Chapter 20

1K 90 33
                                    

Di tengah tidurnya, Zayyan merasa seperti ada yang memanggilnya. Suaranya terdengar samar, hampir seperti bisikan dari dunia mimpi. Dengan susah payah, ia mencoba membuka matanya. Pandangannya masih buram, namun bayangan seseorang perlahan mulai jelas. Ia kaget mendapati wajah Sing begitu dekat dengannya.

Sing mengerutkan kening, bingung melihat ekspresi kaget Zayyan.

"Apa kau mengalami mimpi buruk?" tanya Sing khawatir.

Zayyan menghela napas panjang, merasa bersyukur bahwa apa yang dialaminya hanyalah mimpi. Namun, pikirannya tidak bisa berhenti memikirkan mimpi tersebut. Bagaimana bisa ia bermimpi Sing menciumnya dan menyatakan perasaannya?

"Dasar bodoh." maki Zayyan dalam hati, merasa malu dengan pikirannya sendiri. Ia melirik Sing yang masih duduk di sampingnya, menatapnya dengan tatapan bingung dan juga khawatir.

"Zay ge, apa yang terjadi denganmu? Apa kau baru saja mengalami mimpi buruk?" tanya Sing lagi, suaranya lembut dan penuh kekhawatiran. Masih sabar menunggu jawaban kakaknya tersebut.

Zayyan menatap Sing canggung. Menganggukkan kepalanya sambil berkata

"Aku memimpikan kejadian tempo hari saat aku tenggelam di pantai. Dalam mimpi itu aku tenggelam hingga ke dasar lautan, gelap, dingin, dan itu terlihat sangat menyeramkan. Aku takut." cicit Zayyan dengan ekpresi ketakutan. Dan tentu saja hal itu tidak benar adanya, Zayyan berbohong.

"Kau tidak perlu takut, aku akan selalu di sisimu dan menjagamu. Kejadian itu tidak akan terulang lagi, aku berjanji padamu, Zayyan." balas Sing menarik Zayyan dalam pelukannya.

Zayyan hanya bisa mengangguk, merasa dadanya sesak oleh emosi yang bercampur aduk. Bagaimana mungkin ia bercerita bahwa dalam mimpinya, Sing telah mengungkapkan perasaannya dan mencium dirinya? Pikirannya berusaha menyangkal perasaan aneh yang mulai tumbuh di hatinya.

Mereka kembali terdiam, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Sing tak menyadari kegelisahan yang melanda Zayyan, sementara Zayyan terus berusaha menenangkan debaran jantungnya.

Mimpi itu terasa begitu nyata, sampai Zayyan masih bisa merasakan hangatnya ciuman Sing di bibirnya. Ia menggelengkan kepala, mencoba mengusir bayangan tersebut.

"Ini hanya mimpi" gumamnya pelan seolah meyakinkan dirinya sendiri.

Sing melepaskan pelukannya saat mendengar gumaman Zayyan.

"Kau bilang apa?" tanya Sing, karena ia tidak begitu mendengar ucapan Zayyan barusan.

Zayyan cepat-cepat menggeleng, lau tersenyum kecil.

"Bukan apa-apa" jawab Zayyan cepat.

Sing menghela nafasnya.

"Jika ada yang mengganggu pikiranmu, kau bisa cerita padaku." tukas Sing.

"Mm" balas Zayyan bergumam.

"Dan sekarang bersiaplah, kita akan pulang," ujar Sing sambil membereskan barang-barang Zayyan.

Zayyan menatapnya dengan mata berbinar.

"Apa kau serius?" tanyanya antusias.

Sing mengangguk, tersenyum melihat kegembiraan di wajah Zayyan.

"Iya, tadi dokter datang kemari dan memberi tahu bahwa kau sudah diperbolehkan pulang."

Zayyan tersenyum lebar, perasaan lega dan senang melingkupi hatinya.

"Akhirnya aku bisa keluar juga dari ruangan berbau obat ini." ucap Zayyan lega.

Tiba-tiba, Sing mendekat dan tanpa aba-aba mulai membuka kancing baju Zayyan.

Apple Magic (Sing & Zayyan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang