Zayyan sampai di kampus dengan keadaan yang berantakan. Rambut yang telah di sisir rapi terlihat acak-acakan serta butir-butir keringat memenuhi seluruh wajahnya bahkan tubuhnya. Nafasnya pun terlihat tidak stabil dan ngos-ngosan. Wajahnya pun ikut memerah karena terlalu lama terkena sinar matahari.
Bagaimana itu bisa terjadi?
Zayyan berjalan dari tempat terakhir Sing menurunkannya. Sialnya tidak ada bus ataupun taksi yang lewat jalanan tersebut. Wajar saja karena jalan itu bukanlah jalan utama dan kendaraan umum seperti itu memang tidak ada yang lewat jalan tersebut. Jadilah Zayyan terpaksa berjalan bahkan beberapa kali berlari agar Ia bisa sampai ke kampus dengan cepat. Tapi sayang ia tetaplah terlambat.
Lalu bagaimana Zayyan bisa keluar dari tempat itu?
Untungnya di tempat itu ada beberapa pecahan beling yang dapat Ia gunakan untuk menyayat tali yang mengikati pagar. Walau butuh usaha yang ekstra karena beling yang tidak cukup tajam, akhirnya usahanya tidak sia-sia. Tali yang sayangnya tidak lebih besar dari jari tangannya itu akhirnya bisa terputus dan pagar pun terbuka. Dengan segera ia pun pergi dari tempat yang sepi dan menyeramkan tersebut.
"Zay!" Seseorang menepuk pundak Zayyan yang sedang membungkuk karena merasa kelelahan karena harus berjalan puluhan kilometer.
"Lex, Wain" Zayyan pun menegakkan badannya dengan nafas yang sudah mulai stabil.
"Ada apa denganmu? Kenapa penampilan mu terlihat......" Ucap Lex menatap Zayyan heran.
"Ceritanya pendek" jawab Zayyan singkat.
"Gak panjang tuh?" Wain tiba-tiba ikut nyeletuk dengan wajah meyebalkannya.
Mendengar itu Zayyan membolakan matanya malas. Sudah biasa batinnya. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari Wain atau yang memiliki nama asli Park Sehoon itu membuatnya kesal ataupun marah. Wain merupakan keturunan China-Korea. Ia lahir di Korea itu lah sebabnya ia mendapatkan nama Sehoon. Tapi semenjak ia pindah ke China ia lebih suka di panggil dengan nama Wain.
Sedangkan Lex atau Le xiuming merupakan asli orang Tiongkok. Ayah dan ibunya pernah tinggal di Korea beberapa tahun sebelum mereka memilikinya. Dan kembali ke tanah air saat ibunya sedang mengandung lima bulan.
"Ku kira kau tidak masuk hari ini. Jadi tadi aku mengatakan pada dosen Wang jika kau masih sakit." Ucap Lex.
"Aku sudah membaik." Ucap Zayyan mengelap keringat di keningnya dengan lengan bajunya.
"Apa ada tugas baru?" Tanya Zayyan kepada dua sahabatnya itu.
"Mm" Lex mengangguk.
"Profesor Wang meminta kita untuk membuat sebuah lukisan. Nantinya akan dipilih lima lukisan terbaik yang akan di kirimkan ke galeri kampus kita. Dan kemungkinan besar akan di pamerkan di pagelaran seni yang akan di adakan akhir bulan ini" Jelas Lex.
"Bukankah itu dua minggu lagi?" Ucap Zayyan.
"Benar." Jawab Lex.
"Heuh sulit." Zayyan menghela nafasnya lelah.
"Kau benar. Bahkan dia hanya memberi kita waktu satu minggu untuk mengerjakannya. Aku tidak yakin apakah aku bisa menyelesaikannya atau tidak." Lex pun ikut menghela nafasnya.
"Hei....kalian jangan khawatir, serahkan saja padaku." Ucap Wain dengan entengnya.
"Sehooooon bisa tidak kau itu serius sedikit." Ucap Zayyan. Jika ia sudah menyebut nama sahabatnya itu dengan nama lahirnya berarti Zayyan sedang kesal dan marah pada orang tersebut.
"Menyebalkan." Ucap Zayyan melongos pergi dari hadapan Wain dan juga Lex.
Mereka pun mengikuti kemana sahabatnya itu pergi, karena kebetulan mereka juga akan ke sana. Wain agak mempercepat langkahnya untuk mensejajarkan langkahnya dengan Zayyan. Lalu ia merangkul bahu sempit sahabat mungilnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Magic (Sing & Zayyan)
FanfictionZayyan yang sering diperlakukan buruk oleh Sing adik tirinya tiba-tiba mendapatkan kekuatan magis yang tidak di duga-duga. Ia bisa mendengar suara hati seseorang serta bisa membaca pikiran orang lain hanya dengan menyentuhnya. Dan sejak memiliki kek...