Tanpa terasa, sudah dua hari Zayyan, Sing, Lex, Wain Wuxian, Leo, Qionglin, dan Meiyin berada di kota ini. Setelah kejadian kurang menyenangkan yang menimpa Zayyan tempo hari, mereka semua sepakat untuk tidak pergi ke pantai lagi. Trauma yang mereka alami masih terasa begitu nyata, sehingga mereka memutuskan untuk menghabiskan hari-hari dengan berjalan-jalan di sekitar villa.
Hari ini, mereka memilih untuk menikmati suasana sekitar yang tenang dan damai. Jalan-jalan santai di sekitar villa menjadi pilihan yang tepat untuk meredakan ketegangan dan kekhawatiran yang masih menggelayuti pikiran mereka. Mereka mengunjungi toko-toko kecil, mencicipi makanan lokal, dan berfoto ria di tempat-tempat yang mereka anggap menarik.
Leo berjalan mendekati Zayyan, melihat kakak sahabatnya itu duduk sendirian di bawah pepohonan rindang sekitar villa. Tanpa sepatah katapun, ia mendudukkan dirinya di sebelah Zayyan. Perasaan canggung menimpa dirinya hingga tidak berani membuka percakapan dan memilih duduk berdiam diri sambil menatap Zayyan.
Zayyan menyadari keberadaan Leo. Menoleh lalu tersenyum. Mata jernih nan indah memancarkan perasaan kagum di benak Leo. Membuatnya terperangah tanpa sadar dan menatap dalam mata indah itu.
"Leo" Panggil Zayyan yang melihat Leo diam saja sambil menatap dirinya.
"Hei" panggil Zayyan lagi karena Leo tak kunjung mendapatkan kesadarannya.
"Eh?" Leo kaget. Tersenyum canggung karena merasa tak enak sekaligus bersalah karena berani menatap Zayyan dengan tatapan yang seperti itu.
"Kau melamun?" Tanya Zayyan dengan mata polosnya.
"Ti-tidak, aku......" Leo mengubrak-abrik isi otaknya untuk mencari alasan yang tepat.
"Ada sesuatu di rambutmu" ujar Leo pada akhirnya. Mengambil sepucuk daun kering yang jatuh menempel pada rambut halus Zayyan dan menunjukkan pada Zayyan.
"Hanya daun kering." Ucap Leo masih dengan senyuman canggungnya.
"Terimakasih" balas Zayyan tersenyum.
Zayyan menengok ke kanan dan kiri, menelusuri setiap sudut tempat tersebut.
"Di mana Qionglin? Kau tidak bersamanya?" Zayyan mengembalikan fokusnya pada Leo.
"Dia sedang bersama Meiyin. Sepertinya mereka sedang berbelanja untuk membuat menu makan malam nanti." Jawab Leo jujur. Iya Leo jujur, untuk yang ini ia benar-benar mengatakan yang sebenarnya.
"Kalian sangat serasi." Ujar Zayyan tiba-tiba.
"Huh?" Leo ngeblank. Lebih tepatnya kaget dengan pernyataan Zayyan.
"Qionglin cantik dan kau tampan." Ucap Zayyan memperjelas.
"Apa dia bilang? Tampan?"
"Apa dia sedang memujiku? Kenapa rasanya wajahku memanas? Perasaan ini........" Leo menghala nafasnya. Merasa aneh dengan dirinya.
Bukan hanya Leo saja yang merasa aneh, Zayyan pun sama. Kembali mendengarkan suara hati Leo membuatnya kaget, kata-kata Leo seringkali terdengar ambigu di telinganya. Apa Leo tersipu kala ia mengatakannya tampan? Bukankah aneh? Jika seorang wanita yang mengatakannya wajar saja jika Leo tersipu malu? Tapi ini..........Zayyan benar-benar tidak tau harus berkata apa.
"Apa aku tampan?" Tanya Leo membuyarkan segala lamunan Zayyan.
"Ha?"
"Tadi Zay ge bilang aku tampan, apa begitu?" Ulang Leo.
"Ya ya, kau tampan, sangat tampan." Jawab Zayyan canggung.
"Di antara aku dan Sing, kau akan memilih siapa?" Tanya Leo menatap dalam mata Zayyan tanpa menyadari bahwa perkataannya itu membuat Zayyan mengkerutkan keningnya dan berpikiran yang tidak-tidak tentang Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Magic (Sing & Zayyan)
FanfictionZayyan yang sering diperlakukan buruk oleh Sing adik tirinya tiba-tiba mendapatkan kekuatan magis yang tidak di duga-duga. Ia bisa mendengar suara hati seseorang serta bisa membaca pikiran orang lain hanya dengan menyentuhnya. Dan sejak memiliki kek...