"Ma" panggil seseorang berjalan mendekati istrinya yang tengah terduduk di sisi ranjang, masih dengan raut marah serta kecewanya.
"Keputusan Mama sudah bulat, Pa." ujar Mama tegas, menyadari kehadiran suaminya.
"Jika Papa tidak bisa memilih, biarkan Mama mengirim Sing ke luar negeri." lanjutnya dengan tegas tanpa melihat ke arah Papa.
Papa menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya sebelum menjawab.
"Ma, kamu tidak bisa mengambil keputusan dalam keadaan emosi seperti ini. Kita bisa mencari jalan keluarnya bersama-sama tanpa menyakiti satu sama lain, terutama Zayyan dan Sing." ujar Papa dengan suara lembut namun penuh ketegasan.
Matanya memohon pengertian, berharap mereka bisa menemukan solusi yang tidak akan merugikan siapapun di keluarga mereka.
Mama menghela napas panjang, matanya berkaca-kaca saat ia menatap suaminya.
"Heuh" mama berdecih tapi dengan raut sedihnya.
"Jadi maksud Papa ingin membiarkan Sing dengan perasaan terlarangnya dan membawa Zayyan ke dalamnya? Apa itu yang Papa inginkan, hah?" teriak Mama di akhir kalimatnya, suaranya pecah oleh emosi yang meluap-luap.
Papa merasakan gelombang rasa bersalah dan ketidakberdayaan.
"Tidak, Ma. Bukan itu yang Papa maksud" katanya dengan suara parau. Ia mendekati Mama dan mencoba meraih tangannya.
"Kita hanya perlu waktu untuk mencari solusi yang terbaik. Tolong, jangan biarkan emosi kita menghancurkan keluarga ini." Papa menatap sendu istrinya.
"Pa, apa Papa pikir Mama ingin keluarga ini hancur?" ujar Mama dengan suara serak, tatapannya sedih menyelusup ke dalam hati Papa.
"Tidak, Pa. Mama hanya merasa ini merupakan jalan satu-satunya agar masa depan Zayyan dan Sing terselamatkan." lanjutnya dengan nada penuh keputusasaan.
Mama menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan.
"Seperti yang Papa tahu, negara kita sangat melarang jenis cinta seperti ini, bahkan masyarakat pun sangat membenci hal itu."
"Jadi, Mama hanya tidak ingin mereka mendapatkan cemoohan dari orang-orang dan dipandang buruk oleh mereka. Semua ini Mama lakukan untuk masa depan mereka berdua, Pa." ujar Mama, air mata mengalir deras di pipinya.
Papa mendengarkan dengan hati yang berat, memahami ketakutan dan kekhawatiran yang dirasakan istrinya. Ia mengulurkan tangan, menggenggam erat tangan Mama, memberikan dukungan yang bisa ia tawarkan.
"Ma, aku mengerti ketakutanmu. Aku tahu kamu hanya ingin melindungi mereka. Tapi mengirim Sing ke luar negeri mungkin bukan solusi terbaik. Kita harus membantu mereka menghadapi kenyataan ini, bukan melarikan diri darinya. Kita harus menjadi orang tua yang kuat dan bijaksana, memberikan mereka dukungan yang mereka butuhkan."
"Pa, bukannya Mama tidak ingin melihat mereka bahagia, tapi ini salah Pa." kata Mama dengan suara tegas namun penuh luka.
"Perasaan mereka, cinta mereka, tidak sesuai dengan norma yang ada. Sampai kapan pun Mama tidak akan mengizinkan mereka untuk bersama. Apa pun itu, Mama akan berusaha untuk menghilangkan perasaan mereka satu sama lain dan membuat mereka kembali ke jalan yang seharusnya." lanjutnya, menatap dalam-dalam mata suaminya.
Papa merasakan beban yang berat di dadanya, memahami betapa dalamnya keyakinan Mama. Ia menghela napas, mencoba merangkai kata-kata yang tepat.
"Ma, aku tahu ini sulit. Kita dibesarkan dengan nilai-nilai yang berbeda, dan menghadapi situasi seperti ini memanglah tak mudah. Tapi, memaksa mereka untuk berubah mungkin akan lebih menyakitkan daripada menerima mereka apa adanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Magic (Sing & Zayyan)
FanfictionZayyan yang sering diperlakukan buruk oleh Sing adik tirinya tiba-tiba mendapatkan kekuatan magis yang tidak di duga-duga. Ia bisa mendengar suara hati seseorang serta bisa membaca pikiran orang lain hanya dengan menyentuhnya. Dan sejak memiliki kek...