Semakin hari, perasaan Zayyan semakin tidak karuan. Ia bingung dengan hatinya sendiri. Ia tahu bahwa Sing, adiknya, menyukainya dengan cara yang lebih dari sekadar kasih sayang antar saudara. Dan yang membuatnya semakin bingung, Zayyan merasakan dirinya tertarik ke dalam perasaan itu. Rasa bingung dan bersalah selalu meliputi dirinya.
Di setiap momen kebersamaan mereka, Zayyan merasakan gejolak emosi yang tak bisa dijelaskan. Ketika Sing menatapnya dengan tatapan penuh makna, hati Zayyan berdebar kencang. Ia mencoba mengabaikan perasaan itu, tetapi semakin hari, semakin sulit untuk berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja.
Seperti saat ini, Zayyan duduk di kamarnya, menatap bayangannya di cermin.
"Apa yang terjadi denganku?" gumamnya, merutuki dirinya sendiri.
"Mengapa aku merasakan hal ini?"
Pikirannya kembali pada momen-momen kecil bersama Sing. Sentuhan lembut ketika Sing memakaikan helm, tatapan dingin namun penuh perhatian, kehangatan yang ia rasakan setiap kali mereka bersama. Semua itu membuat Zayyan semakin bingung.
"Ini salah" bisiknya, menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
"Aku tidak seharusnya merasakan ini. Sing adalah adikku. Ini salah."
Namun, hati kecil Zayyan terus membisikkan sesuatu yang berbeda. Ada tarik-menarik antara logika dan perasaan yang membuat Zayyan merasa terombang-ambing. Ia tahu perasaan ini tidak wajar, bahkan menyimpang, tetapi tidak bisa menghindarinya. Setiap kali mencoba melupakan, perasaan itu malah semakin kuat.
Di saat-saat seperti ini, Zayyan merasa sangat sendirian. Ia tidak bisa berbicara kepada siapa pun tentang perasaannya yang rumit ini. Ketakutan akan penilaian dan konsekuensi membuatnya terjebak dalam lingkaran rasa bersalah dan kebingungan.
Ia tahu bahwa pada akhirnya, ia harus menghadapi perasaannya ini. Ia harus mencari cara untuk menyelesaikan konflik batinnya sebelum semuanya menjadi lebih rumit. Tetapi untuk saat ini, Zayyan hanya bisa merutuki dirinya sendiri, berharap ada jalan keluar dari kekacauan emosional yang melanda hatinya.
*
*
*Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Libur semester ini membawa angin segar bagi Zayyan dan teman-temannya, yang telah merencanakan perjalanan seru bersama. Namun, ada satu hal yang selalu menjadi beban pikiran Zayyan, Sing yang posesif.
Seperti yang sudah bisa ditebak, begitu mengetahui rencana liburan ini, Sing langsung menyatakan keinginannya untuk ikut. Zayyan sudah terbiasa dengan sikap adik tirinya yang tidak ingin membiarkannya terlalu dekat dengan orang lain. Rasa cemburu yang berlebihan itu sudah berlangsung lebih dari setahun, dan Zayyan mulai merasa lelah menghadapi situasi ini. Satu tahun lebih dalam hubungan yang aneh ini membuat Zayyan merasa terperangkap antara keinginan untuk menjaga jarak dan perasaan yang mulai tumbuh di hatinya. Ironisnya, meskipun Zayyan berusaha menghindari Sing, hatinya menolak untuk sepenuhnya menjauh.
"Heuh" Zayyan menghela nafas. Rasa frustasi mulai menggeroroki pikirannya kembali. Tapi apa boleh buat, Zayyan hanya bisa pasrah.
"Kau boleh ikut, tapi berjanji lah untuk tidak membuat masalah." kata Zayyan akhirnya, menyerah pada tatapan dingin yang penuh ancaman Sing yang begitu dikenalnya.
Sing mengangguk kecil, wajahnya datar, namun dapat dilihat ada kepuasan di matanya.
Meskipun Zayyan tahu, perjalanan ini akan menjadi tantangan, ia berharap bisa menemukan cara untuk tetap menikmati liburan. Agar tidak terlalu canggung, sepertinya ia harus mengundang dua sahabat baik Sing, yakni Leo dan Wuxian. Zayyan hanya berpikir jika ada mereka perhatian Sing bisa teralihkan dan tidak terlalu fokus padanya. Semoga saja batin Zayyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Magic (Sing & Zayyan)
Hayran KurguZayyan yang sering diperlakukan buruk oleh Sing adik tirinya tiba-tiba mendapatkan kekuatan magis yang tidak di duga-duga. Ia bisa mendengar suara hati seseorang serta bisa membaca pikiran orang lain hanya dengan menyentuhnya. Dan sejak memiliki kek...