap istrinya dengan sorot mata penuh pertanyaan.
"Entahlah, Mama merasa dia seperti menyembunyikan sesuatu dari kita." ujar Mama lagi, sambil menatap jauh ke arah pintu kamar Zayyan.
Papa menghela napas panjang, merasakan kegelisahan yang dirasakan istrinya. Mengusap pelan pundak itu untuk memberi ketenangan.
"Mama tidak perlu khawatir, jika Zayyan memiliki masalah, bukankah dia selalu terbuka pada kita? Jadi, Papa rasa itu hanya perasaan Mama saja." Ungkap Papa lembut.
"Tapi Pa, firasat Mama tidak enak tentang Zayyan." Mama menatap Papa dengan tatapan serius, menunjukkan betapa tidak tenangnya dia memikirkan Zayyan.
"Papa mengerti. Kita berdoa saja agar tidak ada sesuatu yang buruk terjadi pada anak kita. Mau itu Zayyan ataupun Sing." Papa menari Mama dalam pelukannya. Meyakinkan dan menenangkan istrinya tersebut.
*
*
*Di lain tempat, Leo sedang bersiap-siap untuk pergi. Ia berkaca diri, mencari-cari kekurangan dari penampilannya. Sambil tersenyum, ia bertanya pada dirinya sendiri.
"Bukankah aku tampan?"
Namun, di tengah kekagumannya, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, menampakkan seorang perempuan cantik yang sangat dikenalnya.
"Kau mau kemana Leo?" tanya Qionglin, melihat Leo yang sudah berpakaian rapi.
"Aku akan ke rumah Sing" jawabnya sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku. Matanya bertemu dengan Qionglin, dan ada kilatan rasa penasaran dalam tatapannya.
Qionglin mengangkat alisnya, menatap Leo dengan tatapan curiga.
"Untuk menemui Kak Zayyan?" tanyanya, nada suaranya penuh keheranan.
"Iya. Dia sedang sakit. Aku ingin menjenguknya" jawab Leo, berusaha tenang sambil memandang sahabatnya itu.
Qionglin mendecih, seulas senyum sinis terlukis di wajahnya.
"Kau masih peduli dengannya?" Qionglin merasa tak nyaman setiap kali Leo lebih mementingkan orang lain dibanding dirinya.
"Aku tidak punya banyak waktu untuk bicara denganmu. Aku harus pergi sekarang." ujar Leo, menghindari pertanyaan Qionglin dengan nada tegas. Ia berusaha untuk tidak terpengaruh oleh emosi Qionglin, tetapi dalam hatinya, ada perasaan bersalah yang sulit diabaikan.
Qionglin menatapnya tajam, matanya menyiratkan ketidakpuasan.
"Selalu seperti ini. Kau selalu punya alasan untuk pergi, Leo."
Leo menghela napas, berusaha tetap tenang.
"Qionglin, aku sedang buru-buru. Jika kau ingin mengobrol denganku, tidak sekarang. Kita bisa melakukannya lain kali." ujar Leo berusaha berbicara lembut sambil mengusap rambut Qionglin dengan sayang.
"Kalau begitu, aku akan ikut denganmu." Ujar Qionglin tiba-tiba.
Leo kaget, kebingungan melandanya sesaat. Jika ia memperbolehkan Qionglin ikut, ia takut Qionglin akan mencelakai Zayyan kembali. Tapi jika ia menolaknya, Qionglin pasti akan merasa kecewa dan tersisihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Magic (Sing & Zayyan)
FanfictionZayyan yang sering diperlakukan buruk oleh Sing adik tirinya tiba-tiba mendapatkan kekuatan magis yang tidak di duga-duga. Ia bisa mendengar suara hati seseorang serta bisa membaca pikiran orang lain hanya dengan menyentuhnya. Dan sejak memiliki kek...