Chapter 19

901 94 41
                                    

Sampai saat ini Zayyan masih belum diperbolehkan untuk pulang. Dan Sing, selalu setia sisinya dan menemaninya. Lex, Wain, Leo, dan Wuxian juga sering mengunjungi Zayyan. Kehadiran mereka membawa kebahagiaan tersendiri, mengusir sejenak kesunyian yang kerap menghantui ruangan itu. Meiyin dan Qionglin pun turut menengok dan memantau keadaan Zayyan. Setiap mereka datang, mereka selalu membawakan makanan yang mereka buat sendiri untuk Zayyan dan Sing.

Sudah genap dua hari ini Zayyan tertidur di ranjang rumah sakit. Ia menatap jendela kamar dengan tatapan sendu, ingin cepat-cepat kembali ke villa dan berkumpul kembali dengan teman-temannya. Melanjutkan liburan mereka yang tertunda.

Saat tengah melamun, tiba-tiba ponsel Zayyan berdering. Nama Ryujin tertera di layar, membuat Zayyan tersenyum kecil. Ia segera mengangkatnya.

"Halo" ujar Zayyan mengarahkan ponselnya di dekat telinga.

"Halo Zayyan! Bagaimana kabarmu?" sapa Ryujin dengan suara ceria.

"Aku baik. Bagaimana denganmu? Apa liburanmu menyenangkan?" tanya Zayyan mencoba untuk tidak terlihat lemah.

"Aku senang bisa kembali lagi ke Korea. Tapi aku juga sedih." ucap Ryujin.

"Sedih? Apa yang membuatmu sedih, hum?"

"Aku sedih karena tidak ada kamu di sini." jawab Ryujin memanyunkan bibirnya gemas.

Mendengar itu Zayyan terkekeh. Apa Ryujin sedang membuat gombalan? Lucu sekali, pikir Zayyan tersenyum.

"Kenapa kamu tertawa?"

"Tidak apa-apa. Bagaimana kabar om Junho, apa dia sehat?"

"Kabar appa baik, tapi aku sebal karena appa lebih banyak menghabiskan waktunya dengan laptop di bandingkan denganku." curhat Ryujin yang merasa kurang mendapatkan perhatian dari appanya. Padahal ini hari libur, tapi appanya masih saja tetap bekerja. Jadi dengan terpaksa ia harus bepergian sendiri dan hanya di dampingi oleh supir sekaligus bodyguard appanya.

"Aku yakin appa mu seperti itu kerena ingin memberikan hidup yang layak untukmu, Ryujin. Jadi jangan marah padanya, oke?"

"Jika kamu merasa bosan atau kesepian kamu bisa datang ke rumahku." ujar Zayyan tulus.

"Terimakasih Zayyan, tapi sepertinya Sing tidak akan menyukainya jika aku berkunjung ke rumah kalian."

"Ah itu......aku juga tidak yakin" ujar Zayyan meringis.

Di tengah obrolan mereka yang terlihat asik, ada seseorang di luar sana yang mendengarkan percakapan itu dengan hati tak senang. Tatapan mata penuh kecemburuan dan ketidaksukaan mengarah pada Zayyan dan seseorang di balik telpon tersebut.

Dengan perasaan cemburunya, Sing membuka pintu itu dengan wajah di tekuk dan dingin. Tanpa aba-aba, Sing mengambil paksa ponsel tersebut dari tangan Zayyan.

"Apa yang kau lakukan Sing?" ucap Zayyan marah, mencoba merebut kembali ponselnya.

Sing tidak memperdulikan protes Zayyan dan langsung mematikan sambungan telepon tersebut, lalu meletakkan ponsel Zayyan di meja samping tempat tidur.

Zayyan hendak mengeluarkan kata-kata protesnya kembali tapi Sing lebih dulu menyelanya.

"Kau masih butuh istirahat, jadi sebaiknya jangan berbicara dulu dengan siapapun." katanya dengan wajah datar, tapi Zayyan bisa melihat ada aura kecemburuan di mata Sing.

Zayyan menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri.

"Aku mengerti. Tapi kau tidak bisa mengambil ponselku begitu saja Sing." balas Zayyan menekan kalimatnya. Ia masih kesal dengan tindakan Sing barusan.

Apple Magic (Sing & Zayyan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang