Sudah satu minggu Sing dirawat di rumah sakit. Kasusnya telah tuntas, karena Mama dan Papa memilih jalan damai. Zayyan telah menceritakan semua yang dikatakan polisi kepada kedua orang tua mereka. Itulah mengapa Mama dan Papa tidak terlalu menyalahkan pelaku, karena mereka menyadari bahwa ini juga merupakan kesalahan Sing.
"Jayyan, apa kamu sudah membereskan semua barang-barang Sing?" tanya Mama sambil memasukkan baju-baju Sing ke dalam tas.
"Sudah, Ma. Tinggal sedikit lagi," jawab Zayyan sambil melanjutkan kegiatannya.
Sementara itu, Sing hanya duduk dan memperhatikan Mama dan kakaknya yang tengah berkemas. Ia merasa senang karena akhirnya diperbolehkan pulang. Perban di kepalanya pun sudah di lepas tapi luka di kening Sing belum sepenuhnya sembuh. Ada plester kecil yang menggantikannya.
Singkat cerita mereka semua sudah sampai di rumah. Mama langsung mendorong kursi roda Sing dan mengantarkannya ke kamarnya. Sedangkan Zayyan membawa tas yang berisi pakaian Sing untuk ikut masuk ke kamar itu.
Mama menuntun Sing untuk turun dari kursi rodanya menuju ranjang, Zayyan pun ikut membantu. Setelah itu Mama menyuruh Sing untuk beristirahat dan Mama juga mengatakan akan membuatkan makan malam yang enak untuk Sing, karena memang selama satu minggu ini Sing memakan hidangan rumah sakit jadi Sing merasa bosan dan mengatakan merindukan masakan Mamanya.
Setelah kepergian Mama mereka, Zayyan pun ikut melangkahkan kakinya ke arah pintu, tapi Sing menghentikannya.
"Kau mau kemana?" tanya Sing datar.
"A-aku akan membantu Mama di dapur." jawab Zayyan yang entah mengapa sedikit kaku dan gugup.
"Bisakah kau menemani ku di sini?" ucap Sing.
"Ha?" Zayyan kaget.
"Aku tidak ingin sendirian." Katanya lagi.
"Oh te-tentu. Aku akan tetap di sini." ucap Zayyan tersenyum canggung. Ia mendekat dan duduk di sofa sebelah kasur Sing.
"Mendekatlah!" ujar Sing membuyarkan kesunyian yang melanda mereka sesaat.
"Ha?" lagi-lagi Zayyan kaget dengan kata-kata yang keluar dari mulut Sing.
"Apa pendengaran mu bermasalah?" Ucap Sing dengan nada dingin.
"Ba-bagaimana mungkin? Aku masih bisa mendengar dengan baik." balas Zayyan merajuk.
"Jika begitu kenapa kau masih di sana" ucap Sing yang mulai kesal.
Dengan terburu-buru Zayyan pun mendekat dan berdiri di sebelah Sing.
"Duduk" ucap Sing tegas.
Dengan patuh Zayyan pun mendudukkan dirinya di kasur sebelah Sing. Menatap takut adik tirinya tersebut. Takut Sing akan mencekiknya tiba-tiba, tapi sepertinya tidak lagi, pikir Zayyan. Karena selama beberapa hari ini sikap Sing terhadapnya bisa di bilang baik walau kata-katanya masih sedikit kasar dan pedas. Tapi Sing memperlakukannya dengan baik dan manis. Mengingat itu Zayyan ingin tersenyum. Tapi lagi-lagi ia tersadar dan merutuki dirinya sendiri.
Tanpa aba-aba Sing menggeser tubuhnya dan langsung memeluk Zayyan. Zayyan membolakan matanya kaget, terkejut dengan tingkah Sing yang begitu tiba-tiba.
"Sing, a-apa yang kau lakukan?" Tanya Zayyan bingung namun juga gugup. Hatinya tiba-tiba saja berdebar. Ada apa dengannya batin Zayyan.
"Bisakah.......kita selamanya seperti ini Zayyan?" Tanya Sing yang saat ini menatap dalam mata indah Zayyan.
Zayyan terperangah dengan tatapan itu.
"Maksudmu?" Zayyan balik menatap mata itu.
"Jika aku bukan adikmu, apa kau akan memperlakukanku seperti apa yang kau lakukan padaku sekarang?" Tanya Sing tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Magic (Sing & Zayyan)
FanfictionZayyan yang sering diperlakukan buruk oleh Sing adik tirinya tiba-tiba mendapatkan kekuatan magis yang tidak di duga-duga. Ia bisa mendengar suara hati seseorang serta bisa membaca pikiran orang lain hanya dengan menyentuhnya. Dan sejak memiliki kek...