Chapter 33

496 48 6
                                    

Sudah tiga bulan Sing menjalani kehidupannya di negeri asing ini. Meski demikian, ia perlahan mulai terbiasa dengan lingkungan barunya. Budaya dan bahasa di sini tidak jauh berbeda dari kampung halamannya. Namun, di tengah kesibukannya sebagai seorang mahasiswa, ada satu hal yang selalu mengisi pikirannya, sesuatu yang terus-menerus ia rindukan—Zayyan.

Sosok yang telah lama ia cintai itu meninggalkan kekosongan yang begitu mendalam di hatinya. Kerinduan yang mencekik hatinya, menyiksa setiap inci jiwanya. Namun, sayangnya, pertemuan dengan Zayyan hanyalah angan-angan yang mustahil tercapai.

Setiap kali Sing melihat pasangan berjalan bergandengan tangan atau mendengar tawa riang di sekitarnya, bayangan Zayyan kembali memenuhi benaknya. Ia sering kali ingin menghubungi lelaki itu, mengungkapkan segala perasaannya yang tertahan. Namun, semua itu menjadi mimpi yang tak dapat diwujudkan. Nomor ponsel Zayyan telah hilang dari genggamannya—Mama telah menghapusnya. Tindakan Mama seolah menunjukkan bahwa ia benar-benar ingin memisahkan Sing dari kakak tirinya tersebut.

Di tengah keramaian kota baru ini, Sing merasa sepi. Keinginannya sederhana, hanya ingin mendengar suara Zayyan, merasakan kehangatan dari kata-kata yang pernah membuatnya merasa utuh. Namun, hingga kini, semua itu hanyalah harapan yang tak berujung. Hati Sing tetap dipenuhi oleh bayangan Zayyan. Kerinduan itu tak pernah pudar, hanya semakin menguat seiring berjalannya waktu.

Ketika malam tiba dan kesunyian melingkupi kamarnya, Sing seringkali duduk di tepi jendela, memandang bintang-bintang yang bersinar di langit. Ia berharap di suatu tempat yang jauh, Zayyan juga melihat langit yang sama dan memikirkan dirinya. Tapi seberapa kuat pun ia berharap, kenyataan tetap tak berubah. Mereka terpisah oleh jarak dan waktu.

Sing tahu bahwa hidup harus terus berjalan. Ia berusaha fokus pada studinya, mencoba menikmati setiap momen di negeri asing ini. Namun, di dalam hatinya, cinta dan kerinduan pada Zayyan tetap membara, menunggu waktu yang tepat untuk bertemu kembali.

Sementara itu, Zayyan tak kalah frustrasi dari Sing. Kerinduan yang menggebu-gebu seakan-akan menghisap semangatnya untuk menjalani hari-harinya. Namun, ia berusaha keras untuk melupakan Sing. Ia mencoba mengalihkan rasa rindunya dengan melukis, sebuah pelarian yang memungkinkan emosinya terlukis di kanvas, atau dengan berkumpul bersama para sahabatnya, mencari pelipur lara dalam tawa dan cerita. Di samping itu, ia juga tengah fokus menyelesaikan skripsinya, berharap konsentrasi pada tugas akademisnya bisa menjadi obat penawar bagi hatinya yang merindu.

Seperti saat ini, Zayyan tengah duduk termenung di taman kampus, dikelilingi oleh rindangnya pepohonan dan semilir angin yang seakan membawa kenangan. Pikiran Zayyan melayang, membayangkan bagaimana keadaan Sing di sana. Apa yang sedang dia lakukan sekarang? Apakah dia betah tinggal di sana? Apakah dia merindukan rumahnya, dan juga dirinya? Pertanyaan-pertanyaan itu kerap menghantui pikiran Zayyan saat ia sendirian, semakin memperdalam rasa rindunya pada sosok yang dicintainya. Setiap hembusan angin seolah-olah menyampaikan pesan kerinduan, membuat hatinya semakin sarat dengan perasaan yang tak terucapkan.

Di seberang sana, seseorang sedang memperhatikan Zayyan. Tatapan intens tertuju pada sosok yang termenung itu, seolah ada magnet yang menarik hatinya untuk mendekat dan duduk di sebelahnya. Namun, lagi-lagi otaknya sadar, mau berusaha sekuat apapun ia mendapatkan Zayyan, pada akhirnya ia tidak bisa menggapainya.

Leo menatap sendu ke arah Zayyan. Sebenarnya, ini adalah kesempatannya untuk bisa memenangkan hati Zayyan, namun ia sadar dan tahu bahwa hati Zayyan hanyalah milik Sing, sahabatnya. Leo memahami bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan, dan meski hatinya meronta, ia tak ingin merusak kebahagiaan orang yang ia cintai. Di tengah kerinduan yang dirasakan Zayyan, Leo pun merasakan kepedihan yang mendalam, menyadari bahwa perasaan itu harus ia pendam selamanya.

Apple Magic (Sing & Zayyan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang