5. Why?

5.2K 368 8
                                    

Jangan lipa vote dan komentarnya ya, supaya Kazumi semangat updatenya karena masih banyak sekali kejutan dan adegan menarik di dalam kisah Nomin yang satu ini ❤️

Selamat membaca, bucin-bucinnya NOMIN.

🍂🍂🍂




Mengerjapkan kedua mata, Jaemin terbangun dari tidur panjangnya usai ia melalui masa kritis yang bahkan sudah hampir satu minggu.

Sang Dokter berucap penuh syukur, merasa lega saat mendapati pasien manis yang sedang ia periksa pagi ini membuka kedua mata.

"Hai nak." Sapa sang Dokter, namun Jaemin belum merespon selain bagaimana ia menoleh ke sekitar, yang lalu terhenti pada Jeno yang tengah terlelap dengan kepala bersandar pada sisi ranjang.

Menghela nafas panjang, Jaemin kembali pada posisi awal. Membiarkan sang Dokter melanjutkan tugas, memeriksa kondisinya saat ini.



🍂🍂🍂




Membuka kedua mata, Jeno mengangkat kepala dari tepian ranjang. Terkejut, saat mendapati Jaemin yang rupanya sudah terbangun.

Di mana saat ini, ruangan tersebut hanya menyisahkan dirinya dan Jaemin usai sang Dokter meninggalkan ruangan beberapa waktu lalu.

Hening...

Jaemin terdiam, merasakan kehangatan pada genggaman di tangannya.

Di waktu bersamaan, Mark menghentikan langkahnya sejenak seperdetik usai membuka pintu saat mendapati situasi di ruangan itu.

"Dia sudah siuman." Ucap Mark bersemangat, membuat Jeno menghela nafas panjang yang lalu melepas tangan yang sejak semalaman ia genggam.

"Hei, kau tidur terlalu lama." Ucap Mark kembali, seraya mendekat bersama senyuman hangat.

Seperti sebelumnya, Jaemin sama sekali belum merespon siapapun yang berbicara padanya—— di mana hal tersebut, membuat Jeno menghela nafas panjang.

"Kau—"

"Kau menghalangiku lagi." Jaemin membuka suara, membuat Jeno menahan kalimatnya. Suara Jaemin masih sangat serak, bahkan hampir tak terdengar.

"Mengapa kau selalu menghalangi kematianku?" Lanjutnya, seraya menatap kosong pada langit-langit ruangan. Mengulas senyuman datar, menoleh ke arah mafia muda yang kini beranjak dari kursi untuk berdiri. "Apa kau masih ingin terus ikut menyiksa hidupku seperti baj*ngan tua itu?" Jaemin tersenyum kosong.

Suasana hening setelahnya, sampai di mana helaan nafas panjang Jaemin memecah suasana.

"Aah, kurasa... sepertinya aku memang harus seperti ini, sampai kematian benar-benar menerimaku." Gumamnya, bersama dengan senyuman putus asa.

Mark menahan lisannya, mencerna ucapan remaja manis tersebut, sambil sesekali mengarahkan pandangan pada sang sahabat.

Apa sebenarnya yang Jeno lakukan pada anak ini? Batinnya, Mark mengenal bagaimana kejamnya seorang Jeno.

Penyiksaan.
Hanya itu yang terbesit dalam kepala Mark.

Jaemin kembali memejamkan kedua mata, sepertinya ia tak lagi peduli. Jaemin sudah terlalu pasrah, akan kehidupan yang baginya tak lagi berarti.

Kehidupan yang hanya berisikan kesakitan untuk dirinya selama bertahun-tahun, yang bahkan kini beralih dan jatuh di tangan seorang mafia kejam yang telah membelinya.

"Kau boleh menyiksaku kembali kapanpun kau mau, sekalipun kau ingin melakukannya saat ini juga. Kau bebas melakukan apapun pada tubuhku, memukulku, menamparku, dan apapun itu." Ucapnya, tanpa membuka kedua mata.

SAVE ME • NOMIN [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang