Sepulang dari kampus, Sing langsung melajukan motornya dengan kecepatan yang stabil menuju rumah sahabatnya, Leo. Hatinya dipenuhi dengan berbagai kecurigaan dan dugaan yang ingin segera dia pastikan. Meski emosinya berkobar, Sing berusaha tetap tenang dan fokus saat berkendara.
Setibanya di depan rumah Leo, Sing segera memarkir motornya dengan rapi, lalu melangkah mantap menuju pintu. Tangannya gemetar ringan saat menekan bel rumah, berharap semua keraguannya segera terjawab.
Pintu itu terbuka, memperlihatkan wajah tampan Leo yang mengenakan pakaian santai.
"Sing?" Leo menatapnya heran. Kenapa Sing tiba-tiba ke rumahnya tanpa memberitahunya terlebih dahulu, batin Leo heran.
Tanpa basa-basi, Sing melayangkan pukulan keras ke wajah sahabatnya. Leo tersungkur ke samping, kepalanya membentur kusen pintu.
"Sing! Apa-apaan kau ini?" Leo berteriak marah sambil mencoba bangun.
"Kau pikir aku tidak tahu? Kau yang mengirim foto itu kepada Mama, kan?" tuduh Sing dengan mata merah penuh amarah.
"Kau salah paham Sing. Mana mungkin aku melakukan hal itu" ucap Leo membela diri.
"Leo, aku tahu kau menyukai Zayyan. Kau melakukan ini karena ingin memisahkanku dengan Zayyan, kan?" Sing menatap tajam sahabatnya, menuntut penjelasan.
"Sing, jelas-jelas malam itu aku berada di sebelahmu. Kau juga tahu kan, pada saat itu aku tidak memegang ponsel sama sekali. Jadi, mana mungkin aku yang mengirim foto-foto itu, sedangkan aku tidak memegang ponsel sama sekali" ujar Leo, mencoba menjelaskan dengan nada sabar meski hatinya juga diliputi emosi.
Sing terdiam sejenak, pikirannya berusaha mencerna penjelasan Leo. Ia mengingat kembali kejadian malam itu, dan memang benar Leo selalu di dekatnya, tanpa ponsel di tangan. Amarahnya mulai mereda, digantikan oleh kebingungan dan keraguan.
"Tapi kalau bukan kau, lalu siapa?" tanya Sing dengan suara yang mulai melemah.
"Apa mungkin Ryujin?" tebak Sing dengan nada curiga.
"Aku juga tahu dia menyukai Zayyan." lanjutnya, emosinya kembali naik.
"Qionglin." ucap Leo tiba-tiba.
"Apa?" Sing memicing kaget, menatap tak percaya pada sahabatnya.
"Bagaimana mungkin? Qionglin adalah wanita yang baik dan aku sangat mengenalku. Jadi, mana mungkin dia yang melakukannya?"
"Cinta dan obsesi lah yang mengubahnya, Sing." balas Leo.
"Maksudmu?" tanya Sing, tak mengerti.
"Dia masih mencintaimu Sing, dan juga ingin mendapatmu kembali serta menyingkirkan Zayyan dari sisimu." jawab Leo.
Sing terdiam, merenung sejenak. Dia teringat bagaimana Qionglin pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya walaupun ia tidak pernah memberikan hatinya untuk wanita itu.
Sing masih menatap Leo dengan penuh ketidakpercayaan.
"Apa ucapanmu bisa dipercaya, Leo?" tanyanya dengan nada tajam.
"Itu terserah padamu Sing, mau percaya atau tidak. Tapi aku mendengarnya langsung dari mulut Qionglin. Dia bahkan mengajak ku untuk bekerja sama, tapi aku menolaknya." jelas Leo dengan tegas.
Mendengar itu, telinga Sing terasa memanas. Antara percaya dan tidak, kemarahan mulai menguasai dirinya.
"Aku harus menemuinya!" ucap Sing dengan suara dingin dan penuh sarkasme.
Melihat kemurkaan di mata sahabatnya, Leo segera berusaha menghentikan Sing yang sudah hendak pergi.
"Sing, apa yang ingin kau lakukan?" tanyanya panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Magic (Sing & Zayyan)
FanfictionZayyan yang sering diperlakukan buruk oleh Sing adik tirinya tiba-tiba mendapatkan kekuatan magis yang tidak di duga-duga. Ia bisa mendengar suara hati seseorang serta bisa membaca pikiran orang lain hanya dengan menyentuhnya. Dan sejak memiliki kek...