"Zay ge, Lex ge, Wain ge!" Seruan itu membuat ketiga pemuda itu secara refleks menoleh serempak ke arah asal suara.
"Wuxian!" panggil mereka hampir bersamaan, mengenali sosok yang berlari mendekat.
Tak lama kemudian, Wuxian tiba di hadapan mereka, namun tak sendiri. Di belakangnya, Leo dan Meiyin tampak mengikutinya. Wajah mereka memperlihatkan beragam ekspresi yang mencerminkan kegelisahan dan kekhawatiran.
"Ada apa kalian ke sini? Apa kalian tidak ada kelas?" tanya Lex, heran melihat kedatangan ketiga junior mereka.
"Ada" jawab Leo dengan cepat, sebelum Wuxian sempat bersuara.
"Wuxian, sebaiknya kita kembali ke kelas sekarang." lanjutnya, mencoba menarik lengan sahabatnya.
Namun, Wuxian menghindar dengan tegas.
"Tidak, Leo. Aku harus memberitahu mereka kebenarannya." balasnya, menatap tajam ke arah Leo. Matanya mengisyaratkan bahwa ini bukanlah sesuatu yang bisa ditunda lagi.
“Kebenaran? Kebenaran tentang apa?” Lex bertanya, tatapannya bergantian tertuju pada ketiga juniornya. Wajahnya penuh tanda tanya, mencoba memahami situasi yang tiba-tiba menjadi tegang ini.
Meiyin, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara.
"Shagua, sebaiknya kita jangan terburu-buru" bisiknya lembut kepada Wuxian, berusaha menenangkan kekasihnya yang tampak bergejolak.
Lex menatap Wuxian dengan penuh kebingungan, mencoba meresapi apa yang baru saja diucapkan juniornya itu.
"Wuxian, sebenarnya ada apa?" tanyanya lagi, berharap kali ini Wuxian akan memberikan penjelasan.
Wuxian menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan gejolak di dalam dadanya.
"Qionglin" ucapnya tegas, nada suaranya penuh dengan kemarahan yang masih membara. Wajahnya memerah, ekspresinya tegang.
“Wuxian!” Leo menyela dengan nada yang penuh kecemasan, menatap sahabatnya itu dengan mata memelas.
"Jangan..." Leo hampir memohon, ingin menghentikan Wuxian sebelum semuanya terungkap.
Namun, Wuxian tidak mundur. Dengan tatapan tajam yang tidak dapat ditawar lagi, dia melanjutkan.
"Qionglin? Ada apa dengan Qionglin?" Lex bertanya, semakin bingung dengan situasi yang makin terasa berat.
Akhirnya, Wuxian menjawab, suaranya bergetar karena emosi.
"Qionglin lah yang meracuni Kak Zayyan waktu itu."
Kata-kata itu seperti petir di siang bolong. Lex dan Wain seketika terkejut, tubuh mereka menegang mendengar pengakuan yang tidak pernah mereka duga. Mata Lex melebar, sementara Wain mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya.
"Apa?" gumam Lex, nyaris tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Ini tidak mungkin" lanjut Lex, suaranya nyaris hilang di tengah keheningan yang menebal di antara mereka.
Wuxian menundukkan kepalanya, berusaha meredam rasa marah, sedih, dan kecewa yang bercampur aduk di hatinya.
"Awalnya aku juga tidak percaya" ujarnya pelan, suaranya dipenuhi dengan kepedihan.
"Tapi video rekaman itu terlihat jelas dan nyata." Kata-katanya menggantung di udara, menambah ketegangan yang sudah terasa mencekam.
"Video rekaman?"Lex mengerutkan alisnya penuh keheranan. Matanya memandang Wuxian dengan tajam, mencari jawaban yang lebih jelas.
Wuxian mengangguk pelan, lalu melanjutkan,
"Ternyata Leo lah yang meminta rekaman CCTV di vila itu dan meminta pemilik vila untuk menghapusnya. Dia juga menyimpan salinannya di ponselnya dan menyembunyikan kebenaran ini dari kita semua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Magic (Sing & Zayyan)
FanfictionZayyan yang sering diperlakukan buruk oleh Sing adik tirinya tiba-tiba mendapatkan kekuatan magis yang tidak di duga-duga. Ia bisa mendengar suara hati seseorang serta bisa membaca pikiran orang lain hanya dengan menyentuhnya. Dan sejak memiliki kek...