Chapter 22

559 67 18
                                    

Malam ini adalah malam minggu. Sing mengajak Zayyan untuk menonton film bersama. Hanya berdua. Awalnya, Zayyan menolak dan ingin mengajak dua sahabatnya, Lex dan Wain, serta dua sahabat Sing, Leo dan Wuxian.

Namun, saat melihat raut wajah Sing yang berubah, Zayyan langsung mengerti. Sing sedang kesal. Dengan perasaan bersalah, Zayyan akhirnya setuju untuk menonton film hanya berdua saja.

Sing tersenyum tipis dan mengeluarkan dua tiket dari sakunya.

"Aku sudah membelinya tadi sepulang dari kampus." katanya.

Zayyan hanya bisa mengangguk dan menghela napas pasrah, tidak ingin membuat mood Sing buruk.

Singkat cerita, mereka berdua sudah sampai di bioskop tempat mereka akan menonton. Sing mengajak Zayyan untuk duduk di kursi penonton paling depan.

"Ayo duduk di sini." ajak Sing tersenyum, menawarkan telapak tangannya agar di genggam Zayyan dan menarik kakaknya itu duduk di sebelahnya. Mengikis jarak di antara keduanya hingga siapa pun tidak dapat merebutnya.

Zayyan duduk dengan sedikit ragu. Perasaan tak nyaman menggeluyuti hatinya. Sing terlalu dekat dengannya bahkan tangan itu memeluk pinggangnya posesif.

"Film apa yang akan kita tonton, Sing?" tanya Zayyan dengan debaran di hatinya.

"Film romantis, aku yakin kau pasti akan menyukainya." jawab Sing tersenyum manis.

Zayyan hanya bisa mengangkat alisnya, bingung. Tadi ia sempat melihat sekilas poster di depan ruangan. Judul filmnya terdengar asing, ia juga ragu dengan film yang akan mereka tonton ini.

Lampu mulai redup, dan layar besar di depan mereka menyala. Zayyan menatap ke arah layar dengan tatapan fokusnya.

Setelah kurang lebih satu jam film berputar, Zayyan mulai mengerti. Ini bukan film romansa biasa antara pria dan wanita, melainkan antara  pria dan pria. Zayyan sedikit syok, bahkan ia pun menoleh ke sana ke mari sambil menutupi wajahnya dengan tangannya, takut ada orang yang dikenalnya melihatnya menonton film ini. Apa yang akan mereka pikirkan, batin Zayyan khawatir.

Sing, yang paham dengan kekhawatiran Zayyan, segera menggandeng tangan kakaknya tersebut.

"Kau tidak perlu khawatir, tidak akan ada yang berpikiran aneh-aneh kepada kita hanya karena kita menonton film seperti ini."  ujar Sing menenangkan.

Setelah film tayang kurang lebih tiga jam, akhirnya film pun berakhir. Satu per satu orang mulai bangkit dari duduknya untuk kemudian keluar dari ruangan, begitu juga dengan Sing dan Zayyan. Namun, mereka tidak langsung pulang. Sing mengajak Zayyan untuk berkeliling taman sekitar tempat itu.

Dalam langkah dan perjalanan mereka, Zayyan tidak henti-hentinya memikirkan film yang baru ditontonnya tersebut. Aneh, pikirnya. Bagaimana bisa seorang pria menyukai seorang pria kembali? Bukankah itu merupakan suatu penyimpangan? Batin Zayyan bertanya-tanya.

Sing yang melihat Zayyan diam saja pun mulai bersuara.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Sing seolah-olah tak tahu.

Zayyan tersadar dari lamunannya, menoleh, dan menghentikan langkahnya.

"Apa tujuanmu mengajakku menonton film seperti tadi?" tanya Zayyan tanpa berpikir.

Sing ikut menghentikan langkahnya dan menatap kakaknya dalam-dalam.

"Menurutmu, cinta antara kedua pemeran pria tadi, apakah itu salah?" ucap Sing balik bertanya.

"Mengapa kau bertanya?"

"Bukankah kau juga tau bahwa semua itu salah?" balas Zayyan tanpa mengalihkan pandangannya.

Apple Magic (Sing & Zayyan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang