Matahari pagi bersinar begitu cerah, memancar masuk ke kamar yang dihuni Zayyan dan Leo. Sinar hangatnya menembus jendela, menari-nari di atas lantai sebelum akhirnya mencapai wajah Leo yang tertidur pulas. Perlahan-lahan mata itu terbuka, terganggu oleh cahaya yang begitu menyilaukan.
Leo mengedipkan mata, mencoba menyesuaikan diri dengan terang yang tiba-tiba hadir. Pemandangan di hadapannya membuatnya terdiam sejenak. Di sebelahnya Zayyan masih terlelap, wajahnya begitu damai dengan bibir sedikit mengerucut, seolah-olah sedang bermimpi indah. Ada sesuatu yang begitu menyegarkan dan menyenangkan melihat ekspresi menggemaskan itu.
Dengan hati-hati, Leo beringsut, tidak ingin membangunkan Zayyan. Namun, dia tak bisa mengalihkan pandangannya. Seperti ada magnet yang membuatnya terus menatap, terpesona oleh ketenangan yang terpancar dari Zayyan. Perlahan, senyum tipis muncul di bibirnya.
Saat Leo asyik memandangi wajah indah Zayyan, tiba-tiba pintu kamar mereka terbuka dan menampakkan seseorang. Itu adalah Sing, dengan rambut berantakan dan pakaian yang tampak belum rapi, Sing masuk dengan wajah datar dan dinginnya.
Leo mengerutkan kening, tatapannya mengikuti gerakan Sing yang masuk tanpa menyapa, langsung menuju tempat tidur Zayyan yang masih tertidur. Ada rasa janggal yang menyelusup dalam benak Leo melihat kelakuan Sing yang tidak biasa.
"Sing, ada apa?" tanya Leo, suaranya tertahan karena tidak ingin membangunkan Zayyan.
Namun, Sing tidak menjawab. Dia hanya menatap Leo dengan serius, kemudian mengarahkan pandangannya kembali ke Zayyan. Hening sejenak, sebelum akhirnya Sing berbicara dengan suara pelan namun tegas.
"Bisa tinggalkan kami berdua?"
Leo tercengang, matanya bergantian memandang Sing dan Zayyan yang masih tertidur dengan tenang. Ada banyak pertanyaan yang ingin dia lontarkan, tapi ada sesuatu dalam tatapan Sing yang membuatnya memutuskan untuk tidak berdebat. Dengan enggan Leo pun turun dari ranjang, berjalan perlahan menuju pintu.
Sebelum keluar, dia menoleh sekali lagi, melihat Sing yang kini duduk di tepi tempat tidur, menatap Zayyan dengan ekspresi yang sulit diartikan. Leo menutup pintu di belakangnya, meninggalkan mereka berdua dalam keheningan kamar yang diterangi sinar matahari pagi.
Melihat Zayyan masih tertidur pulas, Sing merasa lega. Perlahan-lahan, ia naik ke atas kasur, kemudian membaringkan tubuhnya di samping Zayyan. Tanpa ragu, Sing memeluk Zayyan dari belakang, merasakan kehangatan yang memancar dari tubuh kakaknya itu.
Sing menghirup dalam-dalam aroma segar tubuh Zayyan. Padahal Zayyan belum mandi, namun entah mengapa baunya begitu wangi dan menyegarkan. Ada perasaan tenang yang menjalar di dalam dada Sing setiap kali dia berada sedekat ini dengan Zayyan.
"Aku menyukai aroma tubuhmu Zayyan" gumam Sing mencium belakang leher Zayyan.
Sesaat, Zayyan bergerak sedikit dalam tidurnya, tapi tidak terbangun. Sing memejamkan mata, menikmati momen tersebut. Dalam hati, ia berbisik, berharap waktu bisa berhenti sejenak, membiarkan mereka berdua terbungkus dalam kehangatan dan kedamaian ini.
Leo keluar dari kamar dengan ekspresi yang sulit dibaca. Tampilan bingung masih menyelimuti wajahnya. Di ruang tengah, Wuxian sedang duduk sambil menikmati secangkir kopi, matanya langsung tertuju pada Leo yang tampak bingung dan gelisah.
Leo mendudukkan dirinya di sebelah Wuxian, mengambil cangkir kopi yang ada di tangan sahabatnya itu dan mencuri sedikit tegukan. Kopi hangat itu seolah memberikan sedikit ketenangan, meski hanya sesaat.
Leo pun mengembalikan gelas kopi tersebut kepada pemiliknya.
"Ada apa denganmu? Kenapa pagi-pagi begini sudah terlihat lesu?" tanya Wuxian heran sambil menyeruput kopinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apple Magic (Sing & Zayyan)
FanfictionZayyan yang sering diperlakukan buruk oleh Sing adik tirinya tiba-tiba mendapatkan kekuatan magis yang tidak di duga-duga. Ia bisa mendengar suara hati seseorang serta bisa membaca pikiran orang lain hanya dengan menyentuhnya. Dan sejak memiliki kek...