Saat ini Zayyan sedang berjalan di koridor kampusnya bersama dengan kedua sahabatnya Lex dan Wain. Mereka sedang menuju ke kelas mereka karena sebentar lagi kelas akan di mulai. Hari ini adalah jadwal pengumpulan tugas mereka yang di berikan oleh profesor Wang minggu lalu. Zayyan sudah menenteng hasil lukisannya di lengan kanannya begitu juga dengan Lex dan Wain. Butuh usaha keras untuk Zayyan dapat menyelesaikannya. Karena memang kondisinya yang sedang tidak baik-baik saja. Banyak hal yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini. Dan tentunya itu semua karena adik tirinya, Sing.
"Zayyan, bagaimana dengan lukisanmu? Apa kau bisa menyelesaikannya?" tanya Lex menoleh.
"Aku juga tidak yakin. Tapi aku berusaha untuk menyelesaikannya." jawab Zayyan masih dengan berjalan.
"Boleh aku melihatnya?" Lex menghentikan langkahnya dan berdiri menghadap Zayyan.
Zayyan dan Wain pun ikut berhenti. Zayyan menyerahkan barang yang berbentuk segi empat tersebut kepada Lex.
Lex menerimanya dan segera membuka penutup canvas tersebut. Wain yang penasaran pun mendekat untuk melihat hasil karya Zayyan.
"Apa kau yakin ini lukisanmu? Kenapa berantakan sekali." goda Wain yang mencoba menahan tawanya.
"Memangnya punyamu bagus? Aku yakin pasti lukisanmu jauh lebih buruk dari punyaku." ucap Zayyan tidak terima.
"Tentu saja bagus. Benarkan Lex?" Wain menoleh pada Lex, meminta pembelaan.
Zayyan pun turut melihat ke arah Lex. Menatap tajam sahabatnya tersebut.
"D-dua duanya sama bagusnya." ucap Lex tersenyum mencari aman.
"Apa kau bercanda Lex? Menyamakan hasil karya ku dengan orang tidak berbakat seperti dia?" ucap Zayyan tidak terima sambil memanyunkan bibirnya.
"Ah bukan begitu maksudku. Aku hanya......." ucapan Lex terpotong.
"Punyamu jauh lebih baik Zayyan. Aku mengakuinya." ujar Wain tersenyum sambil mengusap lembut rambut Zayyan.
"Tadi aku hanya bercanda saja." lanjutnya.
"Kau menyebalkan." ucap Zayyan menjauhkan kepalanya dari jangkauan Wain.
"Aku tau, tapi ini hanya untukmu seorang." balas Wain mengedipkan matanya sebelah.
Zayyan menatap sebal Wain sambil bersidekap dada. Ia tidak benar-benar kesal kepada sahabatnya itu. Justru dengan sikap Wain yang seperti ini dapat menghiburnya di kala rasa sedih sedang menimpanya. Rautnya boleh saja menunjukkan rasa tidak sukanya tapi hatinya tersenyum hangat untuk seorang Park Sehoon.
"Apa kalian sudah selesai bertengkarnya?" Lex menatap Zayyan dan Wain secara bergantian lalu ia melanjutkan kata-katanya.
"Kalau begitu boleh aku bertanya padamu Zayyan?" fokus Lex sekarang tertuju pada Zayyan.
"Um" Zayyan mengangguk.
"Apa kau yakin akan menyerahkan lukisan ini pada profesor?" tanya Lex.
"Iya. Ada yang salah?" Zayyan menatap Lex bingung.
"Tidak, hanya saja menurutku lukisan ini terlalu rumit dan seperti memiliki arti yang begitu mendalam. Jika seandainya lukisanmu terpilih dan berhasil di pamerkan di galeri seni minggu depan, aku rasa akan banyak apresiasiator yang tidak mengerti dengan arti dan makna dari lukisanmu ini. Seperti yang kita ketahui, yang akan menjadi pengamat nantinya kebanyakan dari mahasiswa tahun pertama. Dan ilmu mereka masihlah sangat dangkal, aku hanya takut jika mereka malah akan mengejek lukisanmu tanpa tau makna yang terkandung di dalamnya." ucap Lex mengungkapkan kekhawatirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Magic (Sing & Zayyan)
FanfictionZayyan yang sering diperlakukan buruk oleh Sing adik tirinya tiba-tiba mendapatkan kekuatan magis yang tidak di duga-duga. Ia bisa mendengar suara hati seseorang serta bisa membaca pikiran orang lain hanya dengan menyentuhnya. Dan sejak memiliki kek...